Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 125 "Sesuai prediksimu, Kak. Mereka bebas dengan jaminan, alasan mereka karena kejadian yang menimpamu, sudah terjadi selama empat tahun. Butuh waktu untuk penyelidikan." Wendi memberikan berkas dari pengacara."Tak masalah mereka bebas sekarang. Aku masih punya waktu, untuk menunggu mereka kembali ke penjara. Sebelum itu kita harus mencaritahu lagi, siapa orang di balik mereka." Rani menatap laptop ayahnya.Selama empat tahun ini dia mencaritau. Hasilnya dia menemukan sesuatu, yang sedikit menakutkan baginya. "Siapa orang itu? Kenapa dia berada di balik masalah kita?" tanya Rani pelan."Kita harus kembali dari awal lagi, Wen. Besok aku akan menemui Hendra, siapa tau dia mau bicara padaku,' ujar Rani. Meski dia engan bertemu dengan mantan suaminya, tapi hanya pria itu yang bisa memberinya informasi tentang "Mr X" itu."Apa kita tidak perlu bicara? Dengan Siti atau pria itu, Kak. Aku rasa mereka bisa memberi sebuah informasi, tapi mungkin agak sulit, karena Siti sekarang suda
Talak bab 126Sean terkejut mendengar permintaan Rani. Dia sampai membanting gelas di tangannya, karena terlalu emosi. Sedangkan Rani terlihat begitu tenang, menghadapi kemarahan suaminya."Apa yang mau kau lakukan? Memperkosaku? Lakukan jika itu membuatmu puas. Setelah ini kita ketemu di pengadilan agama." Rani menatap tajam wajah Sean. Tangan pria itu gemetar, saat mencengkram kerah bajunya. Ancaman Rani membuatnya gentar. "Kalau itu yang kau inginkan, lanjutkan dan hancurkan aku sepuasmu." Sean memeluk tubuh Rani.Dia mulai mencium dan mencumbu istrinya. Putus asa, Iya Sean sudah mulai putus asa. dia tak sanggup lagi, menghadapi kemarahan Rani, yang tidak dia ketahui sebabnya. "Ada yang akan membunuhku dan Putramu, Sean. Apa ini yang akan kau lakukan? Di saat kami membutuhkan bantuanmu. Aku berniat kembali ke mansion, tapi reaksimu begitu mengecewakanku." Sean terkejut mendengar ucapan Rani. Dia segera menurunkan kaki sang istri dari pundaknya. Kemudian memejamkan mata, mencoba m
Talak bab 127 "Berhenti Sean, sakit," rengek Rani, sembari mendorong kepala Sean. Pria itu menyusu seperti anak bayi, kecemburuan Rani membuatnya kesal. Meski sudah di jelaskan, tetap saja Rani mencurigainya."Minta maaf dulu, karena mencurigai suamimu," pinta Sean saat mengangkat kepalanya. Namun Rani mengelengkan kelapa, jelas Sean kembali marah. Kini Rani sudah bugil tanpa baju, Sean mulai mempermainkan tubuh sang istri. Membuat wanita itu menggelinjang, seperti cacing kepanasan. Pria itu menjilat, menghisap dan menggigit. Membuat Rani terus mendesah. Hingga akhirnya dia tak tahan, lalu meminta sesuatu yang memalukan baginya. "Puaskan aku, Sayang. Masukkan milikmu Sekarang." Wajah Rani memerah, membuat Sean tersenyum senang. Sean mengangkat kaki sang istri dan bersiap untuk masuk. Saat itulah terdengar tangis Junior, memanggil ibunya. "Awas menyingkir!" Sean terjungkal, sedangkan Rani buru-buru memakai bajunya. Sebelum pergi Rani sempat tertawa, lalu mengecup bibir suaminya. Se
Talak bab 128 "Ada apa lagi? Kan sudah puas. Kok masih muram saja wajahmu." Rani mengangkat dagu suaminya. Dengan caranya bersandar di kepala tempat tidur, dan Sean yang berbaring di dadanya. Tentu akan jadi bahan tertawaan Wendi dan Miko, seandainya mereka melihat pasangan ini. "Apaan sih, aku ini suamimu bukan seorang istri. Ganti posisi." Rani tertawa saat melihat wajah Sean, yang sedang cemberut. Perlahan dia menurunkan tubuhnya, lalu ganti tidur di dada suaminya. "Sean," panggil Rani lirih. "Um," jawab Sean."Boleh aku bertanya, soal perasaanmu pada mantanmu itu?" Rani bertanya dengan nada lirih. Dia harus mengetahui apa yang Sean rasakan, agar dia bisa mengambil keputusan untuk melindungi anaknya. "Tidak perlu di jawab, kalau merasa kesulitan." Rani beranjak dari tempatnya, hendak pergi ke kamar mandi. Namun dia terkejut, saat Sean menariknya kembali ke pelukannya. "Kebiasaan, biar aku bernapas dulu. Jangan asal main pergi begitu saja." Sean menjentikkan jarinya ke kening san
Talak bab 129 "Apa ini?" tanya Wendi ketika Rani menunjukkan laptopnya. Wendi dan Marco terlihat bingung, tapi tidak dengan Rani."Tiga perusahaan besar ini milik keluarga Sangkara. Tepatnya di bawah kekuasaan Sandro Sangkara, sekarang kalian lihat lagi yang ini." Rani menekan tombol laptopnya, lalu muncul sebuah foto lama.Foto empat pria dan seorang wanita. "Apa kau mengenali salah satu dari pria itu, Wen?" Wendi memicingkan matanya. Dia tak mungkin salah, ketika mengenali salah satu pria di foto itu."Meski wajahnya telah berubah banyak, tapi aku tak mungkin melupakan wajah menjijikan itu. Jadi apa hubungannya papaku? Dengan perusahaan Sangkara ini?" tanya Wendi kesal."Bukan hubungannya dengan perusahaan Sangkara, tapi hubungannya dengan Sandro. Selain papamu tiga pria itu adalah ayahku, papa Sean dan ...Sandro. Sedang wanita itu, dia ibuku," Rani menjelaskan tentang foto itu. Membuat Wendi dan Marco makin bingung."Sekarang lihat berita ini." Rani kembali menekan tombol, lalu mun
Talak bab 130"Dimana dia?" tanya Sean pada paman Shaleh, yang menunggunya di depan pintu. Pria itu menghubungi tuannya, begitu melihat Rani mengemasi barang-barangnya. "Di kamar utama, Tuan muda."Tanpa menunggu lagi, Sean langsung berlari menuju ke kamarnya. Dia membuka pintu dengan kasar, membuat Junior terkejut, begitu juga dengan Rani. "Paman tolong bawa Junior keluar. Aku mau bicara dengan istriku sebentar, Sayang pergi dengan kakek dulu ya." Sean menyerahkan Junior pada paman Shaleh. Setelah itu dia kembali menutup pintu, lalu berbalik menatap sang istri."Apa ini, Sayang? Tak bisakah kita bicara? Jika memang ada masalah. Kenapa harus kabur seperti ini?" tanya Sean lirih. Dia masih menatap sang istri, yang sibuk menyusun baju-bajunya ke dalam koper. Begitu juga dengan skincare miliknya."Sayang, bicaralah padaku jika memang ada yang membuatmu tak senang. Jangan langsung pergi seperti ini, apa kau senang Junior tumbuh tanpa papinya?" tanya Sean lagi.Rani tak menjawab pertanyaan
Talak bab 131"Apa kau sudah temukan? Kemana wanita itu pergi?"tanya Sean lirih. Sudah satu bulan sejak kepergian Rani, mereka belum menemukan jejaknya. Begitu juga dengan Wendi dan Marco. "Mereka benar-benar menguji kesabaranku. Terus cari sampai dapat." Perintah Sean lagi."Selain mencari anak dan istrimu. Kau juga harus mengurus tante Gita, Sean. Dia benar-benar sudah tidak berdaya, serangan jantung itu membuatnya kena stroke. Hingga tak bisa lagi mengerakkan tubuhnya," ujar Miko pelan. Dia takut Sean kembali kehilangan kendali. Seperti saat kejadian Rani pergi, wanita itu benar-benar murka. Setelah Sean berkata akan menyembunyikan Junior, Miko juga sempat menyalahkan temannya itu, tapi dia juga tak tega melihatnya saat menderita."Sudah sebulan mereka pergi, tapi tak ada jejaknya sama sekali. Wendi dan Marco, benar-benar menyembunyikan mereka dengan rapat." Sean memijit keningnya, karena merasa kepalanya pusing. Dia terus teringat, semua ucapan sang istri sebelum pergi."Bagaimana
Talak bab 132 Rani berdiri dari duduknya, ketika melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Tak lama Wendi berlari menghampirinya, Rani merentangkan tangannya untuk memeluk pria itu. "Kak." Suara Wendi terdengar tercekat di tenggorokan. Wanita satu-satunya yang dia anggap keluarga, berdiri lagi di depannya, setelah satu bulan menghilang tanpa kabar. Rani memeluk Wendi dengan erat, tangannya menepuk pelan bahu Wendi.Dalam permasalahan pelik kehidupannya. Ternyata bukan hanya dia korbannya, tapi justru Wendi korban yang sebenarnya. "Kemana saja kau selama ini? Mana Junior?" tanya Wendi begitu tak melihat anak Rani. "Dia berada di tempat yang aman, bersama orang-orang yang mencintainya," jawab Rani dengan ringan. Wendi terlihat agak bingung, namun dia terpikir sesuatu hingga mulai terlihat panik."Junior benar-benar aman, sekarang dengarkan aku. Apapun yang terjadi, meski kau terbuang ingatlah satu hal ini. Aku akan selalu berada di sisimu, meski kau membutuhkan nyawaku, dengan rela a
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere