"Sedang apa kau? Duduk di sini seperti orang bodoh," tanya Sean, membuat Rani terdiam dan menunduk. Saat ini Rani sedang duduk di tangga darurat, setelah tadi bertengkar dengan Ita.'Bagaimana caranya aku bilang soal ancaman ku tadi di kantin. Sean pasti akan merasa, aku telah memanfaatkan dirinya. Dasar mulut ember asal mangap.' batin Rani."Sean," panggil Rani pelan. "Um," jawab Sean pendek. Sembari duduk di samping Rani.Mendengar Sean menjawab pendek, membuat Rani makin tertekan. Tiba-tiba wanita itu turun satu tangga dan duduk di depan Sean."Maaf, aku salah. Tadi asal ngomong soal keputusanmu. Tentang posisi staf perusahan."Rani berkata sembari menutup matanya. Dia tak sanggup jika harus melihat wajah Sean, kali ini pria itu pasti muak melihat wajahnya. Namun ucapan Sean selanjutnya membuatnya terkejut setengah mati. Matanya berkedip seolah tak percaya sama sekali, "Kau istriku, apa yang kau inginkan akan aku kabulkan."Rani masih terdiam mematung. Hingga terdengar bunyi dari
Talak bab 14"Serius amat, apa yang menarik di ponselmu, Ran?" Tanya Sean dengan tatapan penasaran.Rani yang mendengar pertanyaan Sean segera mengangkat kepala, lalu menekan ponselnya untuk kembali ke menu awal. Mata Sean tak lepas dari apa yang Rani lakukan, tatapan matanya terlihat curiga."Tak ada hubungannya denganmu, Sean. Jadi tak perlu tau, lagian tak penting kok," ucap Rani agak gugup membuat Sean semakin curiga."Lanjutkan makan mu, ini masih banyak." Rani mengambilkan sambal udang, kesukaan Sean. Namun pria itu terlihat tak lagi selera untuk makan, itu membuat Rani heran, karena biasanya pria itu akan menghabiskan makanannya tanpa sisa."Apa tak enak? Tapi ini aku pesan di tempat biasa kau makan."Rani meraih piring bekas Sean makan, lalu menyuap satu sendok makanan dan memasukan ke mulutnya. Terdengar suara mulutnya mengunyah walau pelan."Enak, tapi kenapa kau makan sedikit sekali?"Rani bicara tanpa menatap wajah Sean yang memerah, karena tak menyangka Rani mau makan bek
Talak bab 15"Aku dengar bu Ita yang sudah pasti turun jabatan. Lainnya, masih belum terungkap. Kejutannya lainnya, hari ini istri pak Sean akan datang. Aku ingin melihat wajah si Rani, saat melihat istri pria selingkuhannya datang."Fitri, salah satu pendukung Ita tersenyum sinis. Selain senang Ita turun jabatan, dia juga senang akan melihat kehancuran Rani, tanpa tau kalau dialah yang akan kecewa berat nantinya."Kita belum ada yang tau siapa istri pak Sean, kira-kira orangnya seperti apa ya?. Kasihan juga kalau si Rani babak belur di hajar istri sah pak Sean." Seorang wanita bertanya seolah berpikir juga. Mereka memang belum tau apapun soal Sean, tapi mereka merasa kasihan juga pada Rani. Membuat Fitri muak."Buat apa kasihan pada Rani. Aku akan pastikan wanita itu menerima balasan, karena meremehkan kita semua. Beraninya dia menggoda pak Sean."Fitri terlihat marah, matanya mencari Rani ke seluruh ruangan, tapi tak ketemu juga. Dia heran karena sejak tadi tak melihat wanita itu.
Talak bab 16."Hendra! Kau harus mencari perempuan sialan itu. Beraninya dia menjual rumah, tanpa berunding dengan kita. Beberapa preman datang dan mengusir kita, bagaimana ini?"Baru saja keluar dari lift. Hendra sudah mendengar omelan ibunya, dia tak menyangka kejutan yang Rani katakan, adalah kedatangan ibunya membawa kabar soal rumah yang di jual.Dia menoleh ke arah lift yang baru saja terbuka. Di sana Rani dan Sean melangkah sembari berpegangan tangan, melihat kedatangan Rani mantan ibu mertuanya melotot, karena tak menyangka bisa bertemu menantu yang sangat dia benci."Bagus sekali, ternyata kau berada di sini. Kau pasti sedang berusaha mengejar Hendra lagi kan, sayang dia tak mungkin lagi mau dengan wanita sepertimu."Lama tak bertemu, mulut ibu Hendra masih setajam dulu. Dia bicara tanpa melihat keadaan, bahkan dia tak melihat cara Sean memperlakukan Rani."Apa kabar, Bu? Lama tak bertemu, tuh mulut masih aja pedas," sindir Rani dengan kesal.Mendengar Rani menyindirnya membu
"Aku tak bisa, memberitahumu soal rahasiaku. Karena rahasia ini yang membuatku bisa membahagiakanmu, jadi nikmati saja pertunjukan yang aku persembahkan untukmu."Rani menepuk pipi Sean. Membuat pria itu kesal, apalagi saat melihat senyum di sudut bibir Rani. 'Aku harus mencaritahu soal rahasia Rani.' ucap Sean dalam hati."Sekarang bisa lepaskan tanganku, Sean? Sudah waktunya makan siang, aku akan pergi membelikan sesuatu untukmu."Perlahan Rani menarik tangannya. Sean juga tak berkeras menahan, Jadi dia bisa segera pergi. Setelah jauh dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.'Aku butuh beberapa fotonya. Permainan sudah mulai memanas," tulisnya dalam pesan itu. Setelah memastikan pesan di baca, dia terlihat menghapus pesan yang sudah terkirim.'jika aku bisa menjaga kewarasanku karena kematian Rara. Maka aku akan membuat kalian berdua yang kehilangan akal sehat." Rani mengepalkan tangannya, saat itu dia teringat bagaimana anaknya meregang nyawa.Rani mengangkat kepal
Talak bab 18"Bagaimana bisa terjadi? Apa yang kalian kerjakan seharian ini?!" pekik Sean dengan wajah kesal.Hanya beberapa jam saja dia tak datang ke kantor. Sudah terkena masalah sebesar ini, sebenarnya masalah ini sudah selesai saat dia datang, namun kecerobohan ini membuat keamanan perusahaan terancam."Siapa pelakunya? Apa kalian sudah temukan? Orang yang berani meretas keamanan perusahaan ini."Hening tak ada yang berani bersuara, kecuali seorang pria separuh baya. Dia adalah ketua tim IT perusahaan Sean. "Satu jam yang lalu Miko memberi perintah untuk mencari tahu soal istrimu. Kami temukan sesuatu yang mencurigakan, jadi mencoba membobolnya, siapa sangka ada sebuah jebakan dan virus tak di kenal menyerang kita. Untung bisa di atasi secepat mungkin, namun tetap a da data penting yang hilang."Mendengar penjelasan Pak Seno. Tangan Sena terkepal dengan erat, dia ingin tau siapa pelaku yang berani menyerangnya."Kami belum tau siapa pelakunya, tapi kami sempat mengetahui posisi
Talak bab (19)'Ada orang yang sedang menyelidiki identitasmu, Kak. Sayang, mereka terlalu kuat. Aku tak bisa menembusnya.'Terdengar suara seorang pria dari sebarang. Rani mengetuk ponselnya sembari menatap laptopnya, seolah berpikir sesuatu. 'Kalau begitu jaga barang milikku, awas rusak itu warisan tau.'Rani menarik napas lalu berpikir siapa yang berusaha mencari tahu tentang dirinya. Itu berarti ada yang mencurigai identitas lain miliknya, tapi siapa dan untuk apa? "Sedang apa, Ran?" Tanya Sean tiba-tiba. "Ah!" Pekik Rani sembari memutar tubuhnya.Dia semakin terkejut, saat hidungnya bersentuhan dengan hidung Sean. Dia buru-buru menghindar hingga membuatnya kehilangan keseimbangannya. "Rani!"Hanya itu yang Rani ingat, dia menutup mata dan melindungi wajahnya. Karena mengira akan jatuh menimpa lemari besar dari pohon Jati. Namun dia terkejut saat sebuah tangan memegang perutnya dan menahan agar dia tak jatuh ke depan, dia menghela napas lega karena Sean berhasil melindunginya. Na
Talak bab 20"Bagaimana? Kau senang sekarang."Rani bertanya sembari menatap Sean. Saat ini pria itu mematung, menatap kamar inap mantan mertua Rani. Wanita tua itu terbaring dengan kaki di balut perban."Kenapa tak kau buat dia mati saja?"Sean mengepalkan tangan menahan amarahnya. Wanita tua di depan sana adalah biang kehancuran ibunya, wanita yang melahirkan dirinya harus berakhir depresi."Tidak, kematian terlalu enak untuknya. Aku akan membuatnya mengalami apa yang ibumu jalani, jika ibumu masuk rumah sakit jiwa karena depresi. Wanita jahat itu akan masuk dalam keadaan sadar."Rani memutar tubuhnya meninggalkan Sean. Dia tak mau berlama-lama menatap mantan mertuanya, banyak hal yang harus dia lakukan untuk membalas dendam."Tunggu, apa maksud ucapanmu, Ran?" tanya Sean bingung."Kau tau jelas apa yang aku maksudkan, Sean. Jadi tak perlu menyimpannya lagi, karena aku sudah tau."Rani membuka pintu mobil dan duduk di belakang, Sean mengikuti dengan patuh. Rani tersenyum melihat ti