Terlalu banyak rahasia di keluarga Sean. Dapatkah Rani mengungkap satu persatu?. Ikuti terus cerita ini dan juga cerita lainnya. Cukup klik nama author dan selamat membaca, kalau bagus tinggalkan komentar dan Gems ya. makasih. Atau bisa ketik di pencarian judul yang ingin dibaca. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak Bab 87"Mau apa, Nyonya muda?" Rani terkejut saat bi Ani menyapanya tiba-tiba. "Ini Bi, saya mau melihat ruang kerja, Sean." Rani menunjuk ruangan terkunci di depannya. "Maaf Nyonya, tapi orang luar dilarang masuk. Itu peraturan sejak Tuan Besar masih ada." Urusan apa? Ini kan ruang kerja suaminya. 'Tuan besar yang di maksud bi Ani pasti papa Sean.' pikir Rani. "Baiklah kalau begitu."Rani meninggalkan ruang kerja, yang tak boleh dia masuki itu. Kemudian dia berjalan mendekati kamar, yang kata Sean bilang perpustakaan. Tapi dia kembali bingung, karena kamar ini juga terkunci. "Ini juga terkunci Bi? Saya mau masuk tolong bukakan," pinta Rani pelan. "Maaf Nyonya, tapi ini juga tak bisa di masuki. Oleh orang sembarangan." Deg, jantung Rani berdenyut nyeri. Kata-kata wanita ini, kenapa terdengar menyakitkan. "Maksudnya apa ya, Bi? Kalau semua tak boleh saya masuki. Buat apa suamiku membawa tinggal di sini?!" pekik Rani."Anda hanya bisa berada di ruang makan, ruang tamu, ruang kel
Talak bab 88"Sean datang, Kak," ucap Wendi, sembari menunjuk dengan bibirnya. Rani hanya melirik, begitu juga dengan Marco. Rani menyingkirkan tas dan laptopnya, agar ada tempat untuk suaminya duduk. "Masih lama ngobrolnya?" Sean bertanya, sembari duduk di depan istrinya. Karena Marco dan Wendi duduk mengapit Rani, kedua pria itu bahkan tak bersusah-susah untuk pindah, agar memberikan tempat untuk pria itu. "Kalau begitu sampai di sini saja, Kak. Sudah malam pulanglah, istirahat. Kalau bosan, bisa kembali tinggal di apartemen. Kau bukan orang susah seperti dulu, jika tak bahagia lepaskan saja," ucapan Wendi pelan, tapi menusuk hati Sean. Dia menatap wajah istrinya, namun wanita itu pura-pura tak tau. "Ayo pulang," ajak Sean. "Duluan saja, aku masih ingin di sini," jawab Rani pelan. "Jangan kekanakan-kanakkan, Rani. Kita selesaikan masalah kita, jangan mengumbarnya di luar. Seperti wanita yang haus perhatian pria lain," ujar Sean sinis. "Bagus, kalau begitu enyahlah dari hadapanku
Talak bab 89"Kau sudah gila, Pak Gilang?!" Wendi terduduk lemas, sembari menatap Marco yang bertarung dengan Gilang. Bagaimana tidak, pria itu tau, selama seminggu ini Wendi dan Marco mencari Rani. Bukannya memberitahu keberadaannya, pria itu memilih menyembunyikannya. Yah, Rani berada di rumah Gilang, dalam perawatan tunangannya. "Kau pikir mudah menyembunyikannya. Aku terpaksa, itu juga demi janinnya. Rani harus istirahat total, karena kandungan terus bermasalah." Mendengar penjelasan Gilang. Mau tak mau Marco dan Wendi harus menahan diri, walau sebenarnya mereka masih ingin menghajar Dosen killer itu. "Sudahlah. Aku minta maaf, karena ini salahku. Kalian jangan menyalahkan Gilang lagi, kasihan dia selama satu minggu ini, dia yang merawatku." Ketiga pria itu berbaring di rerumputan. Tak peduli meski pakaian mereka kotor, saat ini mereka merasa lega karena beban mereka sudah terlepas. "Sayang!"Rani dan ketiga orang itu serempak berbalik. Mereka melihat Sean berlari mendekat, Ran
Talak bab 90"Tuan muda, mari makan dulu. Ini saya buatkan bubur ayam." Bi Ani menuangkan bubur ke dalam mangkok. Rani tak bersuara, hanya diam sembari menatap wanita itu. "Bibi tidak usah repot-repot. Di sini ada Rani, biar dia yang mengurusku," pinta Sean. Setelah melihat wajah masam Rani. "Eh, jangan. Kau tak boleh berbuat begitu, Sean. Bi Ani ini sudah lama berkerja padamu, sudah tugasnya melayani majikannya. Aku tak akan sanggup melakukannya. Jadi biarkan dia melakukan, apa yang dia inginkan." Rani tersenyum, lalu meraih tasnya dan memilih pergi. "Aku mau istirahat, Bibi bisa menjaganya atau gantian dengan Rika keponakan Bi Ani. "Rani sudah mengetahui, ternyata gadis yang tadi memeluk suaminya, adalah keponakan Bi Ani. Pantas terlihat akrab dengan Sean. "Sayang, tolong jangan pergi," pinta Sean. "Maaf Sean, tapi aku muak berada di sini. Begini saja, kau akan tinggal di sini seperti saran dokter. Bi Ani, Rika dan Margin akan menemanimu. Aku tak akan menganggu kalian lagi," ujar
Talak bab 91"Terima kasih Tuan muda. Telah mengampuni kami, sekali lagi saya minta maaf, dan tolong jaga Nyonya muda. Mungkin sudah takdir, dia menjadi istri anda Tuan." Paman Abdi menundukkan kepala, seolah memberi hormat pada Rani dan Sean."Terima kasih, Paman. Tolong jaga dirimu baik-baik, saya tak akan melupakan bantuanmu." Rani mengulurkan tangan, menjabat tangan keriput paman Abdi, lalu menciumnya. "Sama-sama Nyonya muda. Jaga kesehatan anda, jangan terlalu lelah saat bekerja."Paman Abdi menatap Rani dengan mata berkaca-kaca. Dia ingin memeluk wanita ini, tapi dia tak boleh melakukannya lagi. Rani bukan lagi sosok yang pernah dia rindukan. "Apa yang kau lakukan, Pak? Kenapa menatapnya seperti itu?" tanya bi Rani. "Kau akan sangat menyesal, Bu. Saat tau apa yang ada, di tubuh Nyonya muda," jawab paman Andi.Sembari melangkah meninggalkan mansion. "Setelah lebih dari dua puluh tahun. Kita harus meninggalkan mansion ini, hanya gara-gara kebodohanmu, Bu," sesal Paman Abdi."Ayo m
Talak bab 92"Rani, bukankah dia suamimu?" Rani menatap arah telunjuk Marco. Setelah itu dia memutar bola matanya, sudah jelas itu Sean, masih juga di tanyakan. "Jangan pedulikan dia, daripada mengaum nantinya. Cepat duduk dan katakan, apa yang kau temukan.Marco segera duduk di samping Rani. Lalu menyerahkan sebuah dokumen, Rani mengambil dan memeriksanya. "Marco, menjauh dari istriku. Sebelum aku patahkan tanganmu." Marco dan Rani bingung, karena yang mengancam Marco seorang wanita. Dia pelayan kafe, wanita itu terlihat takut, lalu dia menunjuk ke arah suami Rani. "Dasar gila, kekanak-kanakan." Marco dan Rani melirik Sean sebentar. Setelah itu kembali fokus, dengan dokumen yang di bawa Marco. "Marco, tatap mataku."Astaga, Sean terus menganggu Marco dan Rani. Kali ini Marco menatap langsung ke arah Sean, pria itu tak melakukan apa-apa, hanya menunjukkan jari telunjuk dan jadi tengah. Sebagai tanda mencolok ke mata, artinya jelas. Cuma mau bilang, kalau dia mengawasinya."Apa dia ta
Talak bab 93"Mbak Rani." Rani menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dia memicingkan mata, saat melihat adik Hendra bersama anaknya. "Mau apa, dia datang kemari lagi?" tanya Sean. Sembari mengikatkan tali sepatu Rani yang terlepas.Della menahan rasa dengkinya. Saat melihat perlakuan manis, suami baru mantan kakak iparnya. Dulu Rani yang selalu menunduk di bawah kaki Hendra, tapi kini dibawah kakinya, justru seorang pria yang begitu sempurna. Selain tampan dia juga kaya raya. Entah apa keistimewaan Rani, sampai bisa mendapatkan jackpot, seperti suami barunya. "Ada urusan apa dengan istriku? Kalau urusan soal Hendra. Sebaiknya kau pergi saja, karena kami tak punya waktu untuk itu," ucap Sean ketus.Tangannya menggenggam telapak tangan Rani. Jari-jari mereka terjalin erat, Della melihat dan itu membuat matanya sakit. "Aku butuh bantuanmu, Mbak. Tolong beri aku pekerjaan. Apa saja gak masalah, asal kerja dan dapat gaji. Demi anakku, Mbak. Kami sudah tak tau mau kemana, karena mas Dan
Talak bab 94"Bagaimana? Ada kabar apa?" Sean menatap seorang pria, yang duduk di depannya. Pria itu menunjukkan beberapa lembar foto, di foto itu terlihat Della dan Lisa, sedang makan di restoran cepat saji."Saya juga mendapatkan sebuah rekaman. Percakapan wanita ini, dengan seorang wanita lainya, Bos. Dia memanggilnya mbak Ita." Sean tersenyum, ternyata wanita ini masih belum jera. "Aku mengenalnya, tenang saja aku yang akan mengurusnya.Awasi terus wanita ini. Aku ingin tau siapa saja, yang bekerjasama dengannya. Jangan lupa rekam, jika ada pembicaraan yang penting." Waktu Rani memintanya mengawasi Della, Sean merasa itu tak perlu, tapi kemudian dia merasa tak salah menuruti Rani Karena itu dia meminta anak buahnya. Mengikuti dan mengawasi Della adik Hendra. 'Mereka tak ada kapok-kapoknya. Baiklah kali ini aku akan tunjukkan, apa yang bisa aku lakukan untuk melindungi istriku.'"Sayang, masih sibuk?" Rani menjulurkan kepala, dari sela pintu yang sedikit terbuka. Sean tersenyum, la
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere