Kawasan Hutan Dalam Desa Glosica.'Apa ada sesuatu yang sedang merasuki pikiran dalam Kayn? Dia bahkan sampai menjaga dan memantauku agar aku tetap selalu berada, di sisinya..'Verlyn terus mengikuti langkah Kayn di belakangnya karena tangan Verlyn sendiri terus di genggam oleh Kayn dari saat awal masuk ke kawasan desa Glosica.Verlyn menatap ke arah tangannya yang terus di genggam oleh Kayn dengan erat. Ke dua pipinya sedikit memerah dan berusaha untuk berpikir jernih dan tidak terlalu percaya diri.'Ya, dia pasti terpaksa menjagaku agar dia tidak di marahi ibunya setelah kembali ke kota, kan?' pikir Verlyn dalam hatinya.'Tapi sebelum itu..' Verlyn menatap ke arah Kayn. 'Apa kami akan terus melanjutkan perjalanan saat langit sudah larut, begini?!'Kayn tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat langkah Verlyn ikut terhenti. Dia menoleh dan menatap ke arah Verlyn."Apa kau masih sanggup berjalan? Atau kau sudah mengantuk, Verlyn?" tanya Kayn yang tampak sedang memastikan keadaannya s
"K–Kayn, apa mereka adalah penduduk asli desa ini, Kayn?!" bisik Verlyn."Mungkin iya. Padahal aku sudah memilih rute yang tidak melewati pedalaman desa secara, langsung.."Verlyn dan Kayn mundur perlahan setelah mereka ketahuan dan di kerumuni oleh sekelompok pria berpakaian sederhana yang masing-masing membawa obor di tangan mereka."Apa kita akan menjadi santapan, mereka..?" tanya Verlyn pasrah.Kayn mengeratkan genggaman tangannya seolah meyakinkan Verlyn bahwa dia akan baik-baik saja di sini. "Tenanglah, Verlyn. Jangan gegabah.."Salah satu di antara mereka melangkah mendekat ke arah Verlyn dan Kayn sambil membawa tombah yang terbuat dari bambu dan mengarahkannya ke arah mereka."Katakan kepada kami, kalian berasal dari mana?! Dan apa yang kalian inginkan dari desa kami!?" tanya pria tua bermuka garang itu."K–kami.." Verlyn menelan ludah dan tiba-tiba tidak bisa mengeluarkan suara dari mulutnya.'Anxiety sialah!' batin Verlyn kesal.Di sisi lain, Kayn berusaha tenang dan menatap
Kawasan utama Desa Fandaria."Kami akan mengantar Anda berdua untuk menemui Tetua Cherryn di rumahnya," ujar pria tua yang sebelumnya menodongkan tombak ke arah mereka.Verlyn dan Kayn mengangguk lalu mengikuti pria tua itu di belakangnya sambil terus berpegangan tangan karena Verlyn masih merasa sedikit takut dengan tatapan orang-orang yang ikut berjalan di sekitar mereka."Kau masih takut, Verlyn?" tanya Kayn pelan.Verlyn menggeleng cepat dan menengadah ke arah Kayn. "Ti–tidak, Kayn! Aku hanya masih bingung dengan sikap mereka yang tiba-tiba berubah drastis kepada kita, sekarang ini..""Begitu, ya? Jika kau merasa tidak nyaman, katakan saja kepadaku, oke?"Verlyn tersenyum dan mengangguk lalu kembali menatap ke arah tanah dengan perasaan yang campur aduk.'Mereka tiba-tiba berubah seperti ini setelah melihat kalung liontinku.. Sebenarnya, ada apa?'Tiga puluh menit lalu.Jalan Masuk Desa Fandaria."Apa kau benar-benar yakin itu nama nenekmu, Verlyn?" tanya Kayn memastikan.Verlyn m
Varzaniam, tempat tinggal Tetua Desa Fandaria dari turun temurun.Pria tua itu berhenti di depan sebuah rumah kayu yang ukurannya lebih besar dari rumah kayu yang lain di sekitarnya.'Sepertinya pemilik rumah kayu ini sangat memperhatikan kebersihan dan kerapihan area depan rumahnya, ya?'Verlyn takjub melihat halaman depan rumah kayu itu yang bersih dan di tumbuhi beberapa bunga yang indah dengan berbagai macam warna.Pria tua itu menoleh dan menjelaskan secara singkat tempat rumah kayu ini kepada Verlyn dan Kayn."Ah, jadi ini adalah tempat tinggal Tetua Desa Fandaria yang berarti tempat ini adalah rumah, nenekku?"Pria tua itu mengangguk. "Anda benar, Nona Verlyn. Mari ikuti saya untuk menemui beliau, dan.." Dia menoleh ke arah Kayn dan terdiam.Kayn mendengus pelan. "Kayn,,,""Maaf, saya lupa. Dan juga Tuan Kayn, mari ikuti saya.."Pria tua itu menaiki tangga yang mengarah ke pintu rumah tersebut. Verlyn dan Kayn mengikutinya kembali dari belakang.Setelah sampai di atas, pria tua
Verlyn dilema dengan apa yang harus dia lakukan sekarang agar Cherryn tidak menghukum Wallace karena kejadian itu.Kayn mengerti perasaan Verlyn lalu mengeratkan genggaman tangan Verlyn untuk sesaat, membuatnya menoleh dan saling kontak mata dengan Kayn yang memberikan kode untuk memintanya tetep tenang dan jangan ketakutan.Verlyn mengangguk pelan dan tersenyum kecil lalu kembali menoleh ke arah Cherryn yang masih memperhatikan Wallace dengan tatapan tajam."N–nenek,,, biar saya dan Kayn yang menjelaskan apa yang terjadi saat itu.." Verlyn menarik napas dalam-salam sebelum menceritakannya."Saat itu, aku dan Kayn.."Cherryn mendengarkan cerita dari Verlyn dan Kayn dengan seksama dan mereka mengatakannya dengan jujur. Karena hal itu, Cherryn ingin semakin menghukum Wallace namun segera di tahan oleh Verlyn sebelum dia melakukannya."Jangan hukum dia, nenek. Aku mohon, beliau bersikap seperti itu demi keamanan desa. Dan dia tidak mengenaliku karena aku memakai penutup kepala saat itu.
"Seperti di dalam cerita dongeng, anak-anak!"Verlyn tersenyum dengan mata yang melebar setelah mendengar cerita lengkap dari Cherryn. Kayn juga setuju dengan perkataan Verlyn tadi.Meskipun tidak masuk akal dan sulit untuk di percaya dengan logika, tapi bukti cerita dari Cherryn ada di depan matanya sekarang, yaitu keturunan generasi ke-10 Cleovoranta, Cherryn Nesvaranda.'Aku kira hal seperti ini hanya ada di film dan cerita dongeng saja. Aku tidak menyangka bia melihat buktinya langsung di depan, mataku..' batin KaynVerlyn menepuk tangannya sekali dengan perasaan senang. "Pantas saja nenek terlihat muda! Aku kira karena pengaruh gaya hidup dan lingkungan nenek di sini, ternyata karena keturunan, ya!" ujar Verlyn kagum.Cherryn tersenyun malu dan mengangguk. "Kau juga adalah salah satu keturunan nenek moyang kita, Verlyn!""Ibumu juga termasuk ke dalam keturunan tersebut," lanjut Cherryn.Mata Verlyn membelalak terkejut dan semakin penasaran dengan cerita dari Cherryn itu. Dia meno
Kamar tamu Verlyn di Varzaniam."Aah,, Kayn sialan! Aku jadi tidak bisa tidur karena terus memikirkan jawabannya yang tadi itu kepada nenek!"Verlyn bergonta-ganti posisi untuk mencari gaya tidur yang nyaman agar dirinya bisa cepat-cepat tertidur dan beristirahat dengan nyaman.Pada akhirnya, Verlyn menelentangkan kembali tubuhnya karena semakin merasa tidak nyaman. Dia menatapi langit-langit kamarnya yang berwarna coklat tua lalu menghela napas panjang dan bangun dari rebahannya.Verlyn menyalakan ponselnya dan sudah tahu persis bahwa di dalam pedesaan terpencil seperti ini tidak akan ada sinyal yang terhubung dengan ponselnya sama sekali."Sebaiknya aku menikmati udara segar lebih dulu lalu kembali ke kamar.."Verlyn beranjak dari kasur lipatnya dan keluar dari kamar yang hanya terhalang oleh tirai berwarna hijau tua yang bahannya tidak terlalu tipis tapi juga tidak terlalu tebal.Verlyn melirik ke arah tirai kamar yang berada di sebelah kamarnya, kamar tamu itu adalah tempat Kayn b
"Apa? Menikah? Tidak! Aku tidak–membutuhkan–itu, Ayah!" balas Verlyn tegas setelah mendengar rencana soal perjodohannya dengan CEO perusahaan Vyntie milik keluarga Konglomerat ternama di Amerika. "Sudah ke berapa kali Ayah membahas soal perjodohan ini, aku tidak mau melakukan itu!" lanjut Verlyn kesal. Alih-alih marah, pria berambut coklat dengan bola mata berwarna hijau army itu hanya menghembuskan nafasnya sabar. "Ini tidak buruk untukmu, Verlyn. Pikirkanlah baik-baik," ujar Kaze tenang. Verlyn menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menatap Kaze dengan tajam. "Kehidupanku sudah sempurna, Ayah. Aku tidak membutuhkan pria yang berkewajiban memenuhi kebutuhan hidupku kelak di masa depan nanti, karena aku bisa menghidupi diriku sendiri!" Kaze mengangguk mendengarkan perkataan Verlyn dan duduk di kasur di sebelah Verlyn. "Tapi kau belum pernah bertemu dengannya, kan? Bagaiman kalau kau membuat janji dengan Kayn untuk bertemu?" tawar Kaze. Verlyn lagi-lagi menggelengkan kepalanya.