Verlyn membuka kelopak matanya perlahan dan hal yang pertama kali dia lihat di pagi hari itu adalah wajah Kayn yang tampan tepat berada di hadapannya sekarang."K–Kayn!?"Verlyn hampir berteriak karena kaget tapi dia langsung menutup kembali mulut dengan tangannya agar tidak bersuara. Verlyn melihat tangan Kayn yang melingkar di pinggangnya.'A–apa yang telah terjadi semalam?! Sampai tangannya memeluk erat pinggangku, ini..' batin Verlyn.Verlyn pelan-pelan berusaha untuk menjauhkan tangan Kayn dari pinggangnya agar Kayn tidak terbangun, namun hal itu sedikit sulit karena pelukannya terlalu erat dan Verlyn hanya bisa menghela napas dan kembali menatap Kayn yang masih tertidur lelap itu.Alis yang tebal, bulu mata lentik, hidung yang mancung dan bibir yang berwarna merah muda menjadi daya tarik tersendiri yang di miliki oleh Kayn.Verlyn masih tidak bisa percaya dan mengira bahwa ini hanya mimpi indah di pertengahan tidurnya. Pria yang sedang tertidur bersamanya saat ini adalah Kayn,
Perbatasan Desa Roles."Aku tidak tahu ternyata letak vila yang kita tempati sangat dekat dengan perbatasna desa," ujar Kayn sembari melihat map di tangannya.Verlyn tidak membalas dan sedikit menjaga jarak dari Kayn setelah kejadian di vila beberapa menit yang lalu. Verlyn masih sibuk memikirkan hal apa yang terjadi saat malam itu sambil menghindari Kayn.Kayn melirik ke arah Verlyn yang masih berdiam diri di tempat yang sama sembari mengenggam erat tas punggung dan menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu.'Apa dia masih memikirkan hal itu?' tanya Kayn dalam hati.Kayn memperhatikan Verlyn selama beberapa saat lalu menghela napas pelan. "Ayo kita lanjutkan perjalanan kita."Verlyn hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Kayn dari belakang.Kawasan dalam hutan Desa Hirezan.'Apa aku benar-benar sudah melakukan hal 'itu' dengan Kayn?!' batin Verlyn terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Pertanyaan itu terus muncul di dalam benak Verlyn sampai-sampai
Perbatasan Kawasan Desa Damnit."Aku sudah, tidak–kuat–lagi.."Verlyn jatuh tersungkur dengan ke dua tangannya yang menyentuh tanah. Napasnya tersengal-sengal setelah melewati banyak jebakan berbahaya yang sudah ia lewati sebelumnya.Kayn mengatur napasnya perlahan lalu kembali melihat peta di tangannya dan area hutan di sekelilingnya."Kayn,,," Verlyn menoleh ke arah Kayn yang masih fokus menatap peta di tangannya lalu berusaha bangkit kembali dengan ke dua tangannya yang bertumpu di lutut. "Kapan kita, akan sampai?"Kayn masih terus menatap ke arah peta. "Kita harus bermalam di sini, kita tidak mungkin sampai di perbatasan desa Goferow karena hari sudah mulai gelap..""Apa?" Verlyn mengerutkan dahinya heran setelah mendengar jawaban dari Kayn lalu berdiri dan menghadap ke arahnya."Kita memiliki senter, bukan? Kita bisa melewati jebakan-jebakan itu jika kita lebih berhati-hati, kan?"Kayn melipat peta itu dan memasukkannya ke dalam saku lalu menoleh. "Desa Goferow tidak di penuhi je
"Kenyang sekali, rasanya.." Verlyn menguap lebar dan tidak lupa dia menutupinya dengan tangan. "Dan mataku terasa berat."Verlyn masuk ke dalam tenda dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis di sana setelah menyantap banyak makanan instan yang di buat oleh Kayn sedangkan dirinya hanya diam memperhatikan cara masak Kayn dari dekat."Hei, bantu aku membereskan peralatan dulu!" ujar Kayn dari luar tenda.Verlyn membuka kembali kelopak matanya dan memaksakan tubuhnya untuk bangun lalu mengucek matanya. "Padahal aku sudah sangat lelah, hari ini.."Verlyn keluar dari tenda dan mulai merapikan peralatan masak tadi dengan perlahan karena rasa kantuk yang semakin berat dan membuat mata Verlyn ingin segera terpejam kembali.Kayn menggeleng pelan melihat tingkah Verlyn yang seolah semua hal di sini adalah dia yang mengerjakannya, padahal sebaliknya."Kau bahkan tidak melakukan apapun sama sekali, bagaimana bisa selelah, itu?""Apa kau bilang?!"Verlyn menoleh cepat dam menatap sinis
Kawasan Hutan Perbatasan Desa Goferow.'Aku tidak menyangka hewan buas yang mengincar kami lebih banyak dari perkiraanku, sebelumnya..' batin Kayn.Dirinya dan Verlyn kini sedang bersembunyi di balik pohon besar rindang dari pantauan beruang hitam yang sedang kelaparan di belakang mereka.Kayn sedikit mengintip ke arah belakang pohon untuk melihat posisi beruang hitam yang sedang mencari-cari mereka dengan cepat. Kayn menghela napas panjang dan berusaha memikirkan cara untuk lepas dari pandangan beruang tersebut.'Jika terus seperti ini, ada kemungkinan bahwa beruang itu akan menemukanku dan Verlyn di sini dengan cepat!' batin Kayn.Verlyn melepas genggaman tangannya dari tangan Kayn lalu membuka resleting tasnya perlahan agar tidak terdengar oleh beruang. Kayn yang tiba-tiba tidak merasakan genggaman tangan Verlyn, langsung menoleh dan melihat Verlyn yang tengah membuka tutup daging kaleng lalu kembali mencari sesuatu di dalam tasnya."Apa yang sedang kau lakukan, Verlyn?" tanya Kayn
Kawasan Hutan Dalam Desa Glosica.'Apa ada sesuatu yang sedang merasuki pikiran dalam Kayn? Dia bahkan sampai menjaga dan memantauku agar aku tetap selalu berada, di sisinya..'Verlyn terus mengikuti langkah Kayn di belakangnya karena tangan Verlyn sendiri terus di genggam oleh Kayn dari saat awal masuk ke kawasan desa Glosica.Verlyn menatap ke arah tangannya yang terus di genggam oleh Kayn dengan erat. Ke dua pipinya sedikit memerah dan berusaha untuk berpikir jernih dan tidak terlalu percaya diri.'Ya, dia pasti terpaksa menjagaku agar dia tidak di marahi ibunya setelah kembali ke kota, kan?' pikir Verlyn dalam hatinya.'Tapi sebelum itu..' Verlyn menatap ke arah Kayn. 'Apa kami akan terus melanjutkan perjalanan saat langit sudah larut, begini?!'Kayn tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat langkah Verlyn ikut terhenti. Dia menoleh dan menatap ke arah Verlyn."Apa kau masih sanggup berjalan? Atau kau sudah mengantuk, Verlyn?" tanya Kayn yang tampak sedang memastikan keadaannya s
"K–Kayn, apa mereka adalah penduduk asli desa ini, Kayn?!" bisik Verlyn."Mungkin iya. Padahal aku sudah memilih rute yang tidak melewati pedalaman desa secara, langsung.."Verlyn dan Kayn mundur perlahan setelah mereka ketahuan dan di kerumuni oleh sekelompok pria berpakaian sederhana yang masing-masing membawa obor di tangan mereka."Apa kita akan menjadi santapan, mereka..?" tanya Verlyn pasrah.Kayn mengeratkan genggaman tangannya seolah meyakinkan Verlyn bahwa dia akan baik-baik saja di sini. "Tenanglah, Verlyn. Jangan gegabah.."Salah satu di antara mereka melangkah mendekat ke arah Verlyn dan Kayn sambil membawa tombah yang terbuat dari bambu dan mengarahkannya ke arah mereka."Katakan kepada kami, kalian berasal dari mana?! Dan apa yang kalian inginkan dari desa kami!?" tanya pria tua bermuka garang itu."K–kami.." Verlyn menelan ludah dan tiba-tiba tidak bisa mengeluarkan suara dari mulutnya.'Anxiety sialah!' batin Verlyn kesal.Di sisi lain, Kayn berusaha tenang dan menatap
Kawasan utama Desa Fandaria."Kami akan mengantar Anda berdua untuk menemui Tetua Cherryn di rumahnya," ujar pria tua yang sebelumnya menodongkan tombak ke arah mereka.Verlyn dan Kayn mengangguk lalu mengikuti pria tua itu di belakangnya sambil terus berpegangan tangan karena Verlyn masih merasa sedikit takut dengan tatapan orang-orang yang ikut berjalan di sekitar mereka."Kau masih takut, Verlyn?" tanya Kayn pelan.Verlyn menggeleng cepat dan menengadah ke arah Kayn. "Ti–tidak, Kayn! Aku hanya masih bingung dengan sikap mereka yang tiba-tiba berubah drastis kepada kita, sekarang ini..""Begitu, ya? Jika kau merasa tidak nyaman, katakan saja kepadaku, oke?"Verlyn tersenyum dan mengangguk lalu kembali menatap ke arah tanah dengan perasaan yang campur aduk.'Mereka tiba-tiba berubah seperti ini setelah melihat kalung liontinku.. Sebenarnya, ada apa?'Tiga puluh menit lalu.Jalan Masuk Desa Fandaria."Apa kau benar-benar yakin itu nama nenekmu, Verlyn?" tanya Kayn memastikan.Verlyn m