Talak bab 137"Apa ini, Kak? Kenapa jadi begini?" tanya Wendi sembari meletakkan sebuah map ke hadapan Rani. Perlahan wanita itu mengambil dan membukanya, jelas Rani tau apa yang tertera di dalam map itu."Aku tak bermaksud menyembunyikan semua ini darimu. Semua ini menjadi bebanku juga, karena tak bisa bicara langsung padamu. Selain itu ada satu lagi rahasia besar, yang juga takut aku ungkapkan padamu." Rani mencoba mendekati Wendi yang terlihat pucat. Duduk memeluk lututnya, dia tau ini hal besar yang sulit Wendi terima. "Masih ada rahasia lain lagi. Kali ini apa lagi, Kak?" tanya Wendi frustasi. "Ini tentang ...ibumu," jawab Rani lirih.Mendengar kata ibu membuat Wendi gemetar. Rani buru-buru memeluk Wendi agar pria itu tenang, luka hati dan kekecewaan, membuat Wendi tak ingin mendengar tantang wanita keji itu. Wanita yang meninggalkannya, saat masih berusia belum genap satu tahun."Apa dia masih hidup? Bagaimana hidupnya sekarang?" tanya Wendi lirih. "Awalnya hidupnya terlalu baha
Talak bab 138"Sudah siap?" tanya Rani pada Wendi. Pria itu terlihat tak baik-baik saja, Rani terpaksa membawanya menemui orang yang selama ini Wendi cari selama hidupnya."Aku sudah siap, Kak. Hanya saja aku heran, kenapa kau membawaku ke tempat ini, setahuku ini properti milik Sean." Wendi menatap Rani namun wanita itu tak banyak bicara, hanya mengengam tangan Wendi dan membawanya masuk."Dimana dia?" tanya Rani singkat pada seorang pelayan yang Miko tugaskan merawat mama Sean. "Apa dia menjadi pelayan di sini?" tanya Wendi sinis. Dia melirik mama Sean yang duduk di kursi roda tanpa bergerak. Dia masih tak memperhatikan Rani yang menatap dirinya. Wanita itu mengeratkan genggaman tangannya, membuat Wendi beralih lalu menatap tangannya. "Ada apa?" tanyanya pada Rani. Bukannya menjawab, Rani hanya menunjuk ke arah wanita lumpuh di atas kursi roda. Wendi masih tak mengerti membuat Rani, terpaksa membuka mulutnya. "Citra Dwi Astuti, Dia merubah wajahnya menjadi Sagita Rahayu. Demi memb
Talak bab 139Rani berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Sejak tadi pekerjaannya sudah selesai, hanya saja dia memilih kembali ke kantornya saat melihat keadaan Sean yang terlihat aneh. "Apa dia melihat aku dan Wendi berciuman semalam? Jika iya, kenapa dia tak marah. Hanya saja wajahnya terlihat sedih." Rani terus memikirkan perubahan suaminya. Perubahan yang membuatnya sedih dan merasa kehilangan kehangatan sang suami.Merasa pusing Rani melangkah menuju ke jendela. Menempelkan keningnya lalu membenturkan ke kaca jendela, awalnya pelan hingga akhirnya lebih keras. Hingga dia terkejut saat merasa keningnya membentur benda lain. "Sayang!" Rani terkejut karena melihat keningnya membentur telapak tangan Sean. Dia tak mendengar, saat pria itu memasuki ruang kerjanya. "Apa yang kau lakukan, Sayang?" tanya Sean. Sembari mengusap kening sang istri."Aku tak melakukan apa-apa. Hanya merasa sedikit pusing." Rani melangkah menuju ke sofa. Dia duduk lalu memijit keningnya lagi, dia tak ingi
Talak bab 140"Kenapa mereka berdua ada di sini?" tanya Sean, saat melihat Wendi dan Marco telah duduk di taman belakang. "Aku ada urusan dengan mereka, apa kau merasa keberatan, Sayang?" Rani melingkarkan tangannya ke leher Sean. Membuat pria itu tak berkutik, namun pria itu terlihat memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pusing.Dengan kesal menghampiri kedua pria yang membuatnya sakit kepala. Satu pria mengharapkan janda istrinya, satu lagi berani menikmati bibir Rani. Bagaimana bisa wanita kejam itu, masih bisa membuatnya berhadapan dengan keduanya."Jangan memasang wajah masam begitu. Beri mereka senyum manismu, agar mereka tak merasa tertekan saat berada di tempat kita," pinta Rani di samping Sean. Sebelum pria itu melangkah menuju ke arah Marco dan Wendi. "Apa kalian benar-benar tak memikirkan wanita lain? Hingga malam Minggu pun, masih sibuk kerja dan menganggu ketenangan istriku," tanya Sean sinis.Wendi dan Marco saling tatap lalu tak membuka mulutnya. Mereka tau Sean hanya
Talak bab 141."Sean, sedang apa kau di situ? Ini masih malam, kau bisa tidur sebentar sebelum pergi ke kantor." Saat menyapa Sean, tangan Rani bergerak cepat menekan keypad laptopnya. Gerakannya cepat namun halus. Sean bisa melihat gerakan itu, membuat hatinya masam. Dia menduga sang istri tak ingin dia tau apa yang dia lakukan. "Aku membawa susu hangat dan roti bakar, bisa mengganjal perutmu sebelum waktu sarapan." Sean meletakkan nampan berisi susu dan roti di hadapan Rani. Wanita itu tersenyum, lalu meraih gelas untuk meminum susu buatan sang suami. "Terima kasih," ucap Rani pelan. "Sama-sama, itu aku minta seorang pelayan membuatkannya." Sean mengatakan dengan ringan. Namun cukup membuat Rani tersedak, lalu berlari ke toilet untuk memuntahkan apa yang baru saja dia minum.Sean menatap Rani yang baru keluar dari kamar mandi, dengan wajah tegang. Selama ini dia terlalu waspada pada semua orang di mansion, siapa sangka Sean akan meminta pelayan membuatkannya susu."Lain kali tidak
Talak bab 142."Bagaimana tugas kalian berdua?" tanya Rani pada Wendi dan Marco. mendengar pertanyaan Rani, kedua pria itu memasang wajah sedih, bukannya menjawab Wendi menyerahkan berkas yang dia bawa.Setelah memeriksa sebentar Rani akhirnya tersenyum. Senyum yang terlihat begitu bahagia, senyum yang dapat di lihat oleh Sean yang datang ingin menemui sang istri. Senyum yang justru membuat Sean kecewa. 'Dia bisa tersenyum selepas itu, hanya saat bersama Marco dan Wendi,' ujarnya dalam hati sebelum berbalik dan pergi. Sedang di ruangannya, Rani melempar kedua pria itu dengan kotak tissue. Mereka tertawa karena berhasil mengerjai Rani. "Ini luar biasa, kalian bahkan berhasil menandatangani enam kontrak besar." Rani tertawa namun mendadak dia terdiam saat menyadari sesuatu."Empat kontrak di tandatangani oleh seorang wanita. Apa ada trik yang kalian lakukan? Jawab dengan jujur." tanya Rani sembari menatap tajam Wendi dan Marco. "Trik apa sih, Kak? Kalau soal kerjasama dengan para wanit
Talak bab 143"Apa tak capek setiap marah kabur? Setelah itu kembali seperti tak punya harga diri. Perempuan jalang miskin tapi belagu, aku yakin anak laki-laki itu bukan anak tuan muda besar. Pasti anak haramnya dengan pria lain, makanya dia bisa melarikan diri empat tahun yang lalu." Kata-kata itu membuat Rani sangat emosi. Dia mendekati pelayan muda yang selalu bicara padanya dengan sangat ketus, dengan cepat tangannya menghajar gadis muda itu. Dia bahkan menginjak-injak tubuh pelayan itu, aksinya berhenti saat paman Shaleh mencegah perbuatannya."Paman Shaleh, pecat gadis ini sekarang juga! Aku tak mau melihat wajahnya lagi. Kau perempuan bodoh lain kali jaga bicaramu, jika tidak, kau mungkin tak akan bisa hidup lebih lama lagi." Rani kembali memukul kepala pelayan muda itu. "Maaf Nyonya muda, saya tidak bisa memecat pelayan ini. Tanpa seijin Tuan muda besar, mohon maafkan saya." Paman Shaleh terlihat bingung. Dia melirik pelayan muda itu, yang terlihat kesakitan. Bukan dia tak
Talak bab 144Rani baru saja memasuki tempat parkir perusahaan, saat melihat Sean berdiri di depan mobilnya. Pria itu merentangkan tangan seolah tidak takut mati di tabrak. "Jika ingin mati, jangan menyusahkan aku dan anak dalam perutku, Sean!" Rani berteriak keras. Wanita itu keluar dari mobilnya lalu menghampiri Sean. Dengan marah dia memukuli pria itu mengunakan tas mahalnya, dia seolah tak perduli meski Sean tak menghindari pukulannya.Kehamilan membuat pikirannya tidak stabil. Kemarahan pada Sean akhirnya dia luapkan begitu saja, namun rasa sakit dan kecewa, membuatnya menangisi semua hal yang telah terjadi. Melihat Rani berhenti memukul dan memilih duduk di tanah. membuat Sean merasakan sakit yang luar biasa, kali ini rasa takut, kecewa dan kemarahannya menguap begitu saja. Dia tak bermaksud menyakiti atau mengabaikan sang istri, hanya saja kebenaran yang baru dia temukan membuatnya merasa Rani menipunya."Maafkan aku, Sayang." Sean memeluk Rani lalu mengangkatnya dari tanah. T