Di suatu tempat yang aneh, sosok pemuda dapat melihat dunia yang berwarna merah darah. Dia tampak terkejut sekaligus heran dengan apa yang sebenarnya terjadi. “Apa ini? apakah aku terkena ilusi Saluang Badarah itu lagi?” sosok pemuda itu ternyata adalah Surya, dia hanya bisa bertanya dengan khawatir ketika melihat ke sekeliling. Melihat ke sekeliling lagi, Surya kini tampak tersadar bahwa apa yang dia lihat memang terlihat sama namun jelas berbeda dengan ilusi yang ditimbulkan Saluang Badarah. Dia kini tidak terjebak di dalam satu dunia aneh, melainkan dia menjadi pengamat dari dunia yang aneh. Ini jelas berbeda karena perbedaan sudut pandang yang dijalani Surya sebelumnya adalah sudut pandang orang pertama, namun kini dia malah menjadi sudut pandang orang ketiga. Karena Surya mulai paham tentang apa yang terjadi, dia mencoba melihat peristiwa yang ada di depannya. peristiwa itu jelas sangat hidup dan tampak asli, namun suasananya sungguh suram meskipun tokoh yang ada di dimensi it
Di ruangan vvip pelelangan Cahayo Pagi. tampak tiga orang pemuda melihat ke arah yang sama dengan perasaan berkonflik. Mereka sedang melihat pedang yang tampak lusuh sedang bergetar tanpa alasan. Surya menjadi bingung sekaligus cemas, dia mau tidak mau melompat ke arah pedang itu berharap bisa menahannya. setelah lompatan itu akhirnya Surya bisa menggenggam pedang itu dengan sekuat tenaga. Rohid dan Riri tidak tahu harus berkata apa, mereka hanya bisa berteriak dalam hati. “Sial aku akan menjadi gila! Apakah pedang itu bergetar seperti itu sebelumnya?” Jelas Rohid tidak mau mengakuinya. Namun bukti sudah jelas dan bahkan langsung melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Rohid memang tau bahwa pedang itu bergetar sebelumnya, namun dia tidak pernah berharap bahwa pedang itu bergetar dengan sangat menakutkan. Sebelumnya meski dia sudah tau pedang itu bergetar, dia masih bisa mendebatnya dengan mengatakan bahwa Surya sengaja bermain lucu dengan pedangnya itu, namun kini dia bahkan t
Di ruangan vvip nomor tiga, tampak seorang pemuda sedang menggenggam sebuah pedang dengan susah payah. Sosok itu adalah Surya, dia dengan sangat bertekad menggenggam pedang yang telah lama mengacaukannya itu. “Sial pedang terkutuk ini,” keluh Surya saat menggertakkan giginya. Dia tidak berharap bahwa respon pedang itu begitu menakutkan. Karena Surya sudah tidak tahan, dia mulai mengaliri energi rimau yang ada di jantungnya perlahan mulai bergegas ke arah tangannya. Sementara itu dua orang yang ada di sekitar Surya hanya bisa melihat Surya dengan cemas. Bagaimana kedua orang itu tidak cemas, sosok Surya kini benar-benar kacau. Tubuhnya yang tegap itu kini sedikit membungkuk karena satu alasan. Wajah Surya memerah dan vena yang ada di tubuhnya juga mulia timbul layaknya selang yang akan meledak. “Sial apa lagi kali ini?” tanya Rohid cemas Ketika melihat ke arah Surya. Riri yang sama terkejutnya hanya bisa diam membatu dengan sedikit bergetar menatap takut ke arah surya. Surya
Di ruang vvip nomor tiga lelang rumah dagang Cahayo Pagi, Surya sedang menunggu kedatangan orang. Dia tampak cukup cemas saat menggenggam sebuah pedang. Sesekali Surya akan melihat ke arah pedang itu dengan tatapan kompleks. “Sial aku harus cepat menjauh dari tempat ini. jika tidak, aku hanya akan bunuh diri.” Surya berkata dengan setengah hati. Jelas dia sedikit tidak terima dengan apa yang terjadi. Setelah menunggu beberapa saat, seorang wanita cantik datang membawakan sebuah kotak. Wanita itu tampak tersenyum mendekat ke arah Surya dengan sangat menggoda. “Kali ini mari kita lihat, apakah kau bisa lepas dari pesona ku.” Wanita itu berpikir licik. Harum mawar mulai tercium manis memenuhi ruangan. Riri dan Rohid yang berada di ruangan yang sama sedikit menjadi terhipnotis. Mereka berdua menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Jelas pihak lain membantu mereka keluar dari segala macam pikiran yang telah lama menumpuk di otak mereka ini. Namun Surya yang mencium hal wangi itu hanya
Di sebuah rumah dagang yang ada di kota Tanah datar, tampak ramai dengan sekelompok orang yang sedang berpartisipasi dalam lelang. Setiap orang tampak sangat bersemangat dan memperhatikan pelelangan itu dengan seksama. Seorang pemuda kemudian berjalan keluar dari gedung pelelangan dengan sangat tenang, pemuda itu tidak lain adalah Taji. Dia merupakan anak buah dari Masiak Sipadeh. Pemuda itu berjalan ke satu arah tertentu dengan gerak-gerik yang mencurigakan. Taji berjalan tidak jelas dan kemudian mulai masuk ke sebuah daerah yang tampak rimbun dengan pepohonan. Jelas pemuda itu sudah meninggalkan kota Tanah datar dan memasuki Kawasan yang tidak diketahui. “Hahaha aku sangat puas karena tuan mudo menyuruhku untuk memerintah sekelompok anjing gila itu.” Entah mengapa selama perjalanan yang rumit itu, Sosok Taji malah terlihat sangat senang. Dia tampak tidak keberatan sama sekali berjalan jauh dan merepotkan hanya untuk memberitahukan perintah dari Masiak ke kelompok yang dipanggil ‘
Pagi hari, di salah satu ruang tamu penginapan yang ada di kota Tanah datar. Seorang pemuda sedang makan sendirian di mejanya dengan lahap. Pemuda itu membuat orang di sekitar sedikit tidak nyaman. bagaimana tidak, dia makan layaknya orang yang tidak pernah makan selama bertahun tahun. Meskipun begitu, orang yang melihatnya hanya bisa berpura-pura tidak melihat. Makan yang kacau itu terus berlanjut hingga bahu pemuda rakus itu ditepuk oleh sebuah tangan. “Heyy Surya, bukankah kau makan terlalu banyak?” tanya sosok itu dengan aneh Ketika melihat tumpukan piring yang tersebar di meja Surya. “Ahh Rohid! Aku hanya mencoba untuk memulihkan diriku setelah kejadian semalam.” Surya tampak beralasan. Mendengar pernyataan Surya itu, Rohid mau tidak mau memikirkan kejadian semalam. Seketika itu keringat seukuran butiran beras mulai jatuh di sekitar dahinya. Jelas Rohid telah menjadikan peristiwa kemarin malam adalah mimpi terburuknya. Melihat ekspresi buruk pihak lain, Surya mulai menyuru
Di salah satu jalan yang ada di Kota Tanah Datar. Seorang pemuda sedang berjalan ringan ke satu arah. pemuda tegap itu tampak sedikit canggung Ketika sedang melangkah. “Sial! Apakah ini hanya perasaanku saja? Atau memang benar bahwa aku telah diikuti?” Pemuda itu khawatir dengan banyak. Surya yang baru saja keluar dari hotel tampak sedikit gelisah, dia berjalan dengan posisi yang sangat canggung selama beberapa waktu. Karena merasa buntu, Surya mulai menepi dan menghampiri sebuah tempat makan. Meskipun dia telah makan banyak sebelumnya, Surya masih memesan sebuah makanan agar tidak terlalu terlihat mencurigakan. Dengan itu dia mulai duduk dengan sangat tenang. Meskipun begitu. Detak jantung Surya berdegup kencang selama beberapa saat. Jelas dia dalam kondisi emosi yang sedang tidak baik-baik saja. “Sekarang apa yang harus aku lakukan?” tanya Surya kepada dirinya sendiri bingung. Saat Surya sedang berpikir, seorang pemuda datang membawakan sebuah mangkuk yang berisikan nasi dan
Di salah satu tempat yang cukup gelap di kota Tanah Datar. seorang yang tampak berusia tiga puluhan bertanya ke orang-orang yang ada di sekitarnya. Setelah melihat kelompok itu menggeleng dengan wajah buruk, sosok yang bertanya itu seketika menggerutu. “Kemana anak itu pergi? Sial!” teriaknya tidak puas. Pria itu adalah Retriever, salah satu dari anak orang dari anggota Anjing liar. Dia saat ini sangat bingung, dia telah dengan hati-hati mengikuti pihak lain dari tadi. “Apakah kami ketahuan?” Dia Kembali berpikir tentang Surya. Retriever hanya bisa mengingat bahwa mereka mengikuti pihak lain dengan sangat lancar. Tidak ada satupun dari kelompoknya yang membuat kesalahan. Dengan itu dia mulai menyampaikan. “Atau apakah kita ketinggalan karena terlalu sibuk berunding?” Tampak tidak memiliki jawaban lain atas hal itu, Retriever mulai memutuskan. “Kalian, suruh anjing-anjing kalian untuk segera mencari.” “Baik.” Kelompok itu menjawab serentak dengan seragam. Setelah itu, sejum