Sebenarnya Diana merasa iba karena Angel diperlakukan tidak baik oleh Aiden, tetapi jika mengingat apa yang sudah Angel lakukan dengan selingkuhannya, rasanya Diana pun ingin mendorong wanita itu agar menjauh dari perusahaan milik Aiden.Angel dan juga selingkuhannya bercinta seperti binatang, mereka berlomba untuk mendapatkan kenikmatan seraya menjelek-jelekan Aiden.Bahkan, tanpa malu Angel memuji pria itu dengan kata-kata yang membuat pria itu begitu percaya diri. Angel tidak sadar jika Aiden tidak pernah menyentuhnya karena menjaga kehormatan kekasihnya itu, bukan karena tidak ingin memberikan kepuasan.Aiden memperlakukan Angel seperti ratu, Aiden memperlakukan Angel sebagai wanita yang begitu berharga di dalam hidupnya.Sayangnya, Angel malah salah mengartikan sikap dari Aiden. Dia malah menganggap jika Aiden tidak mau menyentuhnya karena tidak ingin memuaskan wanita itu."Kamu benar, sebentar," ucap Aiden seraya mengambil ponselnya.Aiden langsung menghubungi security dan memin
"Lalu, apa yang akan anda lakukan untuk membantu saya?" tanya Diana."Hem, untuk hal itu nanti kita bisa bicarakan lagi. Untuk saat ini sekretarisku sedang cuti lahiran, aku mohon bantulah pekerjaanku terlebih dahulu. Nanti, setelah itu kamu boleh membuat usaha yang kamu inginkan."Seulas senyum terbit dari bibir Diana, jika Aiden berkata seperti itu, artinya pria itu mau membantu dirinya. Diana nanti bisa menjalankan bisnis sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan uang yang dia miliki."Maksud anda, anda mau membantu saya untuk mendirikan usaha baru?" tanya Diana dengan antusias.Diana merasa jika bertemu dengan Aiden adalah sebuah keberuntungan untuknya, karena pria yang belum dia kenal itu begitu baik terhadap dirinya."Ya, tapi nanti. Sekarang tolong bantu saya terlebih dahulu," pinta Aiden.Diana tersenyum senang, kemudian dia membungkukkan badannya beberapa kali. Dia lupa jika saat ini dia mempunyai tugas baru, tugas sebagai sekretaris pengganti.''Oke," jawab Diana dengan p
"Apa anda berkata sesuatu?" tanya Alfath ketika dia duduk di salah satu bangku yang ada di sana.Bagas dengan cepat menggelengkan kepalanya, karena tidak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya kepada pria muda yang ada di hadapannya."Tidak, Tuan. Saya tidak mengatakan apa pun," jawab Bagas seraya duduk tepat di samping Alfath."Oka, kalau begitu kita langsung saja ke inti permasalahannya.""Memangnya ada masalah apa?" tanya Bagas was-was."Jadi begini, tuan Bara meminta saya untuk menanyakan tentang keberadaan nona Diana. Tuan Bara sudah menemukan jejak nona Diana, sekarang dia sudah berada di ibu kota. Tuan Bara meminta saya untuk menanyakan kepada anda, di mana tempatnya kini nona Diana tinggal."Deg!Jantung Bagas langsung berdetak dengan begitu kencang, dia benar-benar takut karena ternyata dengan begitu mudahnya Bara bisa mengetahui keberadaan Diana.Walaupun Alfath berkata jika Bara belum mengetahui tempat pasti di mana Diana tinggal, tetap saja Bagas merasa takut jika Diana ak
"Tuan, tolong aku," pinta Diana mengiba.Diana menatap wajah Aiden dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Aiden menjadi tidak tegak dibuatnya. Karena walau bagaimanapun juga Diana sudah menceritakan apa yang sudah terjadi terhadap wanita itu.Aiden tidak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh Diana, dia malah terdiam seraya memikirkan cara apa yang harus dia lakukan, karena kini mereka sedang terdesak."Kenapa sangat lama? Bisakah anda dengan cepat membuka pintunya?!" sentak Bodyguard tersebut karena sudah lama menunggu.Aiden langsung menghela napas berat, kemudian dia berusaha untuk bersikap dengan setenang mungkin. Tanpa Diana duga, dia langsung mengangkat tubuh mungil Diana dan mendudukkannya di atas pangkuannya.Dia menarik tengkuk leher Diana sampai wajah Diana menempel pada cerukan leher Aiden, setelah itu Aiden menurunkan resleting dress yang dipakai oleh Diana.Diana sempat kaget dibuatnya, dia ingin melayangkan protesn
Setelah saat yang menegangkan berlalu, Aiden kini duduk anteng seraya berselancar dengan ponselnya. Berbeda dengan Diana yang hanya diam dengan banyaknya pikiran di dalam benaknya.Ternyata Bara itu sangat berbahaya karena pria itu dengan cepat bertindak untuk menemukan keberadaannya, dia merasa terancam.Entah kenapa, setelah mengalami hal ini dia benar-benar merasa gelisah. Dia takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap ayahnya, dia benar-benar merasa khawatir.Terlebih lagi dia tidak bisa berkomunikasi dengan ayahnya tersebut, hanya untuk berbicara saja sekedar menanyakan kabar sangat sulit.Melihat Diana yang hanya diam saja, Aiden menutup ponselnya dan menolehkan wajahnya ke arah wanita tersebut."Jangan dipikirkan, jika kamu berada di dekatku, aku jamin Bara dan anak buahnya tidak akan bisa menemukan kamu. Namun, setelah pulang dari luar kota kita harus merubah penampilan kamu." Aiden menatap Diana dengan serius.
Wajah Aiden terlihat begitu tegang dengan kabar yang dia dapatkan, dia bahkan menatap wajah Diana dengan tatapan yang begitu sulit untuk diartikan."Sebenarnya ada apa, Tuan? Tolong cepat ceritakan, jangan membuat aku mati penasaran." Diana berkata dengan tidak sabar.Aiden menghela napas berat, dia seolah kesulitan untuk mengatakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Namun, dia tidak bisa diam saja karena Diana harus mendengar kabar yang sudah dia dapatkan dari sepupunya tersebut."Itu, pak Bagas---"Belum juga Aiden menyelesaikan ucapannya, ponsel miliknya terdengar berdenting. Hal itu menandakan ada sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya tersebut."Ada apa sih? Cepat katakan," pinta Diana."Tunggu sebentar," ujar AidenDengan cepat Aiden membuka pesan chat yang ternyata dikirimkan oleh sepupunya sendiri, lebih tepatnya video yang diminta oleh Aiden."Astagfirullah!" pekik Aiden ketika dia memutar video tersebut
Diana menghampiri Aiden, lalu dia menatap wajah pria itu dengan lekat. Dia seolah bertanya kepada pria itu, apa yang sebenarnya terjadi.Bukannya dia tidak bisa bertanya secara langsung, tetapi bibirnya seakan terkunci dengan rapat. Tubuhnya bahkan kini terlihat gemetaran.Setelah dia dijatuhkan talak 3 di saat malam pertamanya, Diana menyadari jika Bara adalah pria yang arogan dan selalu ingin menang sendiri.Bara adalah pria yang merasa jika semua keinginannya harus terpenuhi, pria itu mampu melakukan apa pun dengan uang yang dia punya.Melihat perubahan raut wajah Diana, Aiden menghela napas berat. kemudian dia mengelus lembut kedua pundak wanita yang kini terlihat begitu lemah itu."Pak Bagas ditemukan dalam keadaan terbakar, tujuh puluh persen tubuhnya terkena luka bakar. Beruntung wajahnya tidak terbakar sama sekali, karena dia menutupi wajahnya dengan baju basah."Diana begitu syok dengan apa yang dikatakan oleh Aiden, dia
Malam yang terasa begitu menyeramkan dan menakutkan kini telah berlalu, Diana sudah terbangun dari tidurnya. Saat matanya terbuka, dia benar-benar merasa tidak enak hati kala melihat Aiden masih tertidur dengan lelap di atas sofa.Seharusnya Diana sadar diri, dia sudah terlalu merepotkan Aiden. Dia tidak boleh bersikap seperti itu, tetapi entah kenapa dia merasa tidak ingin ditinggalkan."Maaf karena aku terlalu merepotkan," ucap Diana sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi.Diana melaksanakan ritual mandinya dengan waktu yang cepat, setelah itu dia melaksanakan salat subuh dan membangunkan Aiden agar pria itu segera melaksanakan kewajibannya kepada Sang Khalik."Tuan, bangun. Ini sudah pagi," ucap Diana.Aiden menggeliatkan tubuhnya, lalu dia menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Dia a langsung tersenyum melihat kelakuan dari Aiden."Sebentar lagi," ucap Aiden dengan suara lirih.Diana menolehkan wajahnya ke arah jam
Beberapa bulan kemudian.Usaha toko kue yang dibuat oleh Diana, Aiden dan Bagas ternyata berjalan dengan lancar. Banyak pengunjung yang datang untuk membeli kue di sana, ada juga yang membeli kue dan menikmatinya di sana.Ya, mereka menyediakan beberapa meja dan juga bangku di depan halaman rumah sederhana yang Aiden beli. Bahkan, Aiden menanam banyak bunga di halaman rumahnya tersebut untuk mempercantik tampilan toko kuenya.Hal itu dia lakukan agar para pengunjung yang datang merasa sedang menikmati kue di sebuah taman, selain kuenya yang enak tempatnya juga terasa nyaman dan wangi bunga alami.Bahkan, Aiden memanfaatkan sedikit lahan yang masih ada di samping rumahnya untuk menanam sayuran hidroponik. Jika sayuran-sayuran tersebut sudah bisa panen, Aiden akan menjual sayuran tersebut ke pasar tanpa malu.Dia bertekad ingin menjadi seorang suami yang baik, suami yang bertanggung jawab terhadap istrinya. Terlebih lagi saat ini perut Diana sudah membesar, dokter berkata bulan depan ke
Aiden benar-benar merasa begitu bahagia karena dia kini akan menjadi seorang ayah, sebentar dia akan menimang buah hatinya dengan Diana.Pantas saja Diana di rasa berbeda, bentuk tubuhnya lebih berisi. Dua gunung kembar kesukaannya semakin padat dan besar, jika mereka sedang melakukan hubungan intim saja, milik Diana terasa lebih sempit dan juga legit.Awalnya Aiden mengira jika Diana terlalu banyak makan, makanya mulai bertambah bobot tubuhnya. Namun, dugaan Aiden ternyata salah.Diana berubah menjadi seperti itu karena ulah dari dirinya, karena dia yang selalu mengajak Diana untuk bercinta. Untuk merayakan hari kebahagiaannya Aiden ingin sekali mengajak istrinya untuk pergi jalan-jalan.Sayangnya, keadaan Aiden kini sedang di bawah. Aiden benar-benar harus ada dalam mode berhemat, karena uangnya sudah benar-benar menipis. Akhirnya, Aiden mengajak Diana untuk masuk ke dalam kamar.Setidaknya dia ingin mendapatkan pelukan hangat dari istrinya, dia ingin mendapatkan kecupan mesra dari
"Berteriaklah, karena tidak akan ada yang menolong kamu." Bara menatap wajah Diana dengan sengit."Lepaskan, Mas! Tolong lepaskan aku, aku---""Tidak akan! Kamu harus ikut ke dalam, kita akan menggugurkan bayi itu." Bara berusaha untuk menarik paksa tubuh Diana.Aiden yang menyaksikan akan hal itu benar-benar tidak terima, terlebih lagi Bara memperlakukan Diana dengan begitu kasar. Dia takut jika janin yang ada di dalam kandungan istrinya akan kenapa-kenapa.Di sana ada calon generasi penerusnya, walaupun kini keadaannya sedang terpuruk, tetapi setidaknya bayi itu yang akan menguatkan dirinya. Calon bayi itu yang akan memberikan dirinya semangat untuk mencari pekerjaan yang lebih baik untuk menghidupi Diana dan juga bayi mereka.Dengan sekuat tenaga Aiden berusaha untuk bangun, lalu dia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Bara dan juga Diana. Dia buang masker dan topinya, tanpa aba-aba Aiden langsung memberikan bogem mentah tepat di rahang Bara."Argh!" teriak Bara dan juga Diana s
Aiden terdiam di balik gerbang seraya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Diana dan juga Bara, dia juga menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar apa yang akan diobrolkan oleh Diana dan juga Bara.Walaupun jantungnya berdebar dengan begitu kencang, tetapi dia berusaha untuk menenangkan hatinya dan juga pikirannya.Pernah diselingkuhi oleh Angel, tentu saja hal ini membuat dia bisa berusaha untuk bersikap lebih tenang walaupun memang hatinya merasa begitu was-was.Dia memang bisa berusaha untuk menenangkan hatinya, tetapi tubuhnya bergetar dengan begitu hebat. Lututnya terasa begitu kopong dan sulit untuk digerakkan, dia hanya bisa duduk seraya menyandarkan punggungnya pada gerbang yang ada di sana."Ayo Diana, Sayang. Kita masuk ke dalam, aku sudah tidak sabar ingin berbicara dengan kamu. Aku sudah tidak sabar untuk melepas rindu dengan kamu, bukankah kamu datang untuk melepas rindu denganku?" tanya Bara dengan begitu percaya diri.Diana masih terdiam seraya menatap wajah Bara d
Pagi ini wajah Aiden terlihat lebih sumringah, tentu saja hal itu terjadi karena dia sudah mendapatkan servis terbaik dari istrinya. Walaupun memang istrinya sempat menolak untuk naik ke atas tubuhnya, tetapi dia merasa puas dengan pergulatan panas pagi ini.Selepas sarapan pagi, Aiden kembali bersiap untuk pergi. Walaupun perusahaan Roderick tidak bisa diselamatkan, setidaknya dia ingin mencari pekerjaan baru.Tidak mengapa baginya jika harus merintis dari awal, dia tidak keberatan jika harus bekerja di perusahaan orang lain. Yang terpenting baginya, dia bisa menafkahi istrinya, Ia harus bisa membiayai kehidupan mertuanya.Setelah selesai bersiap, Aiden terlihat hendak keluar dari dalam kamarnya. Namun, niatnya dia urungkan karena mendengar ponsel milik istrinya berdering. Aiden menata ponsel milik istrinya dengan dahi yang mengernyit dalam, karena di sana tertera nomor yang tidak dia kenal.Tidak lama kemudian, dering ponsel itu pun berhenti. Namun, satu pesan chat masuk ke dalam po
Pagi-pagi sekali Diana sudah terbangun dari tidurnya, dia tersenyum karena ternyata Aiden masih terlelap di dalam pelukannya. Sudah dua hari dia tidur tanpa suaminya, malam ini rasanya dia begitu senang karena bisa tidur kembali dengan Aiden.''Selamat pagi, Sayang." Diana mengecup bibir Aiden dengan penuh cinta, tangan Diana bahkan terlihat mengusap dada suaminya.Rindu?Tentu saja Diana begitu rindu terhadap suaminya, pria yang sudah memperistrinya tanpa melihat kasta. Aiden begitu tulus mencintai Diana, Aiden bahkan begitu baik dalam memperlakukan bapaknya.Aiden yang mendapatkan perlakuan seperti itu langsung membuka matanya, dia tersenyum dengan begitu manis ketika melihat wajah Diana.Wajah wanita yang selalu dia rindukan, wajah wanita yang selalu membuat dirinya bersemangat dalam menjalani hari-harinya."Kamu sudah bangun?" tanya Aiden.Melihat raut wajah Diana yang baik-baik saja Membuat Aiden bisa bernapas dengan lega, padahal dia sempat berpikir jika Diana akan kecewa karen
Alif datang menjemput Diana dan juga Bagas untuk pergi ke kediaman mereka yang baru, sedangkan Aiden kembali pergi entah ke mana. Karena pria itu tidak memberitahukan Diana jika dia akan pergi ke suatu tempat.Diana sangat paham jika suaminya kini sedang ada dalam keterpurukan, maka dari itu dia tidak berani untuk mengatakan apa pun.Diana sempat mencoba untuk menghubungi nomor ponsel suaminya, dia berniat untuk memberikan semangat kepada suaminya tersebut.Sayangnya, Diana harus kembali merasakan kecewa. Karena ternyata nomor ponsel suaminya tidak aktif, dia tidak bisa menghubungi nomor suaminya tersebut.Melihat putrinya yang hanya terdiam dengan raut kekecewaan, Bagas mengelus lembut punggung putrinya. Lalu, dia memberikan semangat kepada putrinya tersebut."Kamu jangan bersedih seperti itu, doakan saja suami kamu. Siapa tahu di luar sana dia sedang berjuang untuk bisa membahagiakan kamu," ujar Bagas.Diana menghela napas sepenuh dada, dia tersenyum hangat lalu dia menolehkan wajah
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi Aiden belum juga pulang. Diana benar-benar merasa khawatir, terlebih lagi saat dia menghubungi nomor ponsel suaminya, ternyata nomor ponsel Aiden tidak aktif.Jangankan untuk tidur, untuk melaksanakan makan malam saja Diana seakan begitu enggan. Bagas sudah membujuk Diana untuk makan bersama, tetapi dia merasa begitu enggan dan juga merasa tidak lapar.Diana hanya berkata jika dia lapar, maka nanti dia akan ke dapur untuk makan sendiri. Bagas hanya bisa mengalah dan masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.Terlebih lagi Diana mendapatkan dua pesan yang membuat dirinya tidak bisa tenang, Diana jadi menduga-duga jika itu adalah pesan dari Bara.Namun, dia mencoba untuk melupakan pesan singkat tersebut. Diana bahkan langsung menghapus pesan chat tersebut, dia takut jika nantinya akan menjadi bahan perdebatan bersama dengan Aiden."Ke mana mas Aiden? Kenapa belum pulang juga?" tanya Diana.Diana turun dari tempat tidur, kemudian dia b
Satu minggu sudah Diana dan juga Aiden tinggal di luar kota, bukan hanya sekedar melakukan pengembangan bisnis. Namun, mereka seperti terlihat sedang melakukan bulan madu.Setelah pekerjaan selesai, Aiden akan mengajak Diana untuk pergi jalan-jalan. Aiden akan menghabiskan waktu bersama dengan Diana di luar, entah itu untuk makan, hanya sekedar jalan-jalan dan pergi untuk mencari jajanan khas daerah tersebut.Hari ini adalah hari terakhir Diana dan juga Aiden berada di kota tersebut, mereka berdua sedang berkeliling kota untuk mencari oleh-oleh.Aiden berkata mereka tidak perlu membeli oleh-oleh yang banyak, lagi pula dia tidak memiliki saudara yang banyak. Tante Alicia pun berada di luar negeri, beli oleh-oleh sedikit saja untuk Bagas dan juga asisten yang berada di rumahnya.Namun, Diana malah membeli banyak sekali makanan. Dia juga membeli beberapa kerajinan khas daerah sana seperti gelang dan juga kalung, bahkan dia juga memberi topi berhiaskan cangkang kerang."Yang, aku mau beli