Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya đđđ.
Di sebuah area yang cukup penuh dengan sejumlah gerbong, tampak beberapa pemuda tengah menunggu dengan tidak sabar. âSial! Mengapa para tetua membelanya? Apakah dia adalah anak haram tetua?â tanya Fajar dengan marah. Toni yang mendengarkan hal ini hanya bisa cemas dibuatnya. Karena merasakan pihak lain sudah keterlaluan, Toni mulai menyarankan. âHehhh Fajar, kau jangan berkata seperti, jika tetua mendengarnya, mungkin kau akan habis.â Toni berkata dengan serius. âHabis apanya, aku tidak peduli, jelas ini semua tidak adil. Sebenarnya yang murid belati bengkok itu dia atau kita? Mengapa dia selalu di prioritaskan sementara kita tidak?â tanya Fajar dengan tidak puas. Toni yang mendengar hal ini hanya bisa terdiam di buatnya. Jelas dia setuju dengan perkataan pihak lain. Melihat dari waktu yang dia habiskan di perjalanan, bisa di lihat jelas bahwa ada perbedaan dalam sikap para tetua saat berhubungan dengan Surya. Pada awalnya, Toni berpikir ini adalah hal biasa mengingat kesalahan
Di sebuah area yang tersinari oleh cahaya pagi, sekelompok orang tengah menatap ke satu arah dengan tampilan tidak percaya. âSejauh mana silat anak ini sampai-sampai aku tidak bisa merasakan keberadaannya?â tanya tetua pertama dengan ragu. Tetua kedua yang juga melihat hal ini hanya bisa sekali lagi mengingat segala cerita yang disampaikan tetua kelima pada mereka sebelumnya. âSebenarnya siapa anak ini?â tanya tetua kedua. Jelas kemunculan Surya begitu mencurigakan, dia seolah datang dari udara kosong dan tiba-tiba menjadi sosok kuat yang berpengaruh di kota Dataran Tinggi. Dan lagi, narasi-narasi tentang pemuda itu begitu sulit untuk bisa di percaya. Sementara para tetua tampak heran, Fajar malah menjadi sedikit takut karenanya. âApakah tetua keliru sebelumnya?â tanya Fajar dalam hati. Jelas sekali Fajar bisa melihat ekspresi terkejut di wajah para tetua. Dengan ini dia menyimpulkan bahwa Surya tidak sesederhana kelihatannya. âAku harus lebih bijak kedepannya. Aku tidak ingin
Di dalam sebuah gerbong yang sedang bergerak maju menuju ke satu arah. tampak dua orang paruh baya yang tengah duduk dengan ekspresi mengkerut karena satu alasan. Kedua orang itu tidak lain adalah tetua dari perguruan belati bengkok. âBau apa ini?â tanya tetua kedua heran. Tetua pertama yang juga merasakan hal sama hanya bisa mengarahkan pandangannya untuk melihat ke luar jendela. Saat tetua pertama sudah menatap keluar, dia hanya bisa terkejut melihat Kawasan kacau dengan tampilan gosong di hadapannya. âApa yang terjadi di sini?â tanya tetua pertama dengan wajah kaku. Tetua kedua yang melihat ekspresi tetua pertama itu mau tidak mau menjadi penasaran dan melihat ke arah yang sama. Setelah melihat, tertua kedua menjadi tidak kalah terkejut dari tetua pertama. Jelas apa yang mereka lihat kali ini begitu mencurigakan. Saat tertua kedua masih dalam keadaan tertegun, tetua pertama sudah mulai sadar dan bergegas untuk memperhatikan setiap sudut dari area bobrok itu meski dari kejau
Di depan gerbang kota Lembah harum, terdapat beberapa gerbong yang sedang berbaris dengan rapi mengantri untuk masuk ke dalam kota. Setiap orang yang ada di setiap gerbong dari kelompok perguruan belati bengkok tampak bersemangat, bahkan tidak terkecuali untuk para tetua. Jelas mereka sudah terlalu bosan dan lelah bepergian selama beberapa hari. Setelah menunggu beberapa saat, kelompok gerbong perguruan belati bengkok itu akhirnya benar-benar berada di depan pintu gerbang kota itu. Sebelum mereka bisa masuk, kelompok itu mulai diperiksa oleh penjaga yang bertugas. Penjaga itu tampak melakukan kerjanya dengan begitu serius. Dia melihat isi dari setiap gerbong yang kelompok belati bengkok bawa. Penjaga gerbang itu tampak mengangguk ketika tidak menemukan apapun yang mencurigakan. Namun di saat sosok penjaga itu mencoba untuk mengecek salah satu gerbong, dia menemukan empat pemuda yang duduk dengan suasana canggung di dalam gerbong. Penjaga itu tampak tidak peduli pada awalnya dan b
Di salah satu gerbong yang tengah terparkir di luar kota Lembah harum, sekelompok orang tampak tengah menatap ke satu arah dengan ngeri. âSial! siapa sebenarnya monster ini,â kata Fajar mengeluh dengan sedikit takut. Pemuda itu jelas memiliki permusuhan yang dalam terhadap Surya, namun dia terus saja ditunjukkan keanehan pihak lain yang tidak masuk akal terus menerus. jelas dia akan semakin terpuruk jika salah menilai pihak lain. âApakah aku terlalu berlebihan?â tanya Fajar dengan sedikit khawatir. Sementara Fajar tengah berpikir, kelompok orang yang ada di sekitar juga punya pemikirannya masing-masing. âSiapa anak ini? mengapa aku begitu takut hanya dengan seorang anak?â tanya dalam hati penjaga yang sebelumnya mencoba untuk membangunkan Surya. Toni dan juga Nova yang juga ada di dalam gerbong itu sama bingungnya dengan penjaga atas perilaku aneh surya. âApakah dia kesurupan atau bagaimana?â tanya Toni dalam hati ketika bingung melihat tampilan Surya yang begitu menyeramkan. Je
âPenjaga gerbang apakah kami bisa masuk? Apakah ada yang salah dengan rombongan kami?â tanya paruh baya itu sedikit akrab. Dengan pertanyaan itu suasana di sekitar menjadi sedikit canggung. Kelompok tiga orang murid belati bengkok tampak sedikit khawatir karena satu alasan. Dengan ini kelompok itu mulai menatap ke arah penjaga gerbang dengan tatapan yang begitu aneh. Ada perasaan berharap, takut, waspada dan berbagai emosi lainnya yang ditunjukkan oleh tatapan ketiga murid itu. Sementara ketiga murid itu entah tengah berpikir apa, penjaga gerbang yang sudah memeriksa sebelumnya tampak terhenti karena satu alasan. Dia jelas menjadi bingung bagaimana cara untuk merespon pertanyaan pihak lain. âPemuda itu sangat berbahaya, apa yang harus aku lakukan?â tanya penjaga gerbang itu sedikit bingung. Dengan itu perasaan haus darah yang menghantui lehernya mulai terputar kembali di benak penjaga itu. entah mengapa setelah mengingat kembali kejadian itu, penjaga malah menjadi semakin taku
Di dalam sebuah gerbong yang tengah terparkir di area salah satu penginapan yang ada di kota Lembah harum, tampak beberapa orang tengah melihat satu sama lain dengan canggung. Kelompok orang yang saling menatap dengan canggung itu tidak lain adalah tiga orang murid belati bengkok. Mereka jelas tahu bahwa perjalanan telah berhenti dan mereka akan menginap beberapa hari di kota ini sebelum melanjutkan perjalan mereka menuju ke kota Bukit Curam. Namun yang menjadi pemikiran kelompok itu kini adalah sosok pemuda yang tengah tertidur malas di dekat mereka. Sosok itu sudah menjadi layu sejak lama, dengan ini mereka tidak terkejut sama sekali sekarang. Namun mereka perlu keluar untuk bisa masuk ke dalam penginapan agar kemudian mereka bisa menikmati kenyamanan yang diberikan penginapan itu. Jelas mereka begitu mati gaya ketika tidak tahu bagaimana caranya agar mereka tidak menyinggung perasaan pihak lain. Jika mereka keluar tanpa berpamitan, mungkin pihak lain akan tersinggung. Jika me
Di salah satu area sekitar penginapan yang ada di kota Lembah harum, tampak sekelompok orang tengah melihat ke sisi dalam gerbong. Kelompok itu tidak lain adalah rombongan perguruan belati bengkok. Sebelumnya, tertua kedua menggerakkan tubuh Surya dengan semangat karena mereka semua telah sampai. Hal ini membuat kelompok tiga orang yang merupakan murid dari belati bengkok itu sedikit ragu dan juga menjadi khawatir. Mereka tidak siap untuk merasakan hawa dingin aneh itu lagi. Dan saat pemuda lemas itu sudah membuka mulutnya untuk bersuara. Tampilan asap putih yang dingin mulia keluar dari mulut sosok itu seperti yang terakhir kali. Dengan ini kelompok tiga orang itu tanpa sadar menahan nafas mereka ketika menatap ke arah pemuda lemas itu. Tetua kedua yang samar-samar merasakan perubahan mikro dari ekspresi kelompok muridnya hanya bisa menjadi bingung. âKenapa orang-orang ini?â tanya sosok tetua itu dalam hati. Namun saat tetua semakin memperhatikan, dia bisa melihat tampilan ho
âArgh!!!âSeorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
âBadum⌠badum⌠badumâŚâ Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. âTuk tak tukâŚâ Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
âSwoosh~â âDum⌠dum⌠dumâŚâ Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. âBahkan kekuatannya sama!â teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. âApa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?â katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
âSwosh!âSuara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.âPluk.âSuara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.âPluk!âSeolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.âApa situasinya?â Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. âSial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?â tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. âCihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!â Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. âAhhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkinâ Pemuda itu dengan panik berterika. âTidak-tidak kalian semua serang, janga