Blue House Club
Amber masih mendekati Kael dan mempengaruhi laki-laki muda itu. Dengan segala cara, ia merayu dan mencoba membuat agar Kael mengikuti permainan yang telah ia susun.
"Tuan Kael, saya percaya Anda tak ingin melihat Blue House hancur, bukan? Apa yang dikatakan oleh kakak Anda tak usah dipikirkan. Percayalah, Anda memiliki bakat dan insting yang luar biasa dalam berbisnis," ucap Amber mendekati Kael perlahan.
"Biar saya pikirkan!" Sahut Kael tanpa memandang Amber yang sedang duduk di sebelahnya.
"Ayolah, apa lagi yang Anda pikirkan, kesempatan memang selalu ada di tiap waktu. Tapi kesempatan yang paling baik, apakah akan datang 'tuk kedua kali?" tanya Amber tersenyum tipis.
Kali ini Kael mengalihkan pandangannya ke arah Amber. Pikiran yang sempat ragu menghampiri dirinya kini pelan-pelan mulai menyiratkan keputusan dan tekad yang bulat.
"Sejak awal aku bekerja di sini, kakak selalu bisa menempatkan antara pribadi dan
"Apa kabar, Romano Kael Graciano?" Suara bariton berat dari seorang laki-laki yang tengah berdiri di hadapan Kael membuatnya tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. "Kau!" "Kenapa? Terkejut? Apa kabar?" ucap pria itu sambil tersenyum lebar. "Greg Nathanael," sahut Kael tak senang. "Sepertinya kau tak senang dengan kedatanganku." Ucap Greg langsung duduk di sofa ruangan Cleon dan mengapit salah satu kakinya. "Apa maumu? Bukankah urusan kita sudah selesai?" tanya Kael dingin. "Di GG Pharmacy, ya, urusan kita telah selesai. Dan tujuanku datang ke sini hanya untuk mengunjungimu, tak lebih dari itu," jelas Greg meyakinkan Kael. "Sejak kegagalanku menjadi CEO di GG Pharmacy, aku sudah tak percaya lagi padamu! Kau telah membuang-buang waktuku dengan menjadikanku kandidat CEO di tempat itu! Pergilah! Aku sibuk!" sengit Kael menatap tajam Greg. "Soal itu ... aku minta maaf. Aku benar-benar tak tahu jika ayahmu a
Kediaman Keluarga Graciano "Ouch," Cleon yang telah tersadar dan terbangun dari tidurnya tampak memegangi kepalanya yang pusing akibat terlalu banyak mengkonsumsi minuman. "Kau sudah bangun, suamiku?" tanya Adley yang berdiri tepat di sebelah Cleon. "Jam berapa sekarang?" tanya Cleon masih memegangi kepalanya dan melihat Adley dengan samar. Tak menjawab, Adley berjalan melangkah ke tirai warna merah yang letaknya tak jauh dari tempat tidur mereka, dan .... Srrekkkkk! "Hei!" teriak Cleon sambil menutup matanya karena silau mentari. "Apa kau gila!" ketusnya. "Kau tanya jam berapa sekarang, kan? Aku hanya mencoba memberitahukan padamu jika sekarang matahari sudah hampir berada di atas kepala." Jelas Adley menyampirkan tirai merah itu di sebuah gagang berlapis emas. "Ambilkan aku air!" "Aku bukan pembantumu! Jika kau ingin air, bisa kau katakan pada asisten rumah tangga di rumah ini!" Sahut Adley meninggalka
Kediaman Keluarga Graciano Delano dan Adley kini tengah berada di ruang kerja milik sang mertua. Adley yang baru pertama kali masuk ke dalamnya langsung takjub dan terkejut kala melihat isi ruang kerja sang ayah mertua. Begitu banyak koleksi buku yang ada di dalam sebuah lemari warna coklat gelap berukuran besar, kemudian mini perpustakaan yang juga tak kalah menakjubkannya dengan lemari yang ia lihat sebelumnya. Bagai menemukan harta karun, Adley tanpa pikir panjang langsung menghampiri mini perpustakaan di ruang kerja sang ayah mertua dan melihat dari dekat koleksi buku-buku yang dimilikinya. "Wow, aku tak tahu jika Papa adalah seorang kutu buku." Seloroh Adley netranya menatap lekat buku-buku di hadapannya. "Apa kau juga senang membaca, Teonna?" Tanya Delano duduk di kursi kebesarannya. Adley mengangguk. "Aku suka membaca novel. Tapi yang paling aku suka adalah novel karya Sidney Sheldon." "Hmm, jadi kau suka cerita kriminal ya?" sahut Dela
Adley yang tengah bersembunyi di balik mantel-mantel yang besar dan tebal, melihat sepasang kaki dengan sneakers warna merah menyala dan jeans ketat warna hitam tengah berdiri tepat di depannya. Mulutnya langsung ia tutup dengan kedua tangannya, napasnya seakan ditahan, dan netranya terus memperhatikan sosok pria yang ada di ruangan itu. Adley tak langsung melongokkan kepalanya, ketika pria itu berpindah tempat menuju jam tangan miliknya, ia membuka sedikit mantel yang menutupi wajahnya. Dilongokkan kepalanya dan melihat siapa gerangan yang membuatnya terkejut setengah mati. Ketika pria itu telah selesai memakai jam tangan miliknya, tubuhnya berbalik dan menuju pintu keluar. Adley buru-buru langsung bersembunyi lagi di balik mantel yang membuat tubuhnya berkeringat. Sesaat, wangi aroma kayu dan citrus menyeruak di antara penciuman miliknya.'Wangi ini sepertinya aku kenal. Aroma kayu dan citrus, apa mungkin ....'Adley segera keluar dari mantel bulu-buku lebat itu keti
"Berikan Blue House padaku dan semua kompensasi Anda kuanggap lunas!" sahut Adley menyeringai. "APA!" delik Cleon sambil menahan emosinya dan langsung berdiri menarik gaun minim yang dikenakan sang istri. "Dasar wanita gila! Apa sebenarnya tujuanmu!? Wanita jalang sepertimu, apa yang kau inginkan dariku!" Cleon menghentakkan suaranya sekencang-kencangnya di depan wajah sang istri. Sedikit terkejut dengan sikap Cleon yang bagaikan banteng liar Afrika. Dia mendorong tubuh Cleon dengan keras hingga tersungkur ke lantai, memelintir tangannya ke belakang, dan mengunci salah satu lengannya. "Ouchhhhh!!" Teriak Cleon kencang. "Lepaskan! Dasar wanita jalang!" teriaknya hingga air liurnya keluar. "Aku sudah cukup bersabar, Cleon! Karena kau tak bisa bekerja sama, maka aku terpaksa melakukan ini! Sekarang pilihan ada di tanganmu, GG Pharmacy atau Blue House?" tegas Adley duduk di punggung Cleon dan mengunci pergelangan salah satu tangannya. 'Wanita kepa
"Tunggulah sampai kau melihatnya nanti!" Kael segera keluar ruangan Cleon dan melihat dengan sinis serta tajam para pegawai yang sedang menonton 'drama' mereka. "Apa kalian sudah puas? Sudah tersalurkankah hasrat keingintahuan kalian selama ini? Bukankah kalian ingin sebuah drama? Hari ini, aku telah memperlihatkannya pada kalian. Jadi ..." Kael menatap salah satu dari pegawai Blue House dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam, "Bisakah kalian kembali bekerja dan memuaskan keinginan para pelanggan kita?" bariton dalam Kael seakan membuat para pegawai ketakutan dan bergidik. Mereka kemudian tunggang langgang kembali ke posnya masing-masing, kecuali seorang bartender yang hanya berdiri di tempatnya dan mengelap gelas-gelas berkaki seraya merekam pertengkaran antara kakak-adik duo Graciano itu. Netra Kael tiba-tiba melihat ke arah bartender tersebut dan menghampirinya. Dengan cepat, dia mengalihkan pandangannya dan fokus mengelap gelas di tangannya. "Kenapa kau
Kael kini kembali ke Blue House Club dengan langkah penuh kemenangan. Namun ia tak sendiri! Dengan ditemani Amber, mereka berdua melangkah masuk menuju Blue House dan langsung menuju ruangan Cleon. Brak! Dorongan pintu yang dibuk kencang membuat Cleon terkejut, tak terkecuali Kael yang melihat sang kakak tengah asyik berhubungan layaknya sepasang suami-istri dengan salah satu lady escort kesayangan mereka, Madelaine. Setengah telanjang, keduanya langsung terdiam dan membisu di atas sofa merah dengan pakaian bertebaran di lantai yang dingin. "Apa kau tak punya otak, hah! Tak ada sopan santun! Kenapa tak mengetuk pintu dulu, hah! Kau pikir ini ruanganmu!?" pekik Cleon hingga terlihat urat-urat di sekitar leher dan dahinya. "Tak kusangka ternyata di balik wajah 'polosmu' ternyata kau tak lebih dari seorang gigolo yang bersembunyi di balik pekerjaanmu sebagai model!" Sahut Kael sinis mengepalkan kedua tangannya melihat keduanya seakan tanpa rasa bersalah.
Plak! Plak! Suara tamparan di kedua pipi duo Graciano membuat semua pegawai yang melihat 'tingkah' dua manajer mereka tercengang. Cleon yang masih dalam keadaan emosi mendelikkan netranya melihat sosok wanita mengenakan shift dress warna hijau ketat dan heels 10 cm serta anting besar di kedua telinganya. "KAU!" Cleon memelototi wanita yang sedang berdiri di antara kedua banteng dan singa yang sedang mengamuk itu. "Teonna!" ucap Kael dan Cleon bersamaan. "Apa-apaan kalian? Apa kalian tak malu menjadi tontonan pegawai sendiri, hah?" Adley meninggikan suaranya Cleon melirik tajam wanita itu, sementara Kael mengalihkan pandangannya, "Cih!" sahutnya. 'Jadi selama ini mereka kerap bertengkar? Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga ini?' gumam Adley masih menatap duo Graciano bersaudara ini heran. "Dan kau! Kenapa bisa di sini?" Cleon mengalihkan pandangannya kepada Adley dan melihatnya bak banteng yang akan dilepas untuk p
Adley yang memarkir mobilnya di sebuah taman kota tengah Kota London, langsung menyelasar tempat itu dengan teliti. Suasana yang tak begitu ramai memudahkan netranya menemukan target yang ia cari. "Bingo, gotcha!" Ucapnya langsung melangkah cepat menghampiri kerumunan sekelompok remaja yang tengah bergumul dan menenggak bir lokal sambil bernyanyi-nyanyi. "Selamat malam, Tuan-tuan. Apa aku menggangu pesta kalian?" Tanya Adley tersenyum di hadapan para pemuda tanggung tersebut. "Hey, babe. Apa kau datang ke sini untuk memanaskan malam kami?" tanya salah seorang di antara mereka sambil tertawa lebar. "Anggap saja begitu, Tuan." Jawab Adley sembari mengamati ketujuh remaja itu. "Hei, teman-teman! Sepertinya malam ini akan menjadi malam 'panas'. Hottie ini akan menjadi tungku kita." Ucap remaja itu lagi tambah tertawa lebar. Di saat para remaja tanggung itu tertawa lebar, netra Adley langsung menangkap visual salah satu di antara mereka yang berusa
"Tuan Cleon!" Seorang wanita dengan dress one-shoulder hitam di atas lutut dan ketat serta anting-anting besar di kedua telinganya menyambangi Syden dan Cleon yang tengah minum di depan meja bartender. "Sst ... sst." Senggol Syden ke siku Cleon. "Benar, ternyata ini Anda! Tuan, bagaimana kabar Anda? Sudah lama sekali Anda tak datang ke sini." Wanita itu, Mady mengulas senyumnya lebar dan sesekali melirik Syden. "Hi, Nona. Siapa nama Anda?" tanya Syden tersenyum tipis sambil menatap genit Mady. "Madeleine. Panggil saja aku Mady, Tuan ...," "Syden. Itu namaku." "Syden? Bukankah Anda model terkenal itu, Anda yang sering berada di halaman depan majalah pria, Famous Magazine? Dan juga, anak seorang perancang tas ternama, Lilith Jude?" tanya Mady terkesiap. "Itu ..." Syden hanya tertawa sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal. "Mau apa kau kemari?" Cleon menyela mereka dengan nada dingin. "S-
Kring ... kring ... kring Ponsel dengan volume dering nyaring terdengar di salah satu kantong jaket jenis hoodie milik seorang pemuda plontos dengan piercing telinga sebelah kanan. Pemuda yang tengah asyik minum dengan beberapa orang teman wanitanya di sebuah kafe pinggir Kota London mengacuhkan panggilan yang datang dari seseorang yang paling ditakutinya. "Brengsek! Bajingan! Cari mati dia!" Adley yang tampak kesal langsung menuju parkiran Blue House dan membuka pintu mobil sport merahnya. Kring ... kring ... kring Kali ini giliran ponsel Adley yang berdering. "Rupanya masih mau hidup dia, hah!" ucap Adley membuka kunci password gawainya dan matanya terbelalak ketika tahu siapa yang sedang menghubunginya. Beberapa menit Adley mendiamkan panggilan itu. Kini dia membisukan ponselnya dan hanya menggetarkannya, wajah kesal Adley semakin bertambah dengan panggilan masuk yang baru saja datang ke ponselnya. 'Mau apa orang
Wanita itu merendahkan tubuhnya, mensejajarkan tingginya dengan duduk di seberang meja Daria."A-Anda ... Nona Teonna!" serunya.Adley hanya mengulas senyum ramah. "Apa kabar? Kau kenal aku?" tanya Adley sok jual mahal."Eh, itu ...," Daria tampak tersipu malu menundukkan kepalanya."Hahaha, tenang saja. Aku hanya bercanda. Tapi, dari mana kau tahu namaku dan bagaimana kau yakin jika aku adalah Teonna?""Hanya menebak."Teonna mengulas senyumnya. Dia melihat wanita muda nan cantik dengan wajah eksotis itu terkesiap. "Kau itu cantik, apa kau tahu?" seloroh Adley menatap Daria lekat.Tersipu malu dan terkejut, dia membalas, "Terima kasih, Anda juga terlihat sangat cantik bahkan layaknya anugerah dewi Athena.""Hahaha, Athena, ya ... bijak dan adil. Tapi sayangnya, aku tak sebijak dan seadil dia." Ucap Adley tersenyum lepas. "Oh, ya ngomong-ngomong Daria, dari mana asalmu kemarin?""Uzbekistan, Nona.""Ah, ya.
"Bagaimana jika kita mainkan permainan yang kau mainkan sebelumnya?" bisik Cleon di telinga Adley."A--apa maksudmu?" Adley terkesiap dan memandangnya."Apa kau pikir aku tak tahu, hah! Kau yang akan mendapatkan keuntungan jika aku bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarga! Sementara aku bekerja, kau bisa bebas dan leluasa bertemu dengan saudaraku!"Adley hanya terdiam, 'Kupikir dia curiga akan apa,' gumam Adley menatap datar ke arah sang suami."Kenapa diam? Benar begitu, kan?" tanya Cleon lantang.Adley menyeringai. "Kenapa kau senyum seperti itu? Apa yang lucu, hah?""Sejak kapan kau mulai memperhatikan gerak-gerikku, suamiku? Apa kau ... cemburu?" seloroh Adley."Jangan gila! Kita menikah tanpa cinta, tanpa mengenal satu sama lainnya, dan kini kau bilang aku cemburu? Sinting kau!""Benarkah? Jika kau memang tak ada rasa cemburu, berarti aku bebas mau pergi ke mana dan dengan siapa. Sekarang ... lepaskan tanganmu!" pe
"Aku menikahi Lucas karena satu alasan!" "Apa?" "Balas dendam!" "Apa!?" **** 'Jangan kau kira bisa lari dariku, Lucas! Aku tahu apa yang sedang kau lakukan di belakangku! Kali ini, aku tak akan membiarkan hal itu menimpa pada putriku! Nyawa pun akan kuberikan demi melindunginya.' Kediaman Graciano Mini dress warna hitam nan seksi dipilih Adley sebagai 'pembuka' untuk menyambut kedatangan sang 'suami'. Eyeliner yang tajam ditambah riasan nude dan pemerah bibir yang sangat mencolok, membuat Adley menunjukkan sisi yang lain dari dirinya. Kecantikan yang paripurna! Begitulah kiranya yang bisa menggambarkan sosok Adley Britta Calla. "Hmm, seharusnya ini bisa membuat pria itu 'jatuh cinta' denganku. Tapi kenapa sulit sekali menaklukkan Gunung Kilimanjaro, huh." Tin ... tin ... tin .... Adley melihat jam dinding yang terpasang di kamar utama mereka, "Pukul delapan, it's time for show!" Ucapnya setelah selesai m
"Kita akan lakukan black conspiracy!" Senyum tipis di bibir atas Cleon terlihat samar namun ekspresi yang menyiratkan 'ada sesuatu' tampak dengan jelas tergambar di wajahnya. "Maaf, Pak. Tapi apa itu black konspirasi?" tanya salah satu dari mereka. Cleon hanya terdiam menanggapi pertanyaan salah satu pegawainya. Ia malah mengambil telepon yang ada di meja kerjanya dan menghubungi Stacy. "Stacy, ke ruanganku. Sekarang!" [Baik, Pak.] Tok ... tok ... "Masuk." "Pak, Anda memanggil saya?" tanya sang asisten pribadi, Stacy berdiri di antara pegawai lelaki yang dipanggil Cleon. "Kalian, keluarlah! Ada yang ingin kubicarakan dengan asisten baruku ini," titah Cleon melirik Stacy. "Baik, Pak." Kini hanya tinggal Stacy dan Cleon yang ada di ruangan itu. Cleon berdiri menghampiri Stacy, memutarinya dan berkata, "Aku memiliki sebuah misi untukmu!" "Misi? Misi apa, Pak?" tanya wanita itu de
"Apa kau mau menggantikan posisi suamimu di perusahaaan yang ia pegang saat ini? Dan buat seakan itu sebagai suatu 'kecelakaan'?" Sebuah pernyataan yang entah dari mana atau siapa yang mengatakannya pada Kael, hingga dia bisa berkata seperti itu. Adley yang telah keluar dari Blue House dan menuju parkiran. Dirinya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang mahasiswa hukum bisa mengatakan hal seperti itu! Jemari lentik nan panjang terawatnya mengetuk-ngetuk stir mobil yang semakin lama semakin kencang ketukannya, gemas juga cemas! Irisnya menyeloroh ke depan kaca mobilnya dan tiba-tiba, ia melihat Dangelo juga Amber keluar dari sebuah restoran yang berseberangan dengan Blue House. Dengan tawa lebar, sang wanita terus menggelayuti lengan Dangelo bagai lem kayu. Dan sang pria, tampak menikmati tawa lepas sang wanita. "Sudah kuduga! Mereka bukanlah klien 'biasa'! Siapa sebenarnya dua orang ini?" ucap Adley melihat keduanya bersiap akan meninggalkan tempat tersebut.
"Apa aku mengganggumu, Tuan Kael?" Suara bariton Dangelo membuat Kael terkejut dan segera merapikan pakaiannya. Dangelo hanya tersenyum satu garis menarik bibir atasnya melihat perbuatan Kael dengan salah satu 'kelinci putih' miliknya, Audrey. Dangelo melirik Audrey yang hanya mengenakan pakaian yang ada di bagian dalam tubuhnya dan terlihat kikuk di depan sang majikan. "Apa saya mengganggu Anda?" tanyanya sekali lagi. "Keluarlah, aku ada urusan." Perintah Kael seraya menepuk pelan bahu Audrey. Audrey dan Dangelo saling bertatap pandang, Dangelo mengangguk seakan memberi tanda padanya, "Ada apa, Tuan Dangelo? Kenapa Anda tiba-tiba datang ke sini tanpa memberitahu?" tanya Kael yang telah selesai berpakaian. "Jika saya memberitahu Anda, maka saya tak akan pernah tahu kelakuan seorang mahasiswa teladan universitas terkenal di negara ini dan juga seorang CEO dari tempat terkenal." Seloroh Dangelo dengan pandangan seakan memandang rendah Kael.