Bantu vote ya say. Makasih. Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 91"Terima kasih Tuan muda. Telah mengampuni kami, sekali lagi saya minta maaf, dan tolong jaga Nyonya muda. Mungkin sudah takdir, dia menjadi istri anda Tuan." Paman Abdi menundukkan kepala, seolah memberi hormat pada Rani dan Sean."Terima kasih, Paman. Tolong jaga dirimu baik-baik, saya tak akan melupakan bantuanmu." Rani mengulurkan tangan, menjabat tangan keriput paman Abdi, lalu menciumnya. "Sama-sama Nyonya muda. Jaga kesehatan anda, jangan terlalu lelah saat bekerja."Paman Abdi menatap Rani dengan mata berkaca-kaca. Dia ingin memeluk wanita ini, tapi dia tak boleh melakukannya lagi. Rani bukan lagi sosok yang pernah dia rindukan. "Apa yang kau lakukan, Pak? Kenapa menatapnya seperti itu?" tanya bi Rani. "Kau akan sangat menyesal, Bu. Saat tau apa yang ada, di tubuh Nyonya muda," jawab paman Andi.Sembari melangkah meninggalkan mansion. "Setelah lebih dari dua puluh tahun. Kita harus meninggalkan mansion ini, hanya gara-gara kebodohanmu, Bu," sesal Paman Abdi."Ayo m
Talak bab 92"Rani, bukankah dia suamimu?" Rani menatap arah telunjuk Marco. Setelah itu dia memutar bola matanya, sudah jelas itu Sean, masih juga di tanyakan. "Jangan pedulikan dia, daripada mengaum nantinya. Cepat duduk dan katakan, apa yang kau temukan.Marco segera duduk di samping Rani. Lalu menyerahkan sebuah dokumen, Rani mengambil dan memeriksanya. "Marco, menjauh dari istriku. Sebelum aku patahkan tanganmu." Marco dan Rani bingung, karena yang mengancam Marco seorang wanita. Dia pelayan kafe, wanita itu terlihat takut, lalu dia menunjuk ke arah suami Rani. "Dasar gila, kekanak-kanakan." Marco dan Rani melirik Sean sebentar. Setelah itu kembali fokus, dengan dokumen yang di bawa Marco. "Marco, tatap mataku."Astaga, Sean terus menganggu Marco dan Rani. Kali ini Marco menatap langsung ke arah Sean, pria itu tak melakukan apa-apa, hanya menunjukkan jari telunjuk dan jadi tengah. Sebagai tanda mencolok ke mata, artinya jelas. Cuma mau bilang, kalau dia mengawasinya."Apa dia ta
Talak bab 93"Mbak Rani." Rani menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dia memicingkan mata, saat melihat adik Hendra bersama anaknya. "Mau apa, dia datang kemari lagi?" tanya Sean. Sembari mengikatkan tali sepatu Rani yang terlepas.Della menahan rasa dengkinya. Saat melihat perlakuan manis, suami baru mantan kakak iparnya. Dulu Rani yang selalu menunduk di bawah kaki Hendra, tapi kini dibawah kakinya, justru seorang pria yang begitu sempurna. Selain tampan dia juga kaya raya. Entah apa keistimewaan Rani, sampai bisa mendapatkan jackpot, seperti suami barunya. "Ada urusan apa dengan istriku? Kalau urusan soal Hendra. Sebaiknya kau pergi saja, karena kami tak punya waktu untuk itu," ucap Sean ketus.Tangannya menggenggam telapak tangan Rani. Jari-jari mereka terjalin erat, Della melihat dan itu membuat matanya sakit. "Aku butuh bantuanmu, Mbak. Tolong beri aku pekerjaan. Apa saja gak masalah, asal kerja dan dapat gaji. Demi anakku, Mbak. Kami sudah tak tau mau kemana, karena mas Dan
Talak bab 94"Bagaimana? Ada kabar apa?" Sean menatap seorang pria, yang duduk di depannya. Pria itu menunjukkan beberapa lembar foto, di foto itu terlihat Della dan Lisa, sedang makan di restoran cepat saji."Saya juga mendapatkan sebuah rekaman. Percakapan wanita ini, dengan seorang wanita lainya, Bos. Dia memanggilnya mbak Ita." Sean tersenyum, ternyata wanita ini masih belum jera. "Aku mengenalnya, tenang saja aku yang akan mengurusnya.Awasi terus wanita ini. Aku ingin tau siapa saja, yang bekerjasama dengannya. Jangan lupa rekam, jika ada pembicaraan yang penting." Waktu Rani memintanya mengawasi Della, Sean merasa itu tak perlu, tapi kemudian dia merasa tak salah menuruti Rani Karena itu dia meminta anak buahnya. Mengikuti dan mengawasi Della adik Hendra. 'Mereka tak ada kapok-kapoknya. Baiklah kali ini aku akan tunjukkan, apa yang bisa aku lakukan untuk melindungi istriku.'"Sayang, masih sibuk?" Rani menjulurkan kepala, dari sela pintu yang sedikit terbuka. Sean tersenyum, la
Talak bab 95"Mbak Rani!" Rani mendesah kesal karena pangilan itu. Lagi-lagi Della berulah, dia sudah sangat muak dengan wanita ini."Mau apa lagi Della? Tidak ada puas-puasnya kau menggangguku. Sekarang mau apa lagi?" Rani membanting pintu mobilnya. Entah darimana mantan adik iparnya ini, mengetahui tempat kuliahnya."Ampuni aku, Mbak. Kami sudah tak punya apa-apa lagi. Tolong jangan masukkan aku ke penjara, seperti kau memasukkan Mas Hendra. Meski kita tak lagi menjadi saudara ipar, tolong kasihani aku dan anakku. Kau sudah menjadi istri orang kaya, Mbak. Jangan terlalu kejam pada kami, Rara meninggal sudah takdir bukan salah kami. Kami hanya orang miskin tak bisa melawan orang kaya sepertimu." Rani mengerutkan keningnya, karena tak mengerti sama sekali, dengan apa yang Della katakan. Namun wajahnya mengeras dan rahangnya mengatup rapat, setelah menyadari apa yang telah terjadi. Entah darimana, orang-orang telah mengerumuni tempat ini.Lengkap dengan kamera dan siaran langsung. Waj
Talak bab 96Rani menarik napas lalu menundukkan kepala. Dia sudah menduga ini akan terjadi, tadi di Kampus semua orang menatapnya. Walau tak bersuara, tapi tatapan mereka sudah menjelaskan, betapa hina dan menjijikan dirinya. Kini, di kafe ini kembali, dia mendapat tatapan yang sama. Begitu suci dan terhormat kah mereka, sehingga menghakimi orang lain, yang belum tentu bersalah. Kembali Rani menarik napas, saat memangil pelayan, tapi tak ada yang mau datang. "Tutup saja kafe ini. Jika tak mau melayani pembeli, panggil Marco, aku akan membeli tempat ini dan menutupnya!"Rani melompat dari tempat duduknya. saat mendengar, suara Sean yang menggelegar. Dia terpaku saat mengetahui kalau kafe yang dia datangi milik ...Marco. "Sayang, tenang, tarik napas lalu hembuskan." Rani mengelus dada suaminya, agar pria itu tenang. Jika dia terus berteriak, melampiaskan emosinya yang rugi jelas Marco. "Apa yang kalian lakukan? Jika tak mau kerja. Silakan keluar!" Kali ini terdengar teriakan Marco.
Talak bab 97Sean menarik napas. Saat menatap pintu kamar, yang masih tertutup rapat. Sejak semalam, Rani benar-benar tidak mengijinkannya masuk, dia bahkan tak peduli meski Sean tidur di depan pintu.Hanya saja tadi pagi dia terbangun dengan selimut di tubuhnya. Sang istri ternyata membuka pintu, hanya untuk menyelimutinya. Sekarang juga tak mau keluar, meski sudah dia ketuk sejak tadi pagi. "Ngapain bengong di sini?" tanya Rani dari belakang suaminya. Sean yang tak sadar Rani berada di belakangnya menjawab dengan lirih. "Istriku marah, dia tak mau menemui aku. Dia bahkan tak mau tidur denganku lagi," jawab Sean lebih lirih.Namun tak lama dia tersentak lalu berbalik. Dia terbelalak saat melihat istrinya, menatap bingung dengan tangan memegang handuk kecil, untuk mengelap keringatnya. "Aku sudah keluar sejak tadi pagi. Kau saja yang tidur seperti orang mati, sudah selesai mandi kan? Sana ganti baju dan pergi kerja." Sean ingin berteriak tapi takut. Sang istri telah membuatnya kesal,
Talak bab 98"Kalian sudah gila." Astaga, menatap tajam. Dua pria yang beberapa bulan ini, menjadi musuh karena mencintainya. Sekarang lihatlah, mereka terlihat santai. Sean memegang dokumen Marco, sedangkan pria itu melipat selembar cek dari suaminya."Aku sampai berlari datang kemari. Membolos kuliah karena kalian, tapi lihat wajah kalian berdua. Sekarang coba pikirkan, bagaimana dengan pekerja kafe itu?" Rani melipat tangan di depan dada, lalu menatap Marco dan Sean."Bukan urusan kita, Sayang. Itu sudah menjadi tugas Marco, dia bisa membayar gaji dan sedikit pesangon. Kalau tak mau, usir saja semuanya. Bukankah mereka yang membuat Marco. Harus kehilangan kafenya, yang sudah ramai pengunjung." Rani mengepalkan tangannya, ingin rasanya memukul kepala Sean, tapi dia suami tercintanya. "Kalau bicara bisa gak, jangan terlalu kejam." Rani meraih bibir Sean, lalu memencetnya jadi mengerucut. "Cium sekalian, Sayang."Rani mencebik lalu keluar membawa Marco. Tentu saja Sean tak terima, dia