Di ruang vvip nomor tiga lelang rumah dagang Cahayo Pagi, Surya sedang menunggu kedatangan orang. Dia tampak cukup cemas saat menggenggam sebuah pedang. Sesekali Surya akan melihat ke arah pedang itu dengan tatapan kompleks. “Sial aku harus cepat menjauh dari tempat ini. jika tidak, aku hanya akan bunuh diri.” Surya berkata dengan setengah hati. Jelas dia sedikit tidak terima dengan apa yang terjadi. Setelah menunggu beberapa saat, seorang wanita cantik datang membawakan sebuah kotak. Wanita itu tampak tersenyum mendekat ke arah Surya dengan sangat menggoda. “Kali ini mari kita lihat, apakah kau bisa lepas dari pesona ku.” Wanita itu berpikir licik. Harum mawar mulai tercium manis memenuhi ruangan. Riri dan Rohid yang berada di ruangan yang sama sedikit menjadi terhipnotis. Mereka berdua menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Jelas pihak lain membantu mereka keluar dari segala macam pikiran yang telah lama menumpuk di otak mereka ini. Namun Surya yang mencium hal wangi itu hanya
Di sebuah rumah dagang yang ada di kota Tanah datar, tampak ramai dengan sekelompok orang yang sedang berpartisipasi dalam lelang. Setiap orang tampak sangat bersemangat dan memperhatikan pelelangan itu dengan seksama. Seorang pemuda kemudian berjalan keluar dari gedung pelelangan dengan sangat tenang, pemuda itu tidak lain adalah Taji. Dia merupakan anak buah dari Masiak Sipadeh. Pemuda itu berjalan ke satu arah tertentu dengan gerak-gerik yang mencurigakan. Taji berjalan tidak jelas dan kemudian mulai masuk ke sebuah daerah yang tampak rimbun dengan pepohonan. Jelas pemuda itu sudah meninggalkan kota Tanah datar dan memasuki Kawasan yang tidak diketahui. “Hahaha aku sangat puas karena tuan mudo menyuruhku untuk memerintah sekelompok anjing gila itu.” Entah mengapa selama perjalanan yang rumit itu, Sosok Taji malah terlihat sangat senang. Dia tampak tidak keberatan sama sekali berjalan jauh dan merepotkan hanya untuk memberitahukan perintah dari Masiak ke kelompok yang dipanggil ‘
Pagi hari, di salah satu ruang tamu penginapan yang ada di kota Tanah datar. Seorang pemuda sedang makan sendirian di mejanya dengan lahap. Pemuda itu membuat orang di sekitar sedikit tidak nyaman. bagaimana tidak, dia makan layaknya orang yang tidak pernah makan selama bertahun tahun. Meskipun begitu, orang yang melihatnya hanya bisa berpura-pura tidak melihat. Makan yang kacau itu terus berlanjut hingga bahu pemuda rakus itu ditepuk oleh sebuah tangan. “Heyy Surya, bukankah kau makan terlalu banyak?” tanya sosok itu dengan aneh Ketika melihat tumpukan piring yang tersebar di meja Surya. “Ahh Rohid! Aku hanya mencoba untuk memulihkan diriku setelah kejadian semalam.” Surya tampak beralasan. Mendengar pernyataan Surya itu, Rohid mau tidak mau memikirkan kejadian semalam. Seketika itu keringat seukuran butiran beras mulai jatuh di sekitar dahinya. Jelas Rohid telah menjadikan peristiwa kemarin malam adalah mimpi terburuknya. Melihat ekspresi buruk pihak lain, Surya mulai menyuru
Di salah satu jalan yang ada di Kota Tanah Datar. Seorang pemuda sedang berjalan ringan ke satu arah. pemuda tegap itu tampak sedikit canggung Ketika sedang melangkah. “Sial! Apakah ini hanya perasaanku saja? Atau memang benar bahwa aku telah diikuti?” Pemuda itu khawatir dengan banyak. Surya yang baru saja keluar dari hotel tampak sedikit gelisah, dia berjalan dengan posisi yang sangat canggung selama beberapa waktu. Karena merasa buntu, Surya mulai menepi dan menghampiri sebuah tempat makan. Meskipun dia telah makan banyak sebelumnya, Surya masih memesan sebuah makanan agar tidak terlalu terlihat mencurigakan. Dengan itu dia mulai duduk dengan sangat tenang. Meskipun begitu. Detak jantung Surya berdegup kencang selama beberapa saat. Jelas dia dalam kondisi emosi yang sedang tidak baik-baik saja. “Sekarang apa yang harus aku lakukan?” tanya Surya kepada dirinya sendiri bingung. Saat Surya sedang berpikir, seorang pemuda datang membawakan sebuah mangkuk yang berisikan nasi dan
Di salah satu tempat yang cukup gelap di kota Tanah Datar. seorang yang tampak berusia tiga puluhan bertanya ke orang-orang yang ada di sekitarnya. Setelah melihat kelompok itu menggeleng dengan wajah buruk, sosok yang bertanya itu seketika menggerutu. “Kemana anak itu pergi? Sial!” teriaknya tidak puas. Pria itu adalah Retriever, salah satu dari anak orang dari anggota Anjing liar. Dia saat ini sangat bingung, dia telah dengan hati-hati mengikuti pihak lain dari tadi. “Apakah kami ketahuan?” Dia Kembali berpikir tentang Surya. Retriever hanya bisa mengingat bahwa mereka mengikuti pihak lain dengan sangat lancar. Tidak ada satupun dari kelompoknya yang membuat kesalahan. Dengan itu dia mulai menyampaikan. “Atau apakah kita ketinggalan karena terlalu sibuk berunding?” Tampak tidak memiliki jawaban lain atas hal itu, Retriever mulai memutuskan. “Kalian, suruh anjing-anjing kalian untuk segera mencari.” “Baik.” Kelompok itu menjawab serentak dengan seragam. Setelah itu, sejum
Malam hari yang gelap dan sedikit dingin, tampak seseorang sedang duduk tampak berpikir. Dia tidak lain adalah Retriever yang telah lama mencari pemuda yang telah dipesankan oleh bosnya. Tampak berpikir, Retriever hanya bisa tertunduk bingung. Hanya beberapa saat setelah dia duduk, Retriever bisa mendengar suara yang cukup ricuh dari salah satu sudut area di sekitarnya itu. Dengan sangat penasaran Retriever menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Saat pandangan Retriever sudah berada di jalurnya, dia sangat terkejut. Sebuah tangan yang begitu kokoh dan tampak tajam mulai melesat ke arahnya. “Swushh!” Suara angin pun pecah Ketika Retriever menghindar. Reflek tubuhnya sangat cepat, dengan begitu pihak lain hanya memukul udara kosong. Sementara pihak lain menjauh karena serangannya yang tidak kena, Retriever mulai memposisikan dirinya agar bisa berdiri dengan stabil. Setelah itu Retriever melihat ke arah sosok yang menyerangnya dengan cukup seksama. “Sial siapa orang ini?” tan
“Bang!” Suara besar mulai terdengar beriringan dengan angin puyuh yang menggetarkan bumi. Dengan ini Surya tersenyum puas. “Akhirnya selesai juga,” gumam-nya pelan. “Siapa yang bilang ini sudah selesai?” kata pihak lain dengan penasaran. Sebuah suara yang berat mulai terdengar, dengan ini Surya mau tidak mau mengubah suasana hatinya begitu cepat. Karena panik, Surya mulai melompat jauh ke belakang untuk memperluas jarak pandangnya. Saat Surya sudah berada jauh dari tempat sebelumnya, dia bisa melihat seorang yang tampak kacau berdiri di depan seorang yang bergetar ketakutan. “Sial siapa orang ini?” Ekspresi Surya langsung buruk setelah melihat apa yang ada di hadapannya ini. bagaimana tidak, sosok yang baru saja datang itu bisa menyelamatkan pihak lain dari serangannya hanya dengan berdiri. Bukankah itu berarti serangan Surya di tangkis dengan mudah hanya dengan tubuhnya! Dengan itu Surya melihat dengan ngeri ke arah pihak lain. Sementara Surya dalam keadaan ngeri, sosok ya
Hai assalamualaikum semua!, Apa kabar? Semoga baik baik saja ya! Batam, 28 juni 2022 Saya Ampas tahu selaku author dari novel yang berjudul [Taring Putih Dari Barat] ingin menyampaikan beberapa hal yang mungkin harus diketahui pembaca. Novel ini merupakan karangan dan imajinasi author, sehingga teman-teman pembaca harus bijak dalam menyikapi segala macam hal-hal yang ada di dalam novel ini. sekiranya pembaca dapat mengambil pelajaran yang baik dan buang hal-hal yang buruknya. Saya meminta maaf terlebih dahulu jika budaya dan adat yang saya tampilkan di cerita mungkin sedikit berbeda atau bahkan salah dari aslinya. Saya selaku author tidak bermaksud untuk melecehkan atau menyinggung adat dan budaya tertentu. Saya hanya ingin memasukan unsur adat agar terlihat lebih menarik dan dapat memperkenalkan budaya Indonesia yang beragam kepada pembaca. Saya selaku author insya Allah akan menulis dengan konsisten 50 bab per bulan, atau sama dengan 2 bab setiap hari-nya selama 2
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga