Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 130"Dimana dia?" tanya Sean pada paman Shaleh, yang menunggunya di depan pintu. Pria itu menghubungi tuannya, begitu melihat Rani mengemasi barang-barangnya. "Di kamar utama, Tuan muda."Tanpa menunggu lagi, Sean langsung berlari menuju ke kamarnya. Dia membuka pintu dengan kasar, membuat Junior terkejut, begitu juga dengan Rani. "Paman tolong bawa Junior keluar. Aku mau bicara dengan istriku sebentar, Sayang pergi dengan kakek dulu ya." Sean menyerahkan Junior pada paman Shaleh. Setelah itu dia kembali menutup pintu, lalu berbalik menatap sang istri."Apa ini, Sayang? Tak bisakah kita bicara? Jika memang ada masalah. Kenapa harus kabur seperti ini?" tanya Sean lirih. Dia masih menatap sang istri, yang sibuk menyusun baju-bajunya ke dalam koper. Begitu juga dengan skincare miliknya."Sayang, bicaralah padaku jika memang ada yang membuatmu tak senang. Jangan langsung pergi seperti ini, apa kau senang Junior tumbuh tanpa papinya?" tanya Sean lagi.Rani tak menjawab pertanyaan
Talak bab 131"Apa kau sudah temukan? Kemana wanita itu pergi?"tanya Sean lirih. Sudah satu bulan sejak kepergian Rani, mereka belum menemukan jejaknya. Begitu juga dengan Wendi dan Marco. "Mereka benar-benar menguji kesabaranku. Terus cari sampai dapat." Perintah Sean lagi."Selain mencari anak dan istrimu. Kau juga harus mengurus tante Gita, Sean. Dia benar-benar sudah tidak berdaya, serangan jantung itu membuatnya kena stroke. Hingga tak bisa lagi mengerakkan tubuhnya," ujar Miko pelan. Dia takut Sean kembali kehilangan kendali. Seperti saat kejadian Rani pergi, wanita itu benar-benar murka. Setelah Sean berkata akan menyembunyikan Junior, Miko juga sempat menyalahkan temannya itu, tapi dia juga tak tega melihatnya saat menderita."Sudah sebulan mereka pergi, tapi tak ada jejaknya sama sekali. Wendi dan Marco, benar-benar menyembunyikan mereka dengan rapat." Sean memijit keningnya, karena merasa kepalanya pusing. Dia terus teringat, semua ucapan sang istri sebelum pergi."Bagaimana
Talak bab 132 Rani berdiri dari duduknya, ketika melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Tak lama Wendi berlari menghampirinya, Rani merentangkan tangannya untuk memeluk pria itu. "Kak." Suara Wendi terdengar tercekat di tenggorokan. Wanita satu-satunya yang dia anggap keluarga, berdiri lagi di depannya, setelah satu bulan menghilang tanpa kabar. Rani memeluk Wendi dengan erat, tangannya menepuk pelan bahu Wendi.Dalam permasalahan pelik kehidupannya. Ternyata bukan hanya dia korbannya, tapi justru Wendi korban yang sebenarnya. "Kemana saja kau selama ini? Mana Junior?" tanya Wendi begitu tak melihat anak Rani. "Dia berada di tempat yang aman, bersama orang-orang yang mencintainya," jawab Rani dengan ringan. Wendi terlihat agak bingung, namun dia terpikir sesuatu hingga mulai terlihat panik."Junior benar-benar aman, sekarang dengarkan aku. Apapun yang terjadi, meski kau terbuang ingatlah satu hal ini. Aku akan selalu berada di sisimu, meski kau membutuhkan nyawaku, dengan rela a
Talak bab 133"Sayang, kita sudah sampai." Sean menepuk pelan pipi sang istri yang tertidur. Mereka baru dari bandara setelah kembali dari Bali, kembali meski tanpa Junior.Rani tidur terlalu lelap, jadi tak mendengar suara Sean. Pria itu tersenyum, lalu memilih mengangkat tubuh sang istri. Saat berada di depan pintu Rani membuka matanya, dia terkejut karena Sean mengangkatnya seperti seorang pengantin. "Turunkan aku."Rani langsung melompat dari pelukan Sean. Membuat pria itu terpaku, merasakan kehampaan di telapak tangannya. "Tuan muda sudah pu ...lang?" Paman Shaleh terkejut saat melihat Rani. Dia tersenyum walau terlihat terpaksa. Rani tak memperdulikannya. Dia terus melangkah masuk, di sepanjang jalan dia merasa, tatapan tak suka dari para pelayan mansion itu. Dia tau mereka semua pasti marah, karena apa yang terjadi sebelum dia pergi ke Bali. "Sayang mau kemana?" Sean bertanya karena Rani tak pergi masuk ke kamar utama. Wanita itu berjalan menuju kamar yang di tempati Junior. R
Talak bab 134"Panas banget." Aksa menelungkupkan kepala di setir mobilnya. Rani tertawa melihat ulah, pria tampan, kaya dan pujaan banyak wanita. Lemes hanya gara-gara kena sinar matahari siang selama sepuluh menit."Malu sama gayamu, Sean. Menaklukan banyak wanita bisa, menaklukan matahari saja kau lemas," sindir Rani. "Untung ponselmu itu masih hidup, jadi bisa aku hubungi, kalau tidak kau pasti mati mencarinya. Selain nomor rekan bisnismu, pasti banyak juga nomor wanitamu," ejek Rani lagi."Sayang, kepalaku ini pusing dan terasa mau pingsan. Yakin masih mau membuatku kesal?" tanya Sean pelan. "Terserah, sini biar aku yang bawa mobilnya. Kita balik ke mansion biar kau bisa tiduran." Rani bersiap untuk turun, tapi Sean mencekal lengannya. "Mimpi, siapa juga yang mau balik." Sean mengunci mobil lalu melaju pergi. Rani mengomel panjang, karena Sean berkeras untuk membawanya pergi."Pelan-pelan, aku gak mau kejadian empat tahun yang lalu terulang lagi, Sean." Rani meminta karena merasa
Talak bab 135"Sayang, aku membawamu kemari bukan untuk kerja. Tapi untuk liburan, bisa gak sih berhenti dulu? Serahkan pekerjaan itu pada asistenmu," pinta Sean. Rani tak menghiraukan suaminya, yang tengah merengek seperti anak kecil. Sedangkan tadi dia yang sibuk bekerja, kini dia pula yang ribut. "Sebentar lagi, Sayang. Aku tinggal kirim email saja." Rani terpaksa membuka mulutnya, karena Sean mulai memasang wajah kesal."Sudah selesai. Ayo, mau kemana kau membawaku?" tanya Rani. "Ayo kita pergi sekarang." Sean mengulurkan tangannya. Rani menyambut tangan itu dengan senang hati."Sean, syukurlah aku temukan kau di sini." Rani dan Sean terkejut saat membuka pintu villa. Seorang gadis sudah berdiri di depan pintu. "Kau bereskan urusanmu, sepertinya aku mau tidur saja." Rani menepis tangan Sean kemudian memutar tubuhnya, kembali ke dalam villa. "Bukan kau yang harus pergi."Sean mengangkat tubuh istrinya yang tengah merajuk. Menggendongnya seperti seorang pengantin, membuat Olivia mer
Talak bab 136Rani mencium kening dan pipi Sean. Pria itu tertidur setelah membuat jantung sang istri berdenyut karena takut, perlahan Rani turun dari tempat tidur, lalu keluar melihat para tamu yang tak mereka undang. Mereka terlihat santai duduk di depan villa. Seolah sedang piknik, memang di depan ada kursi yang terletak di bawah pohon mangga. Mereka duduk sambil makan camilan. "Tante Stella bisa kita bicara berdua?" tanya Rani pelan dengan wajah datar. Dia tak merasa bersalah sama sekali, karena membiarkan para tamu itu di luar villa."Apa yang ingin kau bicarakan dengan Tante, Rani?" tanya Stella dengan wajah yang tak kalah datar. Rani tertawa melihat perubahan Stella, selama ini mereka tak pernah bicara berduaan. Selalu ada Sean di antara mereka, kali ini berhadapan langsung, akhirnya wanita ini menunjukkan wajah aslinya."Aku minta bawa mereka meninggalkan tempat ini. Jika tidak, aku takut kau akan menghadapi masalah besar. Asal tau saja Sean sebenarnya sudah tau, kalau wanita
Talak bab 137"Apa ini, Kak? Kenapa jadi begini?" tanya Wendi sembari meletakkan sebuah map ke hadapan Rani. Perlahan wanita itu mengambil dan membukanya, jelas Rani tau apa yang tertera di dalam map itu."Aku tak bermaksud menyembunyikan semua ini darimu. Semua ini menjadi bebanku juga, karena tak bisa bicara langsung padamu. Selain itu ada satu lagi rahasia besar, yang juga takut aku ungkapkan padamu." Rani mencoba mendekati Wendi yang terlihat pucat. Duduk memeluk lututnya, dia tau ini hal besar yang sulit Wendi terima. "Masih ada rahasia lain lagi. Kali ini apa lagi, Kak?" tanya Wendi frustasi. "Ini tentang ...ibumu," jawab Rani lirih.Mendengar kata ibu membuat Wendi gemetar. Rani buru-buru memeluk Wendi agar pria itu tenang, luka hati dan kekecewaan, membuat Wendi tak ingin mendengar tantang wanita keji itu. Wanita yang meninggalkannya, saat masih berusia belum genap satu tahun."Apa dia masih hidup? Bagaimana hidupnya sekarang?" tanya Wendi lirih. "Awalnya hidupnya terlalu baha
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere