Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 149.Rani cemberut menatap tiga orang pria di depannya. Jemari lentiknya sibuk memijit keningnya yang terasa pusing, melihat sang istri seperti sedang pusing, Sean berdiri hendak menghampiri, tapi terhenti saat terdengar suara ketus sang istri. "Mau kemana?"Tak bisa menjawab, Sean hanya menunjuk ke arah Rani. Wanita itu mendengus lalu melotot ke arah suaminya. "Tak perlu, kau tetap bersama mereka merenungkan kesalahan kalian bertiga." Melihat Rani kembali kesal. Sean menyepak kaki Marco dan Miko."Idih, kesal sama siapa? Dilampiaskan sama siapa," ejek Miko dan Marco bersamaan. "Diam, mau duel langsung? Ayo di mana?" tanya Sean sengit. Namun tak lama dia melonjak kaget, saat terdengar benda di banting di atas meja."Masih sok jadi jagoan, sana pergi keluar dan jangan kembali lagi," ketus suara Rani membuat Sean terduduk sambil menundukkan kepala. "Ini sudah siang, kalian berdua bisa kembali ke kantor. Aku pusing kalian masih ada di sini, dan aku Marco cepat jelaskan apa ini?"
Talak bab 150."Ternyata kau istri, Sean? Aku tak menyangka sama sekali. Kalau selera Sean pada seorang wanita menurun drastis, dulu aku bangga bersaing dengan Bianca, tapi sekarang jatuh banget levelku harus bersaing dengan wanita sepertimu. Miskin, murahan pula, ups maaf terlalu jujur."Gadis itu tersenyum setelah menghina Rani. Entah darimana dia tau, kalau sekarang Rani ada di restoran ini tengah makan siang bersama Marco. Mendengar penghinaan pada Rani, membuat Marco ingin membungkam mulut lemes itu, tapi Rani segera mencegah dengan mencekal tangan Marco dengan erat. "Kendalikan dirimu, jangan mengotori tanganmu dengan menyentuhnya," ujar Rani datar."Kau lihat Sean, betapa murahannya wanita ini. Aku heran kenapa kau bisa menikahinya, aku dengar dia seorang janda, jangan-jangan dia mengunakan pelet untuk menjeratmu." Gadis itu makin gencar menghina Rani. Sedangkan di sebrang sana, Sean menatap tangan Rani yang memegang lengan Marco. Meski marah dia tak bisa berteriak pada istrin
Talak bab 151.Rani memejamkan mata, sedangkan Sean masih duduk di pinggir tempat tidur dengan pakaian baru. Pria itu terlihat segar sehabis mandi, setelah itu dia meminta sekretaris Rani untuk membuang kemeja, jas dan celananya. Dia tak mau lagi mengunakan pakaian yang sudah di sentuh Clara. Aroma gadis itu yang membuat Rani mual, hingga tak mau dia sentuh sama sekali."Aku sudah memperingatkan berkali-kali, Sean. Namun kau abaikan begitu saja peringatanku itu, saat ini kembali seorang wanita mengodamu, apa kali ini kau masih mengabaikan ucapanku. Jika iya, aku sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi. Semua terserah padamu aku menyerah," ucap Rani sembari bangun dari tempat tidur. Sean segera memeluk Rani seolah takut kehilangan. Dia tau telah menyakiti sang istri, tapi semua memang tak seperti yang Rani pikirkan. "Duduklah, aku akan memberitahumu sesuatu." Sean memaksa Rani duduk. Bukan di sofa tapi di pangkuannya, membuat Rani mendengus kesal."Apa menurutmu gadis itu bisa tiba-tiba
Talak bab 152"Tidak usah melihatku seperti itu. Kau harus menikah dulu baru tau rasanya, menghadapi pasangan yang sedang cemburu, apalagi pada seseorang yang suka menganggu pasanganmu. Meskipun kau tau, cinta dan kesetiaannya hanya untukmu." Rani menjelaskan pada Marco sebab dari tadi pria itu meliriknya, lalu tersenyum seperti mengejek, karena kalah pada Sean yang tak mau pergi jika tidak dicium bibirnya. "Apa seperti Fiera?" tanya Marco tiba-tiba. "Kok Fiera, ada apa dengannya?" tanya Rani balik."Bukan apa-apa." Marco seperti sadar pada kesalahannya. Hingga dia mencoba mengalihkan perhatian Rani, sayangnya wanita itu tak mudah mengalihkan perhatiannya. "Cepat katakan padaku, ada apa dengan Fiera?" tanya Rani lagi tak mau menyerah. Dengan terpaksa Marco menjelaskan."Aku mencintainya hanya saja saat ini dia masih bertunangan dengan Gilang. Meski pertunangan itu hanya sandiwara mereka berdua, demi kedua orangtua yang memaksa mereka. Gilang juga sudah punya pacar, hanya saja sudah p
Talak bab 153 Sean mengomel panjang, setelah memulihkan riwayat panggilan di ponselnya yang telah di hapus. Tatapan matanya gelap membuat Feira gemetar ketakutan, namun dia percaya itu bukan karena dirinya. Terbukti saat Sean menitipkan sang istri karena dia mau keluar sebentar. Hanya sebentar, tak lama dia kembali lagi dengan wajah yang sudah membaik. Dia menghampiri Rani, lalu duduk di sisi tempat tidur. Tangannya membelai kepala sang istri membuat Feira keheranan. 'Jika dia begitu perhatian pada istrinya, kenapa wanita ini terus-menerus terluka karenanya? Aku tak habis pikir. Apakah dia punya kepribadian ganda?' ucap Fiera di dalam hatinya."Apa yang kau lihat? Jika tak keberatan kau bisa pulang. Aku akan menemani istriku, katakan pada Marco untuk tidak datang kemari. Dia pasti lelah seharian bekerja bersama Rani tadi." Feira bisa mendengar ada kecemburuan di suara Sean. Jelas dia merasakan hal itu, karena selama ini Wendi dan Marco yang selalu ada untuk istrinya. "Marco pergi m
Talak bab 154."Turunkan aku, Sean. Aku bisa jalan sendiri." Rani merengek minta di turunkan, tapi Sean tak perduli dengan rengekan manja sang istri. Dia tetap membawa wanita itu masuk ke mansion, dengan cara di gendong seperti pengantin baru. Lelah meminta tapi tak di hiraukan oleh suaminya. Akhirnya Rani memilih diam dan Menikmati momen indah itu, dengan melingkarkan lengannya di leher Sean. "Gini kan enak, diam dalam pelukanku," ejek Sean membuat Rani memikul pelan dada sang suami."Selamat datang Tuan muda dan Nyonya muda." Rani dan Sean berhenti sebentar, saat mendengar sapaan para pelayan. Rani menatap satu persatu wajah pelayannya, dia masih melihat ada beberapa yang menatapnya sinis, walau secara diam-diam."Kau, kau dan kau. Ambil gaji kalian pada paman Shaleh. Aku tak mau ada pelayan yang tak rela melayaniku, kalian tau di sini kalian bekerja mencari uang, bukan mencari kesalahan majikannya." Rani menunjuk pada tiga orang pelayan. Paman Shaleh melirik ke tiga pelayan itu, l
Talak bab 155.Rani mengintip ruang kerja suaminya. Dia mondar-mandir di depan pintu, berpikir mau masuk atau tidak. Saat ini dia sedang membutuhkan bantuan Sean, tapi melihatnya sibuk begitu dia jadi takut mau bicara."Sedang apa di sini? Aku perhatikan daritadi mondar-mandir seperti setrikaan." Tiba-tiba Sean muncul di depan Rani, membuat wanita itu terkejut setengah mati. "I ...itu. aku mau." Rani tersendat ingin meminta bantuan, tapi dia melihat Sean memijit keningnya seolah merasakan pusing."Aku ada urusan sebentar, boleh aku keluar?" tanya Rani. Akhirnya dia memilih menyelamatkan sendiri Wendi, dia tak tega melihat Sean yang kelelahan. Bukannya menjawab Sean hanya menganggukkan kepala, dia ingin Rani istirahat tapi wanita itu terlalu keras kepala. 'Aku akan datang setengah jam lagi. Kau persiapkan anak buah kita sebanyak mungkin, aku rasa ini tidak akan mudah.' Rani menghubungi Marco. Hanya pria itu yang bisa dia andalkan saat ini.'Sean? Tidak, kita kerjakan sendiri saja. Aku
Talak bab 156. Rani nyaris melompat dari atas sofa. Dia berlari melewati seorang pelayan yang hendak membuka pintu, setelah terdengar suara beberapa mobil berhenti di halaman depan.Rani berlari hendak menghampiri pria yang membuatnya cemas sejak tadi siang. Dia bahkan melewati Wendi demi mengejar Sean, namun dia terpaku saat pria itu melihatnya sekilas, lalu sibuk dengan ponselnya. Larinya melambat, setelah melihat Sean mengalihkan pandangannya. Hatinya sakit mendapat perlakuan itu, dari sang suami yang dia tunggu sejak tadi. Wendi dan Marco juga terpaku melihat wajah pucat Rani.Namun Rani menguatkan diri untuk menghampiri Sean. Dia memegang lengan suaminya lalu bertanya meski dengan suara bergetar. "Apa kau baik-baik saja?" Sean terlihat bingung. "Apa?" Ekspresi Sean membuat Rani menelan ludah yang terasa pahit. "Tidak apa-apa," ujar Rani lirih."Apa kau tak makan sampai wajahmu pucat begini, Kak?" tanya Wendi yang akhirnya menyadarkan Sean. Saat dia melihat sang istri, wanita itu