Bantu vote ya say. Makasih. Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 110 "Kak, aku tak mau pergi. Biarkan Marco yang mengurusi masalah ini, aku akan menemanimu saja," pinta Wendi. Saat Marco menarik tangannya, untuk segera mengikutinya pergi."Kau harus mulai bertanggungjawab, Wendi. Semalam saja aku melihatmu, begitu santai saat menekan detektor bom itu. Marco akan menunjukkan, seberapa besar masalah yang kau buat." Rani segera meminta Marco, untuk membawa Wendi pergi.Ruangan itu kembali sunyi. Hanya tinggal Rani yang sedang, menatapi langit-langit kamar rumah sakit. Saat ini dia kembali teringat, senyum Sean waktu memeluk Bianca, sesaat sebelum dia diculik. "Senyummu tak bisa berbohong, Sean. Wanita itu memiliki, tempat tersendiri di hatimu. Tak perduli meski dia, pernah mengkhianatimu." Rani mengambil kunci mobil, Sean. Berniat untuk mengembalikan pada pria itu, saat turun dari tempat tidur. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Miko menyembulkan kepalanya. Dia terkejut saat bertemu pandang dengan Rani. "Maaf, aku kira kau sedang tidur. Anak
Talak bab 111 "Bagus, akhirnya dia mampus juga. Awalnya aku ingin, melihatnya hancur karena di usir suaminya. Siapa sangka nasibnya terlalu tragis, mati tanpa meninggalkan jasadnya." Bianca tertawa terbahak-bahak. Tanpa menyadari beberapa orang. Menatapnya dari tempat tersembunyi. "Kerja yang bagus, Rexy. Aku akan melimpahi dirimu, dengan banyak uang, setelah aku kembali bersama Sean." Bianca mengakhiri percakapannya di telepon. Dia hanya menyebut nama, tapi tak menyebutkan apa yang orang itu lakukan. hingga membuatnya senang. "Kita pergi. Aku rasa kita tidak akan, mendapatkan informasi lain hari ini. Kita temui Miko dan melihat penyesalan sahabatnya." Kedua pria itu keluar dari persembunyiannya. Mereka melangkah bersama, menuju ruangan Sean di rawat."Bagaimana keadaanmu? Masih bernapas? Kalau begitu bagus. aku rasa ini akan lebih baik, daripada kau mati dengan mudah, sedangkan istrimu sudah sangat menderita karena ulahmu." Wendi menatap Sean, yang duduk termenung di kamar rumah
Talak Bab 112. Empat bulan sudah terlewati, sejak kecelakaan yang menimpa Rani. Sean dan Miko tak melanjutkan pencarian, karena memang tak ada yang bisa dilakukan lagi. Mereka berharap Rani masih hidup, walau peluang itu sangat kecil. Petugas bilang ada ceceran darah, tapi sudah banyak tersiram air. Tak jelas itu darah manusia, atau darah hewan.Hanya saja sebuah hasil penyelidikan. Polisi mengatakan, penyebab kecelakaan itu adalah ledakan bom. Ada yang berencana membunuh mereka, entah itu Sean atau mungkin juga Rani.Mobil itu milik Sean, jadi polisi menyimpulkan target pembunuhan itu Sean. Karena Rani yang membawanya hari itu, maka dia yang menjadi korbannya. "Cek CCTV rumah sakit!"Tiba-tiba Sean berteriak. Setelah empat bulan dia menutup mulutnya, kini dia seolah kembali hidup seperti dulu. Kabar penyebab kecelakaan itu menyadarkannya, kalau ada dendam yang harus dia balaskan."Berhenti, sudah cukup. Tidak usah mencaritahu lagi, Rani sudah tenang di alamnya, tak perlu mengungkitn
Talak bab 113 Sean mengangkat kepalanya. Dia melihat Miko tersenyum, membawa sesuatu di tangannya. "Aku dengar kau kembali ke mansion. Jadi aku datang membawa pisang goreng. biasanya kita suka memakannya, saat sedang santai begini. Cepat berdiri. Buatkan dua teh manis, atau kopi juga boleh." Sean mengikuti saja. Saat Miko menarik tangannya, menuju ke ruang makan. "Rani belum pulang, dia pasti sedang bersama wendi. Mereka kalau sudah kumpul. Pasti melupakanku." Miko menatap Sean yang tengah membuat kopi. Kalau orang yang tak tau, pasti mengira dia sehat dan baik-baik saja. Kenyataannya, kehilangan sang istri membuatnya depresi.Dia teringat penyelidikannya, selama empat bulan ini. Hanya saja, tak ada informasi yang berharga. Wendi masih sibuk dengan dua perusahaannya. W&R dan WARANI Grup, sedangkan Marco sibuk dengan usaha barunya. Dia mulai merambah ke luar negeri, untuk bisnis kulinernya."Aku merindukannya, Mik. Apa dia tak ingat padaku? Ini sudah mau makan siang. Dia belum meng
Talak bab 114 "Jadi Tante Gita, lebih memilih terkurung di rumahnya. Daripada kembali ke tempat Joko?" tanya Miko setelah Sean kembali ke kantor. Kali ini dia berada di kantor miliknya, sedangkan perusahaan Rani, di serahkan pada Miko. Ada asistennya yang mengurusnya. Sesekali saja Miko datang memeriksanya, karena tugas utamanya tetap bersama Sean. Menjalankan perusahaan keluarganya. "Itu yang mama minta, aku tak perduli di mana dia berada. Selagi tidak menggangu, ataupun mengirimkan Bianca ke mansion," jawab Sean santai. Bagaimana penyelidikanmu? Ada informasi baru soal Wendi dan Marco?" tanya Sean lagi."Tidak ada, masih seperti biasanya. Dia ke perusahaan lalu kembali ke apartemen. Kadang dia pergi ke tepi jurang, tempat Rani kecelakaan. Rutinitas ya hanya itu saja, tapi semalam aku dapat laporan, kalau dia pergi ke rumah sakit." Sean menatap Miko tajam, karena penasaran dengan laporannya. "Dia mengalami kecelakaan kecil, menabrak tiang listrik di dekat apartemennya," ujar Miko
Talak bab 115"Koma?" Wendi terhenyak di tempatnya. Dia tak pernah menyangka, satu-satunya orang yang dia akui sebagai keluarga. Tengah berjuang, melawan malaikat maut. "Bagaimana dengan anak dalam kandungannya?" tanya Wendi lirih. "Keajaiban, Rani melindunginya dengan sangat baik. Luka di punggungnya cukup parah, tapi bayinya baik-baik saja. Dia bisa lahir tepat waktu, jika kita terus memantaunya. Semoga ketika saat itu tiba, Rani sudah siuman," ujar Feira. "Apa kalian yakin? Tak memberitahukan masalah ini, pada suaminya," tanya Feira lagi. "Tidak, sesuai permintaan kak Rani sebelum koma. Dia minta agar membawa anaknya pergi, jika memang dia tak selamat. Nyawa anaknya terancam, jika bersama wanita rubah itu.Sudah lihat kan? Belum lahir saja. Wanita itu sudah berniat melenyapkannya, aku tak akan membiarkan semua itu terjadi. Aku tak akan menikah, jika itu di perlukan untuk merawat anaknya." Wendi berkata dengan nada tegas. Dia melihat ke dalam ruangan. Terlihat Rani berada di temp
Talak bab 116 "Dia sudah bertahan cukup lama. Untuk melahirkan anaknya, Wen. Sekarang dia sudah tak kuat lagi, kami sudah berusaha. Tapi kami tak bisa, melawan takdirnya. Pukul lima sore, Rani menghembuskan napas terakhirnya." Wendi terpukul saat mendengar, apa yang Feira katakan. Bayi kecil dalam pelukannya, menggeliat seolah gelisah. Dengan air mata di wajahnya, dia mendekat dan menidurkan, bayi kecil Rani ke pelukan ibunya. "Selamat jalan, Kak. Aku akan merawat dan membesarkan junior," ucapnya lirih.Suara tangis memecah keheningan. Semua orang menangis, seolah ikut merasakan, apa yang bayi kecil itu rasakan. Kehilangan ibunya, di saat dia baru dilahirkan. ****Empat tahun kemudian. Seorang pria tengah mengejar, seorang anak laki-laki. Tawanya pecah saat anak itu merajuk, karena tertangkap olehnya. "Ayo dong, Junior. Senyum dikit jangan cemberut saja. Heran kuat amat mommy menghadapimu. Uncle juga mau, melihat senyummu sekali saja." Wendi menepuk jidatnya. Bukannya tersenyum, J
Talak bab 117 Sean mengemudikan mobilnya dengan pelan. Kemacetan di jalan, sudah membuat terbiasa. Namun kali ini dia agak kesal, karena ini jam kerja kenapa macet juga. "Ada apa sih di depan sana? Bisa-bisanya macet seperti ini," gerutunya dengan geram."Maaf, Pak ada apa yang di depan? Kok macet begini," tanya Sean pada seorang bapak, Penjual asongan. "Ada kecelakaan, Bos," jawab pria itu. "Masih bisa jalan tapi pelan-pelan. Nah sudah mulai lancar, karena tadi korbannya sudah dimasukkan ambulan," ucap pria itu lagi. "Baik, terima kasih, Pak." Sean kembali melajukan mobilnya, saat sampai tempat kecelakaan. Dia terkejut juga, karena kecelakaan itu lumayan parah. Namun kejutan itu tak seberapa, jika dibandingkan dengan kejutan yang dia rasakan. Setelah melihat ke sebrang jalan, dia melihat wajah yang sangat dia rindukan. "Sayang, Rani!"Sean hendak menepikan mobilnya, tapi dia melihat wanita itu pergi menaiki taksi. Sean melajukan mobilnya, dan mencari jalan untuk memutar. Dia menari
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere