Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 146"Mau menjenguk orang sakit atau menemui seorang kekasih?" Pertanyaan yang membuat Sean terhenyak. Sedangkan pria yang bertanya hanya tersenyum sinis."Wendi diam." Rani terpaksa membungkam mulut Wendi. Dia iba melihat Sean yang terduduk lemas di sofa, pandangan matanya terlihat begitu menderita. "Lemah Kak, baru mendapat sedikit sindiran, sudah loyo seperti kerupuk kena air," ejek Wendi lagi."Kau mau diam atau aku suruh seseorang melemparkanmu keluar?" tanya Rani dengan kejam. Mendengar ucapan sang istri, tiba-tiba semangat Sean kembali lagi. "Tak perlu memanggil orang, Sayang. Aku akan membantumu melemparkan dia keluar." Sean melipat lengan bajunya. Bersiap untuk membawa Wendi keluar dari kantor istrinya, kalau perlu keluar dari hidup pujaan hatinya. "Bagus, setelah itu kau tak perlu masuk lagi kemari," ucapan Rani membuat Sean terkejut. Sedangkan Wendi terkekeh geli, untuk pertama kalinya dia merasa senang melihat ketegasan Rani. Walau kemudian dia harus menahan mual
Talak bab 147Sean memijit keningnya saat melihat Rani terbaring di tempat tidur rumah sakit. Di sebelahnya Wendi tengah mati-matian membujuk wanita itu, setelah menangis histeris lalu memukuli Wendi, pada akhirnya Rani drop dan harus di infus."Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi? Dan bagaimana bisa kau hanya mendapat luka kecil, sedangkan mobilmu ringsek seperti itu?" tanya Rani sembari menggenggam telapak tangan Wendi. Sean hanya menatap tak berani bersuara. Meski dia merasa cemburu, tapi dia sadar Wendi punya posisi penting di hati Rani. Pria itu satu-satunya orang yang ada di sisi Rani, saat berada dalam keadaan terpuruk waktu masih menjadi istri Hendra. Jadi dia merasa tak tepat jika menginginkan pria itu menghilang dari sisi Rani. Buktinya tadi saat melihat Marco mengirim gambar mobil Wendi yang ringsek, Rani mengalami shock berat sampai-sampai mau pingsan saat mendekati UGD.Wanita itu menangis histeris saat melihat Wendi keluar. Dengan luka di kening dan goresan di pipi ju
Talak bab 148."Benar tak mau pulang ke Mansion kita?" tanya Sean saat keluar dari rumah sakit. Sebenarnya dia ingin Rani kembali ke Mansion, tapi dia memikirkan ketenangan sang istri, makanya menuruti kemauan Rani untuk tinggal sementara di apartemen.Makanya sekarang Rani juga menurut tinggal di apartemen Sean. Apartemen yang jauh lebih mewah dari miliknya, apartemen yang lebih lengkap dari President Suite hotel bintang lima."Kalau begini aku lebih suka tinggal di sini, Sayang. Luas juga tak banyak orang, aku jadi merasa lebih tenang dan damai," ujar Rani sembari memeluk pinggang Sean. "Kalau begitu kita bisa tinggal di sini berdua sampai anak kita lahir. Aku juga sudah menyiapkan kamar spesial untuk Junior dan calon bayi kita." Sean membawa sang istri menuju ke sebuah kamar. Kamar yang di siapkan untuk bayi mereka."Kenapa aku merasa kau telah menyiapkan semua ini sejak awal. Apa kau memang sebenarnya, tak mau aku kembali ke Mansion?" tanya Rani sembari mengerutkan keningnya. "Bu
Talak bab 149.Rani cemberut menatap tiga orang pria di depannya. Jemari lentiknya sibuk memijit keningnya yang terasa pusing, melihat sang istri seperti sedang pusing, Sean berdiri hendak menghampiri, tapi terhenti saat terdengar suara ketus sang istri. "Mau kemana?"Tak bisa menjawab, Sean hanya menunjuk ke arah Rani. Wanita itu mendengus lalu melotot ke arah suaminya. "Tak perlu, kau tetap bersama mereka merenungkan kesalahan kalian bertiga." Melihat Rani kembali kesal. Sean menyepak kaki Marco dan Miko."Idih, kesal sama siapa? Dilampiaskan sama siapa," ejek Miko dan Marco bersamaan. "Diam, mau duel langsung? Ayo di mana?" tanya Sean sengit. Namun tak lama dia melonjak kaget, saat terdengar benda di banting di atas meja."Masih sok jadi jagoan, sana pergi keluar dan jangan kembali lagi," ketus suara Rani membuat Sean terduduk sambil menundukkan kepala. "Ini sudah siang, kalian berdua bisa kembali ke kantor. Aku pusing kalian masih ada di sini, dan aku Marco cepat jelaskan apa ini?"
Talak bab 150."Ternyata kau istri, Sean? Aku tak menyangka sama sekali. Kalau selera Sean pada seorang wanita menurun drastis, dulu aku bangga bersaing dengan Bianca, tapi sekarang jatuh banget levelku harus bersaing dengan wanita sepertimu. Miskin, murahan pula, ups maaf terlalu jujur."Gadis itu tersenyum setelah menghina Rani. Entah darimana dia tau, kalau sekarang Rani ada di restoran ini tengah makan siang bersama Marco. Mendengar penghinaan pada Rani, membuat Marco ingin membungkam mulut lemes itu, tapi Rani segera mencegah dengan mencekal tangan Marco dengan erat. "Kendalikan dirimu, jangan mengotori tanganmu dengan menyentuhnya," ujar Rani datar."Kau lihat Sean, betapa murahannya wanita ini. Aku heran kenapa kau bisa menikahinya, aku dengar dia seorang janda, jangan-jangan dia mengunakan pelet untuk menjeratmu." Gadis itu makin gencar menghina Rani. Sedangkan di sebrang sana, Sean menatap tangan Rani yang memegang lengan Marco. Meski marah dia tak bisa berteriak pada istrin
Talak bab 151.Rani memejamkan mata, sedangkan Sean masih duduk di pinggir tempat tidur dengan pakaian baru. Pria itu terlihat segar sehabis mandi, setelah itu dia meminta sekretaris Rani untuk membuang kemeja, jas dan celananya. Dia tak mau lagi mengunakan pakaian yang sudah di sentuh Clara. Aroma gadis itu yang membuat Rani mual, hingga tak mau dia sentuh sama sekali."Aku sudah memperingatkan berkali-kali, Sean. Namun kau abaikan begitu saja peringatanku itu, saat ini kembali seorang wanita mengodamu, apa kali ini kau masih mengabaikan ucapanku. Jika iya, aku sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi. Semua terserah padamu aku menyerah," ucap Rani sembari bangun dari tempat tidur. Sean segera memeluk Rani seolah takut kehilangan. Dia tau telah menyakiti sang istri, tapi semua memang tak seperti yang Rani pikirkan. "Duduklah, aku akan memberitahumu sesuatu." Sean memaksa Rani duduk. Bukan di sofa tapi di pangkuannya, membuat Rani mendengus kesal."Apa menurutmu gadis itu bisa tiba-tiba
Talak bab 152"Tidak usah melihatku seperti itu. Kau harus menikah dulu baru tau rasanya, menghadapi pasangan yang sedang cemburu, apalagi pada seseorang yang suka menganggu pasanganmu. Meskipun kau tau, cinta dan kesetiaannya hanya untukmu." Rani menjelaskan pada Marco sebab dari tadi pria itu meliriknya, lalu tersenyum seperti mengejek, karena kalah pada Sean yang tak mau pergi jika tidak dicium bibirnya. "Apa seperti Fiera?" tanya Marco tiba-tiba. "Kok Fiera, ada apa dengannya?" tanya Rani balik."Bukan apa-apa." Marco seperti sadar pada kesalahannya. Hingga dia mencoba mengalihkan perhatian Rani, sayangnya wanita itu tak mudah mengalihkan perhatiannya. "Cepat katakan padaku, ada apa dengan Fiera?" tanya Rani lagi tak mau menyerah. Dengan terpaksa Marco menjelaskan."Aku mencintainya hanya saja saat ini dia masih bertunangan dengan Gilang. Meski pertunangan itu hanya sandiwara mereka berdua, demi kedua orangtua yang memaksa mereka. Gilang juga sudah punya pacar, hanya saja sudah p
Talak bab 153 Sean mengomel panjang, setelah memulihkan riwayat panggilan di ponselnya yang telah di hapus. Tatapan matanya gelap membuat Feira gemetar ketakutan, namun dia percaya itu bukan karena dirinya. Terbukti saat Sean menitipkan sang istri karena dia mau keluar sebentar. Hanya sebentar, tak lama dia kembali lagi dengan wajah yang sudah membaik. Dia menghampiri Rani, lalu duduk di sisi tempat tidur. Tangannya membelai kepala sang istri membuat Feira keheranan. 'Jika dia begitu perhatian pada istrinya, kenapa wanita ini terus-menerus terluka karenanya? Aku tak habis pikir. Apakah dia punya kepribadian ganda?' ucap Fiera di dalam hatinya."Apa yang kau lihat? Jika tak keberatan kau bisa pulang. Aku akan menemani istriku, katakan pada Marco untuk tidak datang kemari. Dia pasti lelah seharian bekerja bersama Rani tadi." Feira bisa mendengar ada kecemburuan di suara Sean. Jelas dia merasakan hal itu, karena selama ini Wendi dan Marco yang selalu ada untuk istrinya. "Marco pergi m