Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 128 "Ada apa lagi? Kan sudah puas. Kok masih muram saja wajahmu." Rani mengangkat dagu suaminya. Dengan caranya bersandar di kepala tempat tidur, dan Sean yang berbaring di dadanya. Tentu akan jadi bahan tertawaan Wendi dan Miko, seandainya mereka melihat pasangan ini. "Apaan sih, aku ini suamimu bukan seorang istri. Ganti posisi." Rani tertawa saat melihat wajah Sean, yang sedang cemberut. Perlahan dia menurunkan tubuhnya, lalu ganti tidur di dada suaminya. "Sean," panggil Rani lirih. "Um," jawab Sean."Boleh aku bertanya, soal perasaanmu pada mantanmu itu?" Rani bertanya dengan nada lirih. Dia harus mengetahui apa yang Sean rasakan, agar dia bisa mengambil keputusan untuk melindungi anaknya. "Tidak perlu di jawab, kalau merasa kesulitan." Rani beranjak dari tempatnya, hendak pergi ke kamar mandi. Namun dia terkejut, saat Sean menariknya kembali ke pelukannya. "Kebiasaan, biar aku bernapas dulu. Jangan asal main pergi begitu saja." Sean menjentikkan jarinya ke kening san
Talak bab 129 "Apa ini?" tanya Wendi ketika Rani menunjukkan laptopnya. Wendi dan Marco terlihat bingung, tapi tidak dengan Rani."Tiga perusahaan besar ini milik keluarga Sangkara. Tepatnya di bawah kekuasaan Sandro Sangkara, sekarang kalian lihat lagi yang ini." Rani menekan tombol laptopnya, lalu muncul sebuah foto lama.Foto empat pria dan seorang wanita. "Apa kau mengenali salah satu dari pria itu, Wen?" Wendi memicingkan matanya. Dia tak mungkin salah, ketika mengenali salah satu pria di foto itu."Meski wajahnya telah berubah banyak, tapi aku tak mungkin melupakan wajah menjijikan itu. Jadi apa hubungannya papaku? Dengan perusahaan Sangkara ini?" tanya Wendi kesal."Bukan hubungannya dengan perusahaan Sangkara, tapi hubungannya dengan Sandro. Selain papamu tiga pria itu adalah ayahku, papa Sean dan ...Sandro. Sedang wanita itu, dia ibuku," Rani menjelaskan tentang foto itu. Membuat Wendi dan Marco makin bingung."Sekarang lihat berita ini." Rani kembali menekan tombol, lalu mun
Talak bab 130"Dimana dia?" tanya Sean pada paman Shaleh, yang menunggunya di depan pintu. Pria itu menghubungi tuannya, begitu melihat Rani mengemasi barang-barangnya. "Di kamar utama, Tuan muda."Tanpa menunggu lagi, Sean langsung berlari menuju ke kamarnya. Dia membuka pintu dengan kasar, membuat Junior terkejut, begitu juga dengan Rani. "Paman tolong bawa Junior keluar. Aku mau bicara dengan istriku sebentar, Sayang pergi dengan kakek dulu ya." Sean menyerahkan Junior pada paman Shaleh. Setelah itu dia kembali menutup pintu, lalu berbalik menatap sang istri."Apa ini, Sayang? Tak bisakah kita bicara? Jika memang ada masalah. Kenapa harus kabur seperti ini?" tanya Sean lirih. Dia masih menatap sang istri, yang sibuk menyusun baju-bajunya ke dalam koper. Begitu juga dengan skincare miliknya."Sayang, bicaralah padaku jika memang ada yang membuatmu tak senang. Jangan langsung pergi seperti ini, apa kau senang Junior tumbuh tanpa papinya?" tanya Sean lagi.Rani tak menjawab pertanyaan
Talak bab 131"Apa kau sudah temukan? Kemana wanita itu pergi?"tanya Sean lirih. Sudah satu bulan sejak kepergian Rani, mereka belum menemukan jejaknya. Begitu juga dengan Wendi dan Marco. "Mereka benar-benar menguji kesabaranku. Terus cari sampai dapat." Perintah Sean lagi."Selain mencari anak dan istrimu. Kau juga harus mengurus tante Gita, Sean. Dia benar-benar sudah tidak berdaya, serangan jantung itu membuatnya kena stroke. Hingga tak bisa lagi mengerakkan tubuhnya," ujar Miko pelan. Dia takut Sean kembali kehilangan kendali. Seperti saat kejadian Rani pergi, wanita itu benar-benar murka. Setelah Sean berkata akan menyembunyikan Junior, Miko juga sempat menyalahkan temannya itu, tapi dia juga tak tega melihatnya saat menderita."Sudah sebulan mereka pergi, tapi tak ada jejaknya sama sekali. Wendi dan Marco, benar-benar menyembunyikan mereka dengan rapat." Sean memijit keningnya, karena merasa kepalanya pusing. Dia terus teringat, semua ucapan sang istri sebelum pergi."Bagaimana
Talak bab 132 Rani berdiri dari duduknya, ketika melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Tak lama Wendi berlari menghampirinya, Rani merentangkan tangannya untuk memeluk pria itu. "Kak." Suara Wendi terdengar tercekat di tenggorokan. Wanita satu-satunya yang dia anggap keluarga, berdiri lagi di depannya, setelah satu bulan menghilang tanpa kabar. Rani memeluk Wendi dengan erat, tangannya menepuk pelan bahu Wendi.Dalam permasalahan pelik kehidupannya. Ternyata bukan hanya dia korbannya, tapi justru Wendi korban yang sebenarnya. "Kemana saja kau selama ini? Mana Junior?" tanya Wendi begitu tak melihat anak Rani. "Dia berada di tempat yang aman, bersama orang-orang yang mencintainya," jawab Rani dengan ringan. Wendi terlihat agak bingung, namun dia terpikir sesuatu hingga mulai terlihat panik."Junior benar-benar aman, sekarang dengarkan aku. Apapun yang terjadi, meski kau terbuang ingatlah satu hal ini. Aku akan selalu berada di sisimu, meski kau membutuhkan nyawaku, dengan rela a
Talak bab 133"Sayang, kita sudah sampai." Sean menepuk pelan pipi sang istri yang tertidur. Mereka baru dari bandara setelah kembali dari Bali, kembali meski tanpa Junior.Rani tidur terlalu lelap, jadi tak mendengar suara Sean. Pria itu tersenyum, lalu memilih mengangkat tubuh sang istri. Saat berada di depan pintu Rani membuka matanya, dia terkejut karena Sean mengangkatnya seperti seorang pengantin. "Turunkan aku."Rani langsung melompat dari pelukan Sean. Membuat pria itu terpaku, merasakan kehampaan di telapak tangannya. "Tuan muda sudah pu ...lang?" Paman Shaleh terkejut saat melihat Rani. Dia tersenyum walau terlihat terpaksa. Rani tak memperdulikannya. Dia terus melangkah masuk, di sepanjang jalan dia merasa, tatapan tak suka dari para pelayan mansion itu. Dia tau mereka semua pasti marah, karena apa yang terjadi sebelum dia pergi ke Bali. "Sayang mau kemana?" Sean bertanya karena Rani tak pergi masuk ke kamar utama. Wanita itu berjalan menuju kamar yang di tempati Junior. R
Talak bab 134"Panas banget." Aksa menelungkupkan kepala di setir mobilnya. Rani tertawa melihat ulah, pria tampan, kaya dan pujaan banyak wanita. Lemes hanya gara-gara kena sinar matahari siang selama sepuluh menit."Malu sama gayamu, Sean. Menaklukan banyak wanita bisa, menaklukan matahari saja kau lemas," sindir Rani. "Untung ponselmu itu masih hidup, jadi bisa aku hubungi, kalau tidak kau pasti mati mencarinya. Selain nomor rekan bisnismu, pasti banyak juga nomor wanitamu," ejek Rani lagi."Sayang, kepalaku ini pusing dan terasa mau pingsan. Yakin masih mau membuatku kesal?" tanya Sean pelan. "Terserah, sini biar aku yang bawa mobilnya. Kita balik ke mansion biar kau bisa tiduran." Rani bersiap untuk turun, tapi Sean mencekal lengannya. "Mimpi, siapa juga yang mau balik." Sean mengunci mobil lalu melaju pergi. Rani mengomel panjang, karena Sean berkeras untuk membawanya pergi."Pelan-pelan, aku gak mau kejadian empat tahun yang lalu terulang lagi, Sean." Rani meminta karena merasa
Talak bab 135"Sayang, aku membawamu kemari bukan untuk kerja. Tapi untuk liburan, bisa gak sih berhenti dulu? Serahkan pekerjaan itu pada asistenmu," pinta Sean. Rani tak menghiraukan suaminya, yang tengah merengek seperti anak kecil. Sedangkan tadi dia yang sibuk bekerja, kini dia pula yang ribut. "Sebentar lagi, Sayang. Aku tinggal kirim email saja." Rani terpaksa membuka mulutnya, karena Sean mulai memasang wajah kesal."Sudah selesai. Ayo, mau kemana kau membawaku?" tanya Rani. "Ayo kita pergi sekarang." Sean mengulurkan tangannya. Rani menyambut tangan itu dengan senang hati."Sean, syukurlah aku temukan kau di sini." Rani dan Sean terkejut saat membuka pintu villa. Seorang gadis sudah berdiri di depan pintu. "Kau bereskan urusanmu, sepertinya aku mau tidur saja." Rani menepis tangan Sean kemudian memutar tubuhnya, kembali ke dalam villa. "Bukan kau yang harus pergi."Sean mengangkat tubuh istrinya yang tengah merajuk. Menggendongnya seperti seorang pengantin, membuat Olivia mer