Adley yang terkejut karena melihat kedatangan seorang pria suruhan Delano, hanya mengernyitkan dahinya, terlebih setelah Delano mengatakan jika 'pernikahan' antara dirinya dan sang putra sulung klan Graciano akan dilangsungkan esok hari. Sang hairstylist, Pierre, tengah asyik melihat rambut Adley yang panjang dan indah, selain itu dia juga tengah mengukur tubuh Adley dengan cermat agar tak terjadi kesalahan dalam upacara 'sakral' esok hari. Dengan telaten dan teliti, netra biru laut itu mulai menyisir tiap lekuk tubuh Adley dan menyuruh salah satu asistennya mencatat apa yang ia katakan.
"Tuan Pierre, sudah berapa lama Anda bekerja untuk keluarga Graciano?" Adley mulai mengulik informasi secara halus pada sang hairstylist.
"Cukup lama, Madam." Singkatnya.
"Hmmm, kalau boleh tahu lama itu berapa tahun, bulan, hari ...." Adley terus mengorek keterangan sembari sesekali tersenyum.
"Sekitar lima tahun, Madam."
"Wow, lumayan juga ya kalau beg
Adley yang keluar dari ruangan Ignacio langsung menuju meja kerja Weylyn yang tengah sibuk mencari informasi mengenai laki-laki yang bernama Pierre, seperti yang diminta oleh Adley. Ketika mengetahui kebenarannya, bukan main Adley terkejut membelalakkan matanya ketika dia mengetahui jika Pierre bukanlah hairstylist sembarangan! Pria dengan wajah khas Perancis itu ternyata adalah seorang mantan mata-mata yang pernah dipenjara karena memperjual-belikan senjata secara ilegal kepada pihak Rusia serta ...."Human traficking?" sahut Adley terkejut.Weylyn mengangguk, "Bukan hanya itu, kabarnya dia juga bekerja sama dengan beberapa mafioso terkenal Italia dalam memuluskan usahanya.""Apa kau tahu satu di antaranya?""Aku akan coba mencarinya!" Balas Lyn segera mengambil alih kembali laptop-nya."Apa menurutmu yang aku lakukan saat ini tepat, Lyn? Kenapa aku merasa sangat takut setelah mengetahui kebenarannya?" Adley mulai ragu dengan sikapnya.
Kediaman Keluarga Graciano "Mana si tua bangka, Delano Julian Graciano!?" Teriakan dan umpatan Cleon membuat kepala asisten rumah tangga keluarga Graciano, Greynhard terkejut dan buru-buru mendatangi asal suara. "Tu--Tuan Muda!" serunya melihat Cleon berkacak pinggang di depan pintu utama. "Mana papa, Greynhard?" tanyanya emosi. "Tuan Besar sejak semalam belum kembali, Tuan." Cleon tercengang. "Sejak semalam? Belum kembali?" Greynhard mengangguk, "Kenapa Anda tak menghubungi beliau saja?" Cleon terdiam, tak lama kemudian sebuah bentley hitam berhentii di depan pintu utama kediaman Graciano dan tampak seorang pria tengah turun dari kendaraannya. "Panjang umur, Tuan Muda! Tuan Besar baru saja tiba," ucap Greynhard tersenyum ke arah Cleon. "Tuan Besar," sapa kepala rumah tangga keluarga Graciano itu, "Tuan Muda ..." "Aku tahu! Kau bisa tinggalkan kami!" perintahnya. "Cleon, sudah lam
Adley yang tak sengaja melihat sang ayah mertua sedang bicara dengan pria yang baru saja di temui Adley di pesta pernikahan mereka, langsung berinisiatif mengawasi keduanya dari balkon di lantai dua kamar mereka. Insting Adley sebagai pengintai mulai bangkit dan dengan langkah hati-hati dia mulai memasang mata elang di balik pilar kokoh yang membatasi dirinya, sang ayah mertua dan pria yang bernama Dangelo Cayson. 'Apa yang sedang mereka bicarakan? Tampaknya sangat serius.' Gumam Adley dan tiba-tiba .... "Apa yang sedang kau lakukan, Teonna?" Suara bariton berat seorang pria dari arah belakang mengejutkan Adley yang hampir saja melepaskan suaranya. "Tu--Tuan!" sahut Adley membelalakkan netranya. "Anda belum tidur? Bukannya tadi Anda sudah ...." Adley tak meneruskan ucapannya. "Aku hanya memejamkan mata sebentar. Apa yang sedang kau lakukan di luar sini?" tanya pria itu tak lain dan tak bukan Cleon Juvenal Graciano menatap tajam ke arah Adley.
Blue House Club "Selamat siang, Tuan Kael." Sapa Aaron melihat kedatangan sang manajer. "Hnnn." Sahut Kael langsung melangkah ke ruangan Cleon. Dibukanya pintu berwarna hitam pekat itu, aroma wangi lavender tampak menyeruak ke hidung pria jangkung itu. Tangannya mulai memegang papan nama yang tertera di atas meja berukuran cukup panjang berwarna coklat seraya melihat beberapa botol wiski dan minuman alkohol lainnya ada di dalam kulkas berpintu transparan. "Hah, hidupmu sangat ... sangat menyenangkan, Kak. Betapa beruntungnya dirimu mendapatkan istri secantik Teonna dan sekarang, posisi CEO yang harusnya milikku telah kau ambil juga! Hahhaha ...." Tawanya keras. Tok ... tok ... tok Sebuah ketukan pintu berirama membuat pikiran Kael teralihkan, "Masuk!" "Tuan, ada seseorang yang ingin menemui Anda." Ucap Aaron yang datang menemui Kael. "Siapa?" "Seorang wanita, Tuan. Dan sepertinya dia sering datang ke tempat ini.
Blue House ClubKael yang bersitegang dengan sang kakak memilih untuk keluar dan meninggalkan Blue House. Dengan wajah kesal dan emosi, dia menuju parkiran mobil dan menabrak badan beberapa pengunjung restoran tersebut."Hei, lihat-lihat kalau jalan! Di mana kau letakkan matamu, hah!?" salah satu pengunjung restoran berteriak.Adley yang mengejar Kael pun segera kehilangan dirinya. Netra biru langit wanita cantik itu menyeloroh ke tiap sudut Blue House namun tak jua melihat siluet Kael."Apa kau melihat Tuan Kael?" tanya Adley pada salah seorang pegawai yang bertugas menerima reservasi."Ya, Tuan Kael pergi ke parkiran mobil, Nyonya."Tanpa pikir panjang, Adley segera pergi ke tempat yang dimaksud namun lagi-lagi ia tak menemukan mobil Kael."Sial! Ke mana perginya, cepat sekali dia menghilang! Kacau ... kacau!" kesal Adley kemudian tak lama ia mendengar ponselnya berdering."Beruang tua?" ucap Adley pelan dan segera menc
"Apa Anda bisa membantu saya menjadikan Tuan Kael sebagai pemilik tempat ini?" Amber mulai memainkan jemari lentik dan cantiknya ke pakaian yang dikenakan Greg Nathanael. "Apa? Kenapa begitu? Apa hubungan Anda dengan Kael?" Nathanael langsung menyambar jemari Amber yang sedang menggerayangi pakaiannya dengan Lo teman bisnis dan aku percaya di bawah kendali Kael, Blue House akan semakin bersinar. Bukankah Anda mengatakan jika Kael adalah calon Anda di GG Pharmacy? Itu berarti Anda memiliki pemikiran yang sama seperti saya." Jelas Amber kemudian memanggil salah satu pelayan Blue House dan meminta untuk membawakan absinth dan everclear. "Aku tak tahu jika Anda menyukai minuman seperti itu," sahut Nathanael seakan terhipnotis dengan kecantikan Amber. "Maksud Anda wanita tak bisa minum? Begitu?" "Haha, bukan seperti itu, Nona Amber. Jujur saja, saya langsung tertarik ketika melihat Anda pertama kali dan ..." "Dan ....?" Nathanael tanpa basa
Langkah Kael tampak gontai. Pandangan netranya tertuju ke lantai granit warna hitam Blue House yang mengelilinginya. Kosong, itulah yang ia rasakan saat ini. Ucapan Amber tampaknya berhasil mempengaruhi pikiran Kael. Tanpa sadar, dirinya berhenti di depan sebuah pintu hitam pekat bertuliskan CEO of Blue House 'Cleon Juvenal Graciano'. Netra coklat terang itu terus menatap papan nama yang menempel di pintu yang menjadi ruangan sang kakak. "CEO, ya ..."gumam Kael pelan. Tak lama kemudian, pintu tersebut dibuka dan kehadiran Kael mengejutkan sang kakak yang terlihat setengah mabuk. "Apa yang kau lakukan di depan ruanganku?" tanya Cleon datar. "Tak ada, hanya melihat-lihat saja." sahut Kael tampak gugup. Cleon menatap dan mengamati sang adik, wajah androgini miliknya kemudian mendekati sang adik dan berkata, "Apa yang sedang kau pikirkan? Apa kau ...." "Jangan berpikiran macam-macam terhadapku, Kak! Aku tahu maksud ucapanmu dan aku tahu ba
Kediaman Lucas Castano de la Vega "Bagaimana? Apa ada kabar tentang kenari emasku?" tanya pria berusia setengah baya namun memiliki rupa bak usia 30-an seraya menempelkan ponsel di telinganya. [Belum, Tuan. Saya belum mendapatkan lagi kabar putri Anda. Tapi dari beberapa informasi yang saya terima, saat ini Nona bekerja di salah satu restoran ternama di kota London.] "Apa? Bekerja di restoran?" [Benar, Tuan. Tapi ....] "Tapi apa? Cepat katakan!" [Tempat di mana Nona bekerja bukanlah restoran biasa. Restoran itu bernama Blue House dan wajah asli dari tempat itu bisa Anda lihat di malam hari.] Lucas terdiam. "Berikan aku alamatnya!" [Baik, Tuan. Akan segera saya kirimkan pada Anda.] 'Blue House, ya ...." Gumam Lucas kemudian melihat ponselnya yang berbunyi memandakan pesan masuk. Senyum seringai mengembang dari balik mulutnya. Dengan pandangan lurus ke depan melihat sebuah foto gadis cilik de