Beranda / Pendekar / Tarian Pemikat Serigala / Bab 23. NYI RONGGENG MELAWAN PRANATA

Share

Bab 23. NYI RONGGENG MELAWAN PRANATA

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-26 19:54:53

Semboja dan Dewi Rimbu berlari keluar dari hutan. Mereka harus secepatnya kembali ke goa tempat mereka tinggal. Sudah cukup bagi mereka untuk beristirahat. Hari sudah mulai gelap.

Jleng!

Seorang lelaki datang menghadang. Tentu saja membuat gadis itu terkejut. Semboja langsung mengenali orang tersebut.

"Juragan Pranata." Semboja tahu sekali siapa yang datang itu.

"Lelaki tua, mengapa menghalangi jalan kami?" teriak Dewi Rimbu. Muka gadis itu tampak berubah, rupanya dia tidak suka dengan kehadiran Pranata.

"Tidak ada yang menghalangi jalanmu, Cantik, Hahaha hahaha hahaha." Pranata menjawab sambil tertawa terbahak-bahak. Dia pura-pura minggir ke tepi jalan setapak itu.

Semboja waspada dengan ilmu yang baru saja dikuasainya. Sementara Dewi Rimbu tidak tahu siapa Juragan Pranata. Rupanya dia lupa pernah bertempur dulu dengan Panji. Panji adalah anak buah Pranata.

"Aku tidak mengenalmu dan tidak ada urusan denganmu, Juragan. Menepilah! Aku masih banyak urusan!" Dewi Rimbu berteriak dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 24. BINAR-BINAR CINTA

    Semboja dan Dewi Rimbu bersiap-siap untuk menyerang Pranata. Hampir seketika, keduanya menyerang. Dewi Rimbu bergerak cepat, menggunakan ilmu silat Banyu Biru untuk membuka pertahanan Pranata.Sementara itu, Semboja menggunakan ilmu yang diajarkan Dewi Rimbu untuk menyerang Pranata dari belakang.Berdasarkan instruksi Dewi Rimbu, Semboja mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan bersiap untuk serangan mereka berdua. Pranata berdiri tegak menunggu, siap untuk menghadapi apa pun yang mereka lakukan.Pertarungan tersebut akhirnya mencapai puncaknya. Pedang Semboja beradu, meluncur cepat menebas udara menuju Pranata. Serangan ganda mereka mengejutkan Pranata, membuatnya bergeming sejenak. Namun, hanya sebentar. Dengan cepat dan tangkas, satu tangan Pranata memegang pedang Semboja, sementara tangan yang lain menangkis serangan dari Dewi Rimbu."Mereka berdua … sangat hebat," Pranata membatin sambil mengerutkan keningnya. Dia merasakan tekanan dari serangan mereka berdua. Jantungnya berdegup

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 25. ANCAMAN KUSUMA

    Mardawa menatap Semboja yang tertunduk. Dia merasa nyaman berada di dekat gadis tersebut. Begitu juga Semboja, sejak pertemuannya dulu dirinya tertarik kepada pemuda itu Di tengah gemerlap mentari yang mengintip di ufuk timur, di bawah keteduhan rimba yang menyimpan nafsu dan cinta, keduanya merajut janji. Janji yang akan membawa angin perubahan bagi kehidupan mereka. "Bagaimana latihanmu, Semboja?" tanya Mardawa sambil tergagap. Dia bingung harus memulai dari mana. Bahkan kata-kata manis yang sudah disusun rapi raib bagai debu tertiup angin.Semboja mengeluh dalam hatinya. Bukan kata-kata mesra yang didengarnya tapi tentang ilmu kanuragan. Meskipun begitu dirinya sangat bahagia. Apa pun topik yang dibahas asal Mardawa di sisinya tetap mengasyikan."Seperti yang Kakang lihat tadi. Aku sudah berhasil menguasai jurus bermain pedang. Dewi Rimbu mengajarkan aku banyak hal." Semboja menjawab sambil tetap menunduk. Rasanya badan panas dingin, karena dalam hidupnya baru dengan Mardawa dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 26. DENDAM KUSUMA

    Mardawa yang berdiri di samping Semboja merasa tersindir dengan kata-kata Kusuma. Mukanya merah, malu sudah mengajak Kusuma berduaan dengannya. Dewi Rimbu memang keterlaluan. Wanita itu pergi entah ke mana, meninggalkan mereka berdua. Ini malah menjadi boomerang buat mereka. "Jaga ucapanmu, Kusuma!" sergah Mardawa. Dia tidak terima jika dituduh melakukan perbuatan tidak senonoh. Bagaimanapun, dirinya masih punya batasan."Aku tidak bicara padamu, Kakang. Aku bicara sama gadis kegatelan ini!" teriak Kusuma sambil menunjuk ke arah Semboja. Wajahnya tampak sangat emosi karena kecemburuan yang sangat besar. Dirinya sudah rela menjalani latihan yang keras, demi cintanya pada Mardawa. Gadis itu yakin, jika dirinya mempunyai ilmu kanuragan tentu Mardawa akan tertarik padanya."Dia bersamaku di sini. Aku pergi sebentar mencari daun-daunan untuk obat. Ada yang salah dengan Semboja?" Tiba-tiba ada suara wanita menengahi. Wanita itu datang bagaikan siluman, tahu-tahu ada di hadapan mereka.Kusu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 27. KAKEK MISTERIUS

    Panji membawa kabar mengenai ancaman Mardawa. Pemuda itu mengatakan bahwa Dewi Rimbu telah bergabung dengan Mardawa untuk menyerang Perguruan Serigala Putih. Itu merupakan ancaman baru untuk mereka. Rupanya sekarang pendekar sudah berkongsi untuk melenyapkannya. Pranata marah mendengar kabar tersebut. Dia harus mengatur strategi jitu untuk mengalahkan Mardawa. Pemuda itu yang harus lebih dulu dimusnahkan. Jika Pranata sudah tidak ada di muka bumi ini, pendekar yang lainnya adalah urusan kecil bagi Pranata."Hmm, aku pikir kita bisa menggunakan kekuatan hitam untuk menyelesaikan masalah ini," kata Pranata bergumam. "Atau menggabungkan kekuatan air dan api." Beberapa jurus yang disebutkan terakhir, baru saja dikuasainya setelah dirinya bergabung dengan kekuatan hitam yang misterius."Panji, susun rencana yang bagus untuk menghadapi serangan mereka!" suruh Juragan Pranata. Panji adalah muridnya yang bisa dipercaya, beberapa kali berhasil dalam perampokan ke kampung-kampung."Baik, Jurag

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 28. CURIGA

    Mardawa terkejut, hampir saja dia terjatuh dari dahan tempatnya tidur. Suara lolongan serigala itu mengagetkan dirinya yang tengah tidur-tidur ayam. Di benaknya langsung berbunyi tanda bahaya. Serigala itu begitu cepat jika sudah minta korban."Seperti suara serigala saat kedatangan Ratu Kali Wingit dan Ratu Duyung dulu." Mardawa membatin. Dia duduk tegak, meruncingkan telinga agar jelas arah mana yang harus didatangi.Mardawa buru-buru turun dengan cara bersalto. Kakinya menyentuh tanah dan berusaha meredakan degup jantungnya yang masih berdebar kencang. Dia ingat betul saat Ratu Kali Wingit dan Ratu Duyung datang waktu itu, kematian anak buah Pranata menjadi tumbalnya. Saatnya kini Mardawa harus mencari tahu apa yang terjadi. Adakah mereka berdua ada hubungannya dengan serigala tersebut?Menyusuri hutan, Mardawa mulai merasakan ada aura ganjil. Semilir angin menerpa wajahnya, mengingatkan pada fenomena alam yang pernah diceritakan Eyang Suwita dulu. Hutan yang biasanya hangat dan ce

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 29. HUTAN SILUMAN

    Mardawa kaget dengan serangan Ratu Kali Wingit. Dia tidak menyangka jika wanita itu mengarahkan pukulannya ke arah rimbunan pohon. Mardawa tahu ada pengintip sejak tadi. Hanya saja dirinya sibuk menghadapi serigala tadi."Aku perintahkan lagi, keluar!" bentak Ratu Kali Wingit. Rupanya dia sudah habis kesabaran. Sekali lagi dia akan mengarahkan pukulannya ke tempat yang sama. Namun, sesosok laki-laki muda melompat keluar."Tahan!" Seorang pemuda datang dari tempat persembunyiannya. Wajahnya sedikit pucat karena kematian Anggara yang disesalinya. Dia tidak berhasil menyelamatkannya."Kau Panji? Apa hubunganmu dengan serigala tadi?" tanya Mardawa. Dirinya curiga dengan kehadiran Panji, mungkin benar kata orang. Bahwasanya serigala itu peliharaan Juragan Pranata."Justru aku yang ingin bertanya, mengapa serigala itu membantai anak buahku? Dan muncul bersama kalian!" Panji melirik ke arah Ratu Kali Wingit. Merasa dicurigai Ratu Kali Wingit marah, dia menuding ke arah Panji. Dia merasa tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 30. TIBA-TIBA SAKTI

    Kusuma mundur saat melihat makhluk yang mengaku sebagai Eyang Chou. Dia kaget melihat muka tersebut. Wajahnya menyeramkan, mata melotot seperti mau keluar. Pipi cekung dengan tulang pipi menonjol, bibir tebal dan hitam. Kepala besar dan licin tanpa rambut. Kusuma bergidik melihatnya. Entah dari mana datangnya makhluk tersebut. Entah itu manusia atau bukan."Eyang Chou, di manakah kau?" Kusuma meratap memanggil gurunya. Rasanya dia tak mampu lagi menggerakkan kakinya untuk berlari saat mata itu menatapnya tajam. Mendadak tubuh Kusuma panas dingin. Aura yang keluar dari mata tersebut sangat menakutkan. Kusuma menduga inilah terakhir kali dia melihat matahari. Mata gadis itu masih mencoba mencari sosok Eyang Chou.Di saat yang sudah terasa mencekam itu, tiba-tiba sebuah angin kencang berhembus mengelilingi Kusuma, seperti melindungi dirinya dari bahaya yang semakin mendekat. Kusuma sempat terkejut, namun sebelum dia sempat mengeluarkan suara, sosok yang sudah lama dicari muncul di depan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 31. HILANG INGATAN

    Makhluk itu berdiri di bawah pohon rindang, gelisah dan melolong panjang. Mungkin ia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Kusuma. Matahari yang menghilang di ufuk barat, membiarkan kegelapan bercampur dengan kesedihan menyelimuti hutan. Eyang Chou memandang gadis di pangkuannya."Pergilah, Saga!" Eyang Chou mengibaskan tangannya. Mengusir binatang itu yang enggan menjauh. Matanya memandang Kusuma dengan sendu. Rasa bersalah memenuhi hatinya.. Seandainya bisa rasanya biar dirinya saja yang celaka."Dia terluka dalam." Eyang Chou bergumam. Segera kakek tua itu membawa Kusuma ke pondoknya, merawat Kusuma dengan penuh kasih sayang. Dirinya yang hidup tanpa anak menjadikan Kusuma sebagai anaknya. Apalagi bapak Kusuma sudah menjadi saudara angkatnya.Dalam kegelapan yang menyelimuti pondok, api unggun di dalam perlahan membesar seiring usapan lembut di ubun-ubun gadis itu. Eyang Chou begitu sayang padanya."Hatimu belum bersih, Kusuma. Jika tidak cepat-cepat sadar dengan hal itu, anak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08

Bab terbaru

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 115. PERTEMUAN

    Juragan Pranata hanya tertunduk mendengar semua ucapan Serigala Perak. Dia merasa salah karena sudah gagal melaksanakan tugas. “Menculik seorang gadis saja kamu tidak berhasil!” seru lelaki itu. Suaranya keras mengandung tenaga dalam yang menggetarkan. Rupanya misi Juragan Pranata adalah menculik seorang gadis, tapi siapa? Bukankah dia juga selalu berusaha untuk menculik Semboja, untuk dijadikan istrinya.“Ampun, Junjungan. Pemuda sialan itu selalu menghalanginya setiap berhasil membawanya. Aku tidak sanggup melawannya.” Juragan Pranata menunduk dalam-dalam setelah mengadukan alasan mengapa selalu gagal. “Siapa pemuda itu? Bukankah aku sudah memberimu ilmu kanuragan yang cukup memadai!” Serigala Perak kembali membentaknya. Lelaki itu sudah sangat marah karena gadis pujaannya tidak kunjung didapatkan.“Mardawa, Junjungan.” Akhirnya Juragan Pranata menyebutkan sebuah nama. Diam-diam Juragan Pranata mengintip reaksi Serigala Perak. Dia penasaran apa Serigala Perak mengenal pendekar s

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 114. KEGAGALAN JURAGAN PRANATA

    Wirya masygul, dia bingung harus bagaimana. Perjalanannya ke goa Nenek Wira tidak membuahkan hasil. Dia harus segera pulang menemui Juragan Pranata. Dengan langkah ragu dan hati yang kebat-kebit, sampai juga akhirnya ke Perguruan Serigala Putih. Wirya masuk dan menghadap gurunya."Apa? Kamu gagal Wirya?" tanya Juragan Pranata. Dia diam sejenak dengan muka tegang."Benar, Juragan." Wirya menjawab takut-takut. Bisa saja sewaktu-waktu juragannya itu murka dan menghajarnya."Mengapa sampai gagal?" tanya Juragan Pranata lagi membentak. Lelaki arogan itu memandang Wirya dengan tajam. Seperti ingin menelannya bulat-bulat.Wirya bingung harus bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu gagalnya di sebelah mana. Dirinya sudah bertempur mati-matian, malah pusakanya itu yang menghilang. Harusnya ketika dia menang bertarung, pedang itu menjadi miliknya."Pusaka itu menghilang." Akhirnya Wirya menjawab juga. Memang seperti itu adanya, Wirya merasa ragu bercerita tentang pendekar lain yang disebutkan se

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 113. PEDANG PUSAKA

    "Puuuh!" Indaku meniup mata Jayaprana. Dia sengaja melakukan itu agar lelaki itu bisa melihatnya. "Kau … kau, makhluk apa?" tanya Jayaprana terputus-putus. Dia kaget melihat seekor macan tengah berbaring di batu besar. Di mana dirinya tengah mencari seorang gadis yang tengah bermesraan dengan Mardawa. "Grrrh!" Macan tersebut malah menggeram. Suaranya membuat bumi yang dipijak bergetar. Jayaprana mundur, begitu juga Mardawa. Dua pemuda itu sama-sama bersikap waspada."Kaukah itu Indaku?" tanya Mardawa dengan ragu. Dia tidak menyangka sama sekali jika gadis yang mengaku sebagai istrinya itu adalah seekor macan. Beberapa saat turun gunung membuatnya menemui berbagai keanehan. Ada manusia peri dan ini manusia juga yang berubah menjadi macan. Mardawa jadi bimbang dan harus ekstra hati-hati setiap bertemu dengan orang baru.Macan itu memandang ke arah Mardawa. Ia mengangguk-angguk kepalanya. Beralih memandang ke arah Jayaprana, matanya merah seperti menyala."Tidak usah, Indaku. Pergil

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 112. INDAKU

    Oli masih seperti sebelumnya. Cengar-cengir gak jelas. Padahal jika di negerinya dia bisa berubah menjadi normal, sangat cantik dan anggun. Dirinya tidak bisa menjadi besar jika ada di negeri manusia."Ni bocah kenapa?" pikir Dewi Rimbu. Rupanya gadis itu tidak sabar untuk mengetahui bagaimana caranya peri kecil itu mengalahkan Jayaprana. Rasanya tidak mungkin jika beradu kekuatan. Bagaimanapun hebatnya jurus yang dimiliki Oli, tubuhnya hanya sebesar capung."Aku masuk ke telinganya. Hihihi hihi hihihi." Sambil masih tetap cengar-cengir Oli menjelaskan. Peri itu melompat-lompat di atas daun talas yang lebar. Rupanya dia masih merasa sangat hebat. "Lalu?" tanya Mardawa. Dia duduk di batu besar. Di sebelahnya juga duduk Dewi Rimbu dengan membawa buntelan bajunya."Aku masuk, gendang telinganya aku tendang-tendang. Tentu saja dia kesakitan, kan. Ehh … sakit gak ya?" tanya Oli sambil berpikir. Matanya memandang Mardawa mohon penjelasan."Paling terasa gatal. Hahaha hahaha hahaha," jawab

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 111. DISELAMATKAN OLI 

    Sesaat Dewi Rimbu terkesima melihat siapa yang datang. Lelaki itu kembali tepat saat dirinya dalam bahaya. Seperti punya firasat akan keselamatannya. Dewi Rimbu merasa sangat berterima kasih. “Mardawa," gumam gadis tersebut. "Bagaimana dia bisa ke sini." Dewi Rimbu tidak sempat berpikir karena Jayaprana sudah bersiap untuk menyerangnya. Dirinya tidak sempat mempersiapkan serangan. Dewi Rimbu pasrah dengan apa yang akan terjadi. Riwayatnya akan tamat hari ini. Lari! Sempat terlintas dalam benaknya. Namun, sampai kapan dia harus terus-menerus berlari dari Jayaprana. Kali ini, jika terhindar dari serangan pemuda itu, Dewi Rimbu akan menghadapinya dengan sekuat tenaga. Tadi, Mardawa sengaja mencari Dewi Rimbu karena curiga dengan Danu. Sekali sentakan, dengan sangat cepat pemuda itu menarik tangan gadis itu ke sebelah kanan. Serangan Jayaprana yang berbahaya lewat tanpa menyentuh gadis tersebut. Tampak Dewi Rimbu bernapas lega. Dia sedikit membungkuk, mengisyaratkan ucapan terima kasi

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 110. DENDAM

    Dewi Rimbu melesat tanpa menoleh lagi. Dirinya yakin jika Mardawa tidak mengikutinya. Gadis itu ingin segera tiba dan tidur dengan nyenyak. Tak ada tempat paling nyaman selain tempat punya sendiri. Walau itu hanya sekedar tempat tidur dari batu.Bulan yang semakin terang saat tengah malam berlalu, memudahkan Dewi Rimbu berlari. Saat dirinya mendongak, bulan tersebut seolah-olah ikut berlari bersamanya. Gadis itu berhenti sejenak, dia memperhatikan keindahan bulan di atas sana. “Indah sekali langit dini hari.” Gadis itu bergumam sambil memandang ke langit. Sesaat dia teringat dengan negeri peri yang baru saja ditinggalkan. Teringat betapa dirinya terpesona dengan keindahan alam di sana. Gadis itu, dia melihat sekeliling, suasana sangat sepi tidak dilihatnya ada orang.“Ah, mengapa aku teringat kepada Eyang Suwita. Mereka sepasang kekasih yang berbahagia. Dewi Rimbu tertunduk, teringat dengan kekasihnya.“Kakang maafkan aku, belum menemukan pembunuhmu. Aku berjanji akan menemukan siapa

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 109. SALAH SASARAN

    Mardawa dan Dewi Rimbu saling pandang, mereka tidak menyangka jika kepergian mereka sudah tujuh hari. Padahal mereka menyangka hanya seharian saja. Sementara Semboja menatap ibunya tidak percaya.“Aku hanya pergi tadi siang sampai malam saja, Mak.” Semboja berusaha memberi tahu ibunya. Rasanya sangat mustahil jika dirinya pergi begitu lama.“Kamu pergi selama tujuh hari, Sari. Emak sampai putus asa mencari, akhirnya Emak anggap kamu sudah meninggal. Memanggil orang untuk membaca doa.” Penjelasan Lastri membuat mereka sadar jika waktu di negeri para peri memang jauh sekali berbeda.Lastri menangis sambil memeluk Semboja. Wanita tua itu sangat takut kehilangan teman hidup satu-satunya itu. Gadis itu balik memeluk ibunya, dia juga takut kehilangan orang yang sudah mengurusnya sejak kecil.Merasa sudah menunaikan kewajiban, Mardawa berpamitan. Dia juga berkewajiban untuk mengantarkan Kusuma dan Dewi Rimbu. Semboja hanya mengangguk sambil menatap kepergian mereka.“Ayo, Dewi Rimbu. Kamu h

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 108. PERGI TANPA PAMIT

    Semboja memandang ke arah Mardawa dan Dewi Rimbu. Dia ingin berterus-terang tapi rasanya malu. Dia hanya tertunduk di hadapan mereka. Persahabatan mereka yang baru seumur jagung membuatnya sungkan. Namun, dirinya juga gelisah jika tidak diungkapkan."Aku takut … takut ….""Iih dari tadi takut-takut terus," potong Dewi Rimbu. Kesal juga lama-lama sama gadis itu. "Apa susahnya terus-terang, cantik?" "Aku takut pada nenekku." Akhirnya Semboja menjelaskan juga alasan dia takut pulang. Gadis itu kadang-kadang menyebut ibunya dengan nenek dan emak, bergantian. Entah mengapa dia selalu merasa jika Lastri bukan ibu kandungnya. Perbedaan usia mereka sangat jauh jika ditelisik. Kadang-kadang Lastri juga keceplosan jika dirinya tidak menikah.“Nenek yang mana?” tanya Dewi Rimbu. Seingatnya Semboja tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Dewi Rimbu heran, sejak kapan Semboja punya nenek. Jika demikian, itu pasti seumuran dengan neneknya juga.“Emak.” Semboja menjawab singkat. Dewi Rimbu manggut-

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 107.. BUNGA PERKAWINAN

    Semboja terperangah melihat bunga yang jatuh ke pangkuannya. Dia hanya mampu memandang bunga tersebut."Mengapa bunga itu jatuh di pangkuanku," pikir Semboja. Dia sama sekali tidak tahu mitos, jika bunga itu didapatkan maka akan segera menikah."Wah ini sebuah keberuntungan, kamu akan segera menikah!" seru Dewi Rimbu sambil mengedipkan matanya. Tentu saja Semboja tidak percaya. Mana ada pernikahan ditentukan oleh bunga. Jika dirinya menikah tentu saja karena sudah waktunya atau jodohnya. Gadis itu tertawa mendengar perkataan Dewi Rimbu."Apaan sih! Mau nikah sama siapa?" tanya Semboja. Dirinya memang belum ada rencana menikah. Mardawa juga belum berniat serius dengannya."Ya, sama Mardawa, lah." Dewi Rimbu berbisik. Matanya melirik pemuda yang lagi sibuk menemani Eyang Suwita. Merasa diperhatikan, pemuda itu melirik juga ke arah mereka. Semboja tersipu, Dewi Rimbu menyikut Kusuma. Tidak ada reaksi dari gadis itu."Ini buat kamu saja!" ujar Semboja sambil mengangsurkan bunga. Dia ti

DMCA.com Protection Status