Varzaniam, tempat tinggal Tetua Desa Fandaria dari turun temurun.Pria tua itu berhenti di depan sebuah rumah kayu yang ukurannya lebih besar dari rumah kayu yang lain di sekitarnya.'Sepertinya pemilik rumah kayu ini sangat memperhatikan kebersihan dan kerapihan area depan rumahnya, ya?'Verlyn takjub melihat halaman depan rumah kayu itu yang bersih dan di tumbuhi beberapa bunga yang indah dengan berbagai macam warna.Pria tua itu menoleh dan menjelaskan secara singkat tempat rumah kayu ini kepada Verlyn dan Kayn."Ah, jadi ini adalah tempat tinggal Tetua Desa Fandaria yang berarti tempat ini adalah rumah, nenekku?"Pria tua itu mengangguk. "Anda benar, Nona Verlyn. Mari ikuti saya untuk menemui beliau, dan.." Dia menoleh ke arah Kayn dan terdiam.Kayn mendengus pelan. "Kayn,,,""Maaf, saya lupa. Dan juga Tuan Kayn, mari ikuti saya.."Pria tua itu menaiki tangga yang mengarah ke pintu rumah tersebut. Verlyn dan Kayn mengikutinya kembali dari belakang.Setelah sampai di atas, pria tua
Verlyn dilema dengan apa yang harus dia lakukan sekarang agar Cherryn tidak menghukum Wallace karena kejadian itu.Kayn mengerti perasaan Verlyn lalu mengeratkan genggaman tangan Verlyn untuk sesaat, membuatnya menoleh dan saling kontak mata dengan Kayn yang memberikan kode untuk memintanya tetep tenang dan jangan ketakutan.Verlyn mengangguk pelan dan tersenyum kecil lalu kembali menoleh ke arah Cherryn yang masih memperhatikan Wallace dengan tatapan tajam."N–nenek,,, biar saya dan Kayn yang menjelaskan apa yang terjadi saat itu.." Verlyn menarik napas dalam-salam sebelum menceritakannya."Saat itu, aku dan Kayn.."Cherryn mendengarkan cerita dari Verlyn dan Kayn dengan seksama dan mereka mengatakannya dengan jujur. Karena hal itu, Cherryn ingin semakin menghukum Wallace namun segera di tahan oleh Verlyn sebelum dia melakukannya."Jangan hukum dia, nenek. Aku mohon, beliau bersikap seperti itu demi keamanan desa. Dan dia tidak mengenaliku karena aku memakai penutup kepala saat itu.
"Seperti di dalam cerita dongeng, anak-anak!"Verlyn tersenyum dengan mata yang melebar setelah mendengar cerita lengkap dari Cherryn. Kayn juga setuju dengan perkataan Verlyn tadi.Meskipun tidak masuk akal dan sulit untuk di percaya dengan logika, tapi bukti cerita dari Cherryn ada di depan matanya sekarang, yaitu keturunan generasi ke-10 Cleovoranta, Cherryn Nesvaranda.'Aku kira hal seperti ini hanya ada di film dan cerita dongeng saja. Aku tidak menyangka bia melihat buktinya langsung di depan, mataku..' batin KaynVerlyn menepuk tangannya sekali dengan perasaan senang. "Pantas saja nenek terlihat muda! Aku kira karena pengaruh gaya hidup dan lingkungan nenek di sini, ternyata karena keturunan, ya!" ujar Verlyn kagum.Cherryn tersenyun malu dan mengangguk. "Kau juga adalah salah satu keturunan nenek moyang kita, Verlyn!""Ibumu juga termasuk ke dalam keturunan tersebut," lanjut Cherryn.Mata Verlyn membelalak terkejut dan semakin penasaran dengan cerita dari Cherryn itu. Dia meno
Kamar tamu Verlyn di Varzaniam."Aah,, Kayn sialan! Aku jadi tidak bisa tidur karena terus memikirkan jawabannya yang tadi itu kepada nenek!"Verlyn bergonta-ganti posisi untuk mencari gaya tidur yang nyaman agar dirinya bisa cepat-cepat tertidur dan beristirahat dengan nyaman.Pada akhirnya, Verlyn menelentangkan kembali tubuhnya karena semakin merasa tidak nyaman. Dia menatapi langit-langit kamarnya yang berwarna coklat tua lalu menghela napas panjang dan bangun dari rebahannya.Verlyn menyalakan ponselnya dan sudah tahu persis bahwa di dalam pedesaan terpencil seperti ini tidak akan ada sinyal yang terhubung dengan ponselnya sama sekali."Sebaiknya aku menikmati udara segar lebih dulu lalu kembali ke kamar.."Verlyn beranjak dari kasur lipatnya dan keluar dari kamar yang hanya terhalang oleh tirai berwarna hijau tua yang bahannya tidak terlalu tipis tapi juga tidak terlalu tebal.Verlyn melirik ke arah tirai kamar yang berada di sebelah kamarnya, kamar tamu itu adalah tempat Kayn b
"Apa? Menikah? Tidak! Aku tidak–membutuhkan–itu, Ayah!" balas Verlyn tegas setelah mendengar rencana soal perjodohannya dengan CEO perusahaan Vyntie milik keluarga Konglomerat ternama di Amerika. "Sudah ke berapa kali Ayah membahas soal perjodohan ini, aku tidak mau melakukan itu!" lanjut Verlyn kesal. Alih-alih marah, pria berambut coklat dengan bola mata berwarna hijau army itu hanya menghembuskan nafasnya sabar. "Ini tidak buruk untukmu, Verlyn. Pikirkanlah baik-baik," ujar Kaze tenang. Verlyn menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menatap Kaze dengan tajam. "Kehidupanku sudah sempurna, Ayah. Aku tidak membutuhkan pria yang berkewajiban memenuhi kebutuhan hidupku kelak di masa depan nanti, karena aku bisa menghidupi diriku sendiri!" Kaze mengangguk mendengarkan perkataan Verlyn dan duduk di kasur di sebelah Verlyn. "Tapi kau belum pernah bertemu dengannya, kan? Bagaiman kalau kau membuat janji dengan Kayn untuk bertemu?" tawar Kaze. Verlyn lagi-lagi menggelengkan kepalanya.
"Verlyn, apa kau sudah siap? Ingat janjimu hari ini!" teriak Kaze dari lantai bawah.Verlyn menatap sayu ke arah langit-langit kamarnya yang berwarna ungu lavender dan melihat jam yang berada di atas nakas sebelah kasurnya. Jam menunjukkan pukul 08.40 AM yang membuat Verlyn membelalakkan matanya setelah melihat jam"Bagaimana aku bisa bangun setelat ini! Janji temu yang ayah beritahu adalah jam 09.00 pagi! Arghh, 'shibal'!" Verlyn segera bangun untuk mengambil handuk dan segera pergi mandi.Selesai mandi, Verlyn langsung bersiap dan memilih pakaian asal-asalan karena dia merasa tidak ada waktu untuk memilih pakaian di saat ini. Setelah berpakaian, Verlyn menyempatkan dirinya untuk berhias diri di bantu oleh salah satu pelayan rumahnya, Sofia untuk mengeringkan rambutnya."Sudah selesai, Nona! Semoga pertemuannya lancar!" ujar Sofia menyemangati.Verlyn menghela nafas, dia bangkit dan bercermin untuk melihat penampilannya hari ini. Kemeja lengan panjang berwarna putih dengan jas dan ce
Pak Rian turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Verlyn. "Turunlah perlahan, Nona.""Oke, terima kasih!" Verlyn turun dan menatap gedung tinggi yang berada di depannya sekarang yang terlihat mengkilap akibat terkena pantulan sinar matahari."Gedungnya sama megah dan besarnya dengan perusahaan Kizen milik Ayah!" pujinya. Verlyn melangkah masuk ke dalam gedung tersebut di ikuti pengawalnya dari belakang sedangkan Pak Rian menunggu di dalam mobil.Verlyn menghampiri meja resepsionis untuk bertanya perihal janjinya bertemu Kayn dengan sekretaris disana.Wanita berambut coklat muda yang di sanggul rapi tersebut tersenyum dan mengucapkan salam kepada Verlyn. "Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?""Ah–saya memiliki janji temu dengan Tuan Kayn, hari ini. Saya harus menunggu dimana, ya?" balas Verlyn.Wanita di depannya tersebut tampak bingung sekilas. "Mohon tunggu sebentar ya, Nona." Wanita tersebut menelepon seseorang untuk bertanya perihal janji pertemuan seseorang den
Verlyn terkejut setelah mendengar perkataan Kayn tadi dan hampir tersedak setelah meminum teh yang sekarang dia pegang. "Saya tidak salah–dengar, kan?" Verlyn memastikan.Kayn menggeleng. "Tidak, Anda mendengar dengan baik. Anda bisa melihat kertas yang berada di meja depan Anda. Itu berisi tentang perjanjian yang akan saya berikan apabila Anda mau membatalkan pertunangan ini."Verlyn menaruh cangkir di meja. "Beri saya waktu untuk membaca isinya dulu."Kayn mengangguk dan membiarkan Verlyn untuk melihat isi kertas tersebut dengan teliti. Baru saja Verlyn membaca paragraf pertama, dia tiba-tertawa"Kau hanya memberiku segini? Yang benar saja, rugi dong! Hahaha," ujar Verlyn sembari tertawa.Kayn keheranan dengan reaksi wanita di depannya sekarang, seolah isi dari kertas tersebut hanya sebagai candaan saja baginya."Anda bisa mendapatkan keuntungan hingga satu juta dolar per–tahun, jika saya memberikan perusahaan-perusahaan tersebut secara cuma-cuma kepada Anda," jelas Kayn."Hahaha, a