Blue House Club
"Selamat siang, Tuan Kael." Sapa Aaron melihat kedatangan sang manajer.
"Hnnn." Sahut Kael langsung melangkah ke ruangan Cleon.
Dibukanya pintu berwarna hitam pekat itu, aroma wangi lavender tampak menyeruak ke hidung pria jangkung itu. Tangannya mulai memegang papan nama yang tertera di atas meja berukuran cukup panjang berwarna coklat seraya melihat beberapa botol wiski dan minuman alkohol lainnya ada di dalam kulkas berpintu transparan.
"Hah, hidupmu sangat ... sangat menyenangkan, Kak. Betapa beruntungnya dirimu mendapatkan istri secantik Teonna dan sekarang, posisi CEO yang harusnya milikku telah kau ambil juga! Hahhaha ...." Tawanya keras.
Tok ... tok ... tok
Sebuah ketukan pintu berirama membuat pikiran Kael teralihkan, "Masuk!"
"Tuan, ada seseorang yang ingin menemui Anda." Ucap Aaron yang datang menemui Kael.
"Siapa?"
"Seorang wanita, Tuan. Dan sepertinya dia sering datang ke tempat ini.
Blue House ClubKael yang bersitegang dengan sang kakak memilih untuk keluar dan meninggalkan Blue House. Dengan wajah kesal dan emosi, dia menuju parkiran mobil dan menabrak badan beberapa pengunjung restoran tersebut."Hei, lihat-lihat kalau jalan! Di mana kau letakkan matamu, hah!?" salah satu pengunjung restoran berteriak.Adley yang mengejar Kael pun segera kehilangan dirinya. Netra biru langit wanita cantik itu menyeloroh ke tiap sudut Blue House namun tak jua melihat siluet Kael."Apa kau melihat Tuan Kael?" tanya Adley pada salah seorang pegawai yang bertugas menerima reservasi."Ya, Tuan Kael pergi ke parkiran mobil, Nyonya."Tanpa pikir panjang, Adley segera pergi ke tempat yang dimaksud namun lagi-lagi ia tak menemukan mobil Kael."Sial! Ke mana perginya, cepat sekali dia menghilang! Kacau ... kacau!" kesal Adley kemudian tak lama ia mendengar ponselnya berdering."Beruang tua?" ucap Adley pelan dan segera menc
"Apa Anda bisa membantu saya menjadikan Tuan Kael sebagai pemilik tempat ini?" Amber mulai memainkan jemari lentik dan cantiknya ke pakaian yang dikenakan Greg Nathanael. "Apa? Kenapa begitu? Apa hubungan Anda dengan Kael?" Nathanael langsung menyambar jemari Amber yang sedang menggerayangi pakaiannya dengan Lo teman bisnis dan aku percaya di bawah kendali Kael, Blue House akan semakin bersinar. Bukankah Anda mengatakan jika Kael adalah calon Anda di GG Pharmacy? Itu berarti Anda memiliki pemikiran yang sama seperti saya." Jelas Amber kemudian memanggil salah satu pelayan Blue House dan meminta untuk membawakan absinth dan everclear. "Aku tak tahu jika Anda menyukai minuman seperti itu," sahut Nathanael seakan terhipnotis dengan kecantikan Amber. "Maksud Anda wanita tak bisa minum? Begitu?" "Haha, bukan seperti itu, Nona Amber. Jujur saja, saya langsung tertarik ketika melihat Anda pertama kali dan ..." "Dan ....?" Nathanael tanpa basa
Langkah Kael tampak gontai. Pandangan netranya tertuju ke lantai granit warna hitam Blue House yang mengelilinginya. Kosong, itulah yang ia rasakan saat ini. Ucapan Amber tampaknya berhasil mempengaruhi pikiran Kael. Tanpa sadar, dirinya berhenti di depan sebuah pintu hitam pekat bertuliskan CEO of Blue House 'Cleon Juvenal Graciano'. Netra coklat terang itu terus menatap papan nama yang menempel di pintu yang menjadi ruangan sang kakak. "CEO, ya ..."gumam Kael pelan. Tak lama kemudian, pintu tersebut dibuka dan kehadiran Kael mengejutkan sang kakak yang terlihat setengah mabuk. "Apa yang kau lakukan di depan ruanganku?" tanya Cleon datar. "Tak ada, hanya melihat-lihat saja." sahut Kael tampak gugup. Cleon menatap dan mengamati sang adik, wajah androgini miliknya kemudian mendekati sang adik dan berkata, "Apa yang sedang kau pikirkan? Apa kau ...." "Jangan berpikiran macam-macam terhadapku, Kak! Aku tahu maksud ucapanmu dan aku tahu ba
Kediaman Lucas Castano de la Vega "Bagaimana? Apa ada kabar tentang kenari emasku?" tanya pria berusia setengah baya namun memiliki rupa bak usia 30-an seraya menempelkan ponsel di telinganya. [Belum, Tuan. Saya belum mendapatkan lagi kabar putri Anda. Tapi dari beberapa informasi yang saya terima, saat ini Nona bekerja di salah satu restoran ternama di kota London.] "Apa? Bekerja di restoran?" [Benar, Tuan. Tapi ....] "Tapi apa? Cepat katakan!" [Tempat di mana Nona bekerja bukanlah restoran biasa. Restoran itu bernama Blue House dan wajah asli dari tempat itu bisa Anda lihat di malam hari.] Lucas terdiam. "Berikan aku alamatnya!" [Baik, Tuan. Akan segera saya kirimkan pada Anda.] 'Blue House, ya ...." Gumam Lucas kemudian melihat ponselnya yang berbunyi memandakan pesan masuk. Senyum seringai mengembang dari balik mulutnya. Dengan pandangan lurus ke depan melihat sebuah foto gadis cilik de
Blue House Club Amber masih mendekati Kael dan mempengaruhi laki-laki muda itu. Dengan segala cara, ia merayu dan mencoba membuat agar Kael mengikuti permainan yang telah ia susun. "Tuan Kael, saya percaya Anda tak ingin melihat Blue House hancur, bukan? Apa yang dikatakan oleh kakak Anda tak usah dipikirkan. Percayalah, Anda memiliki bakat dan insting yang luar biasa dalam berbisnis," ucap Amber mendekati Kael perlahan. "Biar saya pikirkan!" Sahut Kael tanpa memandang Amber yang sedang duduk di sebelahnya. "Ayolah, apa lagi yang Anda pikirkan, kesempatan memang selalu ada di tiap waktu. Tapi kesempatan yang paling baik, apakah akan datang 'tuk kedua kali?" tanya Amber tersenyum tipis. Kali ini Kael mengalihkan pandangannya ke arah Amber. Pikiran yang sempat ragu menghampiri dirinya kini pelan-pelan mulai menyiratkan keputusan dan tekad yang bulat. "Sejak awal aku bekerja di sini, kakak selalu bisa menempatkan antara pribadi dan
"Apa kabar, Romano Kael Graciano?" Suara bariton berat dari seorang laki-laki yang tengah berdiri di hadapan Kael membuatnya tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. "Kau!" "Kenapa? Terkejut? Apa kabar?" ucap pria itu sambil tersenyum lebar. "Greg Nathanael," sahut Kael tak senang. "Sepertinya kau tak senang dengan kedatanganku." Ucap Greg langsung duduk di sofa ruangan Cleon dan mengapit salah satu kakinya. "Apa maumu? Bukankah urusan kita sudah selesai?" tanya Kael dingin. "Di GG Pharmacy, ya, urusan kita telah selesai. Dan tujuanku datang ke sini hanya untuk mengunjungimu, tak lebih dari itu," jelas Greg meyakinkan Kael. "Sejak kegagalanku menjadi CEO di GG Pharmacy, aku sudah tak percaya lagi padamu! Kau telah membuang-buang waktuku dengan menjadikanku kandidat CEO di tempat itu! Pergilah! Aku sibuk!" sengit Kael menatap tajam Greg. "Soal itu ... aku minta maaf. Aku benar-benar tak tahu jika ayahmu a
Kediaman Keluarga Graciano "Ouch," Cleon yang telah tersadar dan terbangun dari tidurnya tampak memegangi kepalanya yang pusing akibat terlalu banyak mengkonsumsi minuman. "Kau sudah bangun, suamiku?" tanya Adley yang berdiri tepat di sebelah Cleon. "Jam berapa sekarang?" tanya Cleon masih memegangi kepalanya dan melihat Adley dengan samar. Tak menjawab, Adley berjalan melangkah ke tirai warna merah yang letaknya tak jauh dari tempat tidur mereka, dan .... Srrekkkkk! "Hei!" teriak Cleon sambil menutup matanya karena silau mentari. "Apa kau gila!" ketusnya. "Kau tanya jam berapa sekarang, kan? Aku hanya mencoba memberitahukan padamu jika sekarang matahari sudah hampir berada di atas kepala." Jelas Adley menyampirkan tirai merah itu di sebuah gagang berlapis emas. "Ambilkan aku air!" "Aku bukan pembantumu! Jika kau ingin air, bisa kau katakan pada asisten rumah tangga di rumah ini!" Sahut Adley meninggalka
Kediaman Keluarga Graciano Delano dan Adley kini tengah berada di ruang kerja milik sang mertua. Adley yang baru pertama kali masuk ke dalamnya langsung takjub dan terkejut kala melihat isi ruang kerja sang ayah mertua. Begitu banyak koleksi buku yang ada di dalam sebuah lemari warna coklat gelap berukuran besar, kemudian mini perpustakaan yang juga tak kalah menakjubkannya dengan lemari yang ia lihat sebelumnya. Bagai menemukan harta karun, Adley tanpa pikir panjang langsung menghampiri mini perpustakaan di ruang kerja sang ayah mertua dan melihat dari dekat koleksi buku-buku yang dimilikinya. "Wow, aku tak tahu jika Papa adalah seorang kutu buku." Seloroh Adley netranya menatap lekat buku-buku di hadapannya. "Apa kau juga senang membaca, Teonna?" Tanya Delano duduk di kursi kebesarannya. Adley mengangguk. "Aku suka membaca novel. Tapi yang paling aku suka adalah novel karya Sidney Sheldon." "Hmm, jadi kau suka cerita kriminal ya?" sahut Dela
Adley yang memarkir mobilnya di sebuah taman kota tengah Kota London, langsung menyelasar tempat itu dengan teliti. Suasana yang tak begitu ramai memudahkan netranya menemukan target yang ia cari. "Bingo, gotcha!" Ucapnya langsung melangkah cepat menghampiri kerumunan sekelompok remaja yang tengah bergumul dan menenggak bir lokal sambil bernyanyi-nyanyi. "Selamat malam, Tuan-tuan. Apa aku menggangu pesta kalian?" Tanya Adley tersenyum di hadapan para pemuda tanggung tersebut. "Hey, babe. Apa kau datang ke sini untuk memanaskan malam kami?" tanya salah seorang di antara mereka sambil tertawa lebar. "Anggap saja begitu, Tuan." Jawab Adley sembari mengamati ketujuh remaja itu. "Hei, teman-teman! Sepertinya malam ini akan menjadi malam 'panas'. Hottie ini akan menjadi tungku kita." Ucap remaja itu lagi tambah tertawa lebar. Di saat para remaja tanggung itu tertawa lebar, netra Adley langsung menangkap visual salah satu di antara mereka yang berusa
"Tuan Cleon!" Seorang wanita dengan dress one-shoulder hitam di atas lutut dan ketat serta anting-anting besar di kedua telinganya menyambangi Syden dan Cleon yang tengah minum di depan meja bartender. "Sst ... sst." Senggol Syden ke siku Cleon. "Benar, ternyata ini Anda! Tuan, bagaimana kabar Anda? Sudah lama sekali Anda tak datang ke sini." Wanita itu, Mady mengulas senyumnya lebar dan sesekali melirik Syden. "Hi, Nona. Siapa nama Anda?" tanya Syden tersenyum tipis sambil menatap genit Mady. "Madeleine. Panggil saja aku Mady, Tuan ...," "Syden. Itu namaku." "Syden? Bukankah Anda model terkenal itu, Anda yang sering berada di halaman depan majalah pria, Famous Magazine? Dan juga, anak seorang perancang tas ternama, Lilith Jude?" tanya Mady terkesiap. "Itu ..." Syden hanya tertawa sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal. "Mau apa kau kemari?" Cleon menyela mereka dengan nada dingin. "S-
Kring ... kring ... kring Ponsel dengan volume dering nyaring terdengar di salah satu kantong jaket jenis hoodie milik seorang pemuda plontos dengan piercing telinga sebelah kanan. Pemuda yang tengah asyik minum dengan beberapa orang teman wanitanya di sebuah kafe pinggir Kota London mengacuhkan panggilan yang datang dari seseorang yang paling ditakutinya. "Brengsek! Bajingan! Cari mati dia!" Adley yang tampak kesal langsung menuju parkiran Blue House dan membuka pintu mobil sport merahnya. Kring ... kring ... kring Kali ini giliran ponsel Adley yang berdering. "Rupanya masih mau hidup dia, hah!" ucap Adley membuka kunci password gawainya dan matanya terbelalak ketika tahu siapa yang sedang menghubunginya. Beberapa menit Adley mendiamkan panggilan itu. Kini dia membisukan ponselnya dan hanya menggetarkannya, wajah kesal Adley semakin bertambah dengan panggilan masuk yang baru saja datang ke ponselnya. 'Mau apa orang
Wanita itu merendahkan tubuhnya, mensejajarkan tingginya dengan duduk di seberang meja Daria."A-Anda ... Nona Teonna!" serunya.Adley hanya mengulas senyum ramah. "Apa kabar? Kau kenal aku?" tanya Adley sok jual mahal."Eh, itu ...," Daria tampak tersipu malu menundukkan kepalanya."Hahaha, tenang saja. Aku hanya bercanda. Tapi, dari mana kau tahu namaku dan bagaimana kau yakin jika aku adalah Teonna?""Hanya menebak."Teonna mengulas senyumnya. Dia melihat wanita muda nan cantik dengan wajah eksotis itu terkesiap. "Kau itu cantik, apa kau tahu?" seloroh Adley menatap Daria lekat.Tersipu malu dan terkejut, dia membalas, "Terima kasih, Anda juga terlihat sangat cantik bahkan layaknya anugerah dewi Athena.""Hahaha, Athena, ya ... bijak dan adil. Tapi sayangnya, aku tak sebijak dan seadil dia." Ucap Adley tersenyum lepas. "Oh, ya ngomong-ngomong Daria, dari mana asalmu kemarin?""Uzbekistan, Nona.""Ah, ya.
"Bagaimana jika kita mainkan permainan yang kau mainkan sebelumnya?" bisik Cleon di telinga Adley."A--apa maksudmu?" Adley terkesiap dan memandangnya."Apa kau pikir aku tak tahu, hah! Kau yang akan mendapatkan keuntungan jika aku bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarga! Sementara aku bekerja, kau bisa bebas dan leluasa bertemu dengan saudaraku!"Adley hanya terdiam, 'Kupikir dia curiga akan apa,' gumam Adley menatap datar ke arah sang suami."Kenapa diam? Benar begitu, kan?" tanya Cleon lantang.Adley menyeringai. "Kenapa kau senyum seperti itu? Apa yang lucu, hah?""Sejak kapan kau mulai memperhatikan gerak-gerikku, suamiku? Apa kau ... cemburu?" seloroh Adley."Jangan gila! Kita menikah tanpa cinta, tanpa mengenal satu sama lainnya, dan kini kau bilang aku cemburu? Sinting kau!""Benarkah? Jika kau memang tak ada rasa cemburu, berarti aku bebas mau pergi ke mana dan dengan siapa. Sekarang ... lepaskan tanganmu!" pe
"Aku menikahi Lucas karena satu alasan!" "Apa?" "Balas dendam!" "Apa!?" **** 'Jangan kau kira bisa lari dariku, Lucas! Aku tahu apa yang sedang kau lakukan di belakangku! Kali ini, aku tak akan membiarkan hal itu menimpa pada putriku! Nyawa pun akan kuberikan demi melindunginya.' Kediaman Graciano Mini dress warna hitam nan seksi dipilih Adley sebagai 'pembuka' untuk menyambut kedatangan sang 'suami'. Eyeliner yang tajam ditambah riasan nude dan pemerah bibir yang sangat mencolok, membuat Adley menunjukkan sisi yang lain dari dirinya. Kecantikan yang paripurna! Begitulah kiranya yang bisa menggambarkan sosok Adley Britta Calla. "Hmm, seharusnya ini bisa membuat pria itu 'jatuh cinta' denganku. Tapi kenapa sulit sekali menaklukkan Gunung Kilimanjaro, huh." Tin ... tin ... tin .... Adley melihat jam dinding yang terpasang di kamar utama mereka, "Pukul delapan, it's time for show!" Ucapnya setelah selesai m
"Kita akan lakukan black conspiracy!" Senyum tipis di bibir atas Cleon terlihat samar namun ekspresi yang menyiratkan 'ada sesuatu' tampak dengan jelas tergambar di wajahnya. "Maaf, Pak. Tapi apa itu black konspirasi?" tanya salah satu dari mereka. Cleon hanya terdiam menanggapi pertanyaan salah satu pegawainya. Ia malah mengambil telepon yang ada di meja kerjanya dan menghubungi Stacy. "Stacy, ke ruanganku. Sekarang!" [Baik, Pak.] Tok ... tok ... "Masuk." "Pak, Anda memanggil saya?" tanya sang asisten pribadi, Stacy berdiri di antara pegawai lelaki yang dipanggil Cleon. "Kalian, keluarlah! Ada yang ingin kubicarakan dengan asisten baruku ini," titah Cleon melirik Stacy. "Baik, Pak." Kini hanya tinggal Stacy dan Cleon yang ada di ruangan itu. Cleon berdiri menghampiri Stacy, memutarinya dan berkata, "Aku memiliki sebuah misi untukmu!" "Misi? Misi apa, Pak?" tanya wanita itu de
"Apa kau mau menggantikan posisi suamimu di perusahaaan yang ia pegang saat ini? Dan buat seakan itu sebagai suatu 'kecelakaan'?" Sebuah pernyataan yang entah dari mana atau siapa yang mengatakannya pada Kael, hingga dia bisa berkata seperti itu. Adley yang telah keluar dari Blue House dan menuju parkiran. Dirinya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang mahasiswa hukum bisa mengatakan hal seperti itu! Jemari lentik nan panjang terawatnya mengetuk-ngetuk stir mobil yang semakin lama semakin kencang ketukannya, gemas juga cemas! Irisnya menyeloroh ke depan kaca mobilnya dan tiba-tiba, ia melihat Dangelo juga Amber keluar dari sebuah restoran yang berseberangan dengan Blue House. Dengan tawa lebar, sang wanita terus menggelayuti lengan Dangelo bagai lem kayu. Dan sang pria, tampak menikmati tawa lepas sang wanita. "Sudah kuduga! Mereka bukanlah klien 'biasa'! Siapa sebenarnya dua orang ini?" ucap Adley melihat keduanya bersiap akan meninggalkan tempat tersebut.
"Apa aku mengganggumu, Tuan Kael?" Suara bariton Dangelo membuat Kael terkejut dan segera merapikan pakaiannya. Dangelo hanya tersenyum satu garis menarik bibir atasnya melihat perbuatan Kael dengan salah satu 'kelinci putih' miliknya, Audrey. Dangelo melirik Audrey yang hanya mengenakan pakaian yang ada di bagian dalam tubuhnya dan terlihat kikuk di depan sang majikan. "Apa saya mengganggu Anda?" tanyanya sekali lagi. "Keluarlah, aku ada urusan." Perintah Kael seraya menepuk pelan bahu Audrey. Audrey dan Dangelo saling bertatap pandang, Dangelo mengangguk seakan memberi tanda padanya, "Ada apa, Tuan Dangelo? Kenapa Anda tiba-tiba datang ke sini tanpa memberitahu?" tanya Kael yang telah selesai berpakaian. "Jika saya memberitahu Anda, maka saya tak akan pernah tahu kelakuan seorang mahasiswa teladan universitas terkenal di negara ini dan juga seorang CEO dari tempat terkenal." Seloroh Dangelo dengan pandangan seakan memandang rendah Kael.