Siapa yang akan menjadi target balas dendam Rani selanjutnya.. yuk baca dan ikuti cerita ini. beri dukungan dengan memberikan Gems terima kasih. ikuti cerita saya yang lainnya. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 30 (Sertifikat)"Apa kau sudah gila, Hendra? Mana mungkin kami tau di mana sertifikat itu?” geram paman Rani, ”kami sudah mencari bertahun-tahun tapi tak ketemu. Pasti, hanya Rani yang tau tempat benda itu tersimpan."Wajah Paman Rani memerah terlihat marah.Begitu datang, istri keponakannya itu langsung memaksa mereka untuk menyerahkan sertifikat rumah saudara dan iparnya. Jangankan menyerahkan benda itu, melihatnya saja mereka belum pernah!Hendra menggelengkan kepala."Rani bilang tak menyimpannya, berarti kalian yang menyimpannya,” ucap pria itu bak preman, “Atau, benda itu tersembunyi di rumah ini dan tak ada yang tahu?” “Aku tak peduli. Kalian temukan secepatnya atau tinggalkan rumah ini," putusnya.Hendra tampak tak peduli lagi dengan kesopanan di hadapan keluarga istrinya itu.Baginya, sertifikat rumah harus segera ketemu. Melihat tindakan Hendra, paman dan bibi Rani tampak geram melihat Hendra. Manusia tak tahu diri ini, berani sekali mengancam mereka? Kalau tak
Talak bab 31"Pardi mungkin bersalah, Rani. Tapi kau tak bisa berbuat sekejam ini, bagaimana pun dia paman kandungmu adik ibumu."Seorang wanita terlihat iba, saat melihat Pardi yang memelas karena tak mau di usir. Rani tersenyum mendengar ucapan wanita itu, wanita yang berperan besar dalam kehancuran hidupnya. Wanita itu yang masuk ke kamar bersama bibinya, kemudian bicara omong kosong dengan bangga, seolah dia mengetahui semua kebenarannya.Tanpa sadar dia mengengam tangan Sean dengan begitu erat. Sean sampai mengerutkan keningnya, karena merasa sakit akibat kuku istrinya menancap di tangannya. "Sayang."Rani tersentak merasakan sentuhan Sean di pipinya. Dia berpaling menatap sang suami, kemudian dia tersenyum pahit. Sean merasa kalau Rani tengah berusaha menenangkan dirinya."Bibi Mia, apa kabar? Lama tak ketemu. Aku senang persahabatan Bibi Mia dan paman beserta istrinya begitu kuat, sampai rela membela meski tau dia bersalah, tapi aku tak heran sih. Dulu saja Bibi begitu hebat m
Talak bab 32"Bagus, mereka benar-benar tak mengetahui ruang rahasia ini. Ayah khusus membuat tempat ini, untuk menyembunyikan identitas dan pekerjaan utamanya."Rani meraba ruangan yang sudah berdebu itu. Dia mengambil beberapa benda yang dia anggap penting, meletakkan ke dalam sebuah tas khusus. Wendi juga membawa sebuah laptop dan beberapa flashdisk. "Sementara ini saja dulu. Nanti kita kembali lagi, pastikan rumah ini tak lepas dariku, Wen. Ingat jangan sampai ada yang tau termasuk Sean. Untuk saat ini dia tidak boleh tau. sampai kita temukan, ada hubungan apa ayahku dengan runtuhnya perusahaan orangtua suamiku itu."Rani segera membawa Wendi keluar, tentu setelah menutup lagi ruang rahasia ayahnya. Dia membantu membuka pintu depan, lalu merapikan topi di kepala Wendi, tanpa menyadari Sean melihat semuanya. "Tangkap pria itu!" Sean berteriak membuat Rani terkejut. Dia segera melindungi Wendi di belakang tubuhnya, Sean melihat istrinya memasang kuda-kuda untuk menyerang anak buah
Talak Bab 33"Sayang, pulang kuliah aku ijin keluar sebentar ya? Gak lama hanya dua atau tiga jam saja."Sean kembali menarik napas panjang. Ini kali ke dua Rani meminta ijin, tapi dia tak bisa mengetahui kemana istrinya pergi. "Aku juga mulai mencintaimu, Sean. Jadi cobalah untuk percaya, kalau aku tak akan mengkhianati pernikahan kita, aku janjikan setia padamu."Janji itu yang membuat Sean mempercayai istrinya. Dia mencoba memberi waktu bagi Rani, untuk menjelaskan apa yang selama ini dia sembunyikan. "Kalau begitu hati-hati. Cepat pulang jika urusanmu sudah selesai."Rani menganggukkan kepala lalu mencium bibir suaminya. Sean juga mengecup kening sang istri, lalu membiarkan Rani melangkah menuju kampusnya. 'Aku mencintaimu istriku.'Sean segera melajukan mobilnya pergi dari kampus Rani. setelah memastikan wanita itu masuk pintu gerbang, sedangkan Rani tersenyum melihat mobil Sean melaju pergi. Tak lama dari semak-semak, keluar seoarang pria yang tak lain adalah Wendi. "Betah amat k
Talak bab 34"Sayang." "Sean."Rani terkejut saat seorang wanita, memanggil nama suaminya bersamaan dengannya. Lebih mengejutkan lagi, saat berbalik sang suami lebih dulu melihat, wanita yang selangkah di depannya.Merasa ada yang aneh, Rani melangkah lebih cepat melewati wanita itu dan juga Sean. Dia menghampiri Miko dan menarik lengannya. "Ikut aku sebentar."Sean menatap telapak tangannya yang kosong, karena Rani menolak uluran tangannya. Dia menahan emosinya, saat melihat sang istri menarik tangan asistennya. "Sean, aku ingin bicara denganmu."Mendengar suara Bianca membuat Sean segera mengangkat kepalanya. Dengan jijik dia menatap wanita di depannya, tadi dia terkejut walau sebentar, karena sang mantan menemuinya di perusahaan Rani."Aku sudah mengusirmu sekali. Apa masih kurang paham lagi, kalau aku tak ingin melihat wajahmu itu," ucapan Sean begitu menyakitkan, tapi Bianca seperti orang yang tak punya malu. Dia justru mendekat hendak memeluk tapi Sean segera meninggalkannya. "B
Talak bab 35Sudah dua hari Rani berada di rumah orangtuanya. Bersembunyi di dalam ruang rahasia, wanita itu hampir gila, ketika mencoba membuka kode di laptop ayahnya.Dari CCTV yang Wendi pasang di setiap sudut rumah. Dia bisa melihat, beberapa kali sebuah mobil berhenti dan memeriksa rumahnya. Ada CCTV juga yang terpasang di halaman.Kadang terlihat juga paman dan bibinya yang berusaha masuk, tapi selalu ketahuan oleh warga yang kebetulan suruhan Wendi juga. Pria itu mengunakan tenaga anak muda yang selalu mangkal di warung kopi."Dua hari aku hanya mendapat satu nama. "Sagita Rahayu."Rani menguap karena sejak semalam dia tak tidur. Memeriksa laptop ayahnya tapi tak menemukan apa-apa. "Hanya ada dua petunjuk "loc 21 dan Sagita Rahayu"Aku periksa ini saja, lalu menemui ibu Hendra. Semoga wanita itu bisa memberiku petunjuk, aku akan temui dia. Sebelum itu aku harus pulang Sean pasti sudah tenang."Rani sudah memutuskan untuk pulang. Dia ingin tidur dengan tenang hari ini, siapa sang
Talak bab 36"Cari tau nama itu. Aku ingin secepatnya kau temukan informasinya, agar semua bisa segera terungkap, aku bisa gila kalau terus begini."Rani berbicara tanpa tau kalau suaminya mendengarnya. Hanya saja Sean tak tau nama orang yang Rani cari, Wendi yang ada di sebrang juga tak tau sama sekali. "Kalau begitu aku matikan dulu, hubungi segera begitu kau dapatkan informasinya."Rani baru saja mematikan ponselnya saat dia terkejut ketika Sean merebut ponselnya. Pria itu terbelalak, begitu menyadari betapa mahalnya ponsel baru sang istri. Rani juga terdiam, saat menyadari kesalahannya. Dia tak ingat kalau ponsel itu pemberian Robert. "Mati aku."Sean mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rani. Dia menatap sang istri, karena nomor yang dia hubungi tak aktif. Berarti Rani mempunyai nomor lain yang tak Sean ketahui. "Tidak, jangan Sean!"Rani merampas ponselnya saat Sean hendak memasukkan nomornya. Agar bisa menyimpan nomor baru sang istri, itu berarti dia bisa memeriksa siapa Ra
Talak Bab 37"Dia hanya seorang janda, Sean. Ibarat kata dia itu barang bekas, apa pantas kau begitu mencintainya. Sedangkan aku saja membuangnya seperti sampah."Hendra yang melihat Sean mengangkat Rani, dan memeluk di dadanya. Merasa muak, maka dia mulai mengeluarkan racun dari mulutnya. Mendengar apa yang Hendra katakan, langkah kaki Sean seketika terhenti. Matanya menatap wajah Rani yang memucat dan bibir bergetar. "Maaf."Rani menangis setelah mendengar penghinaan Hendra. Bukan merasa malu, saat mantan suaminya mengungkit statusnya, tapi dia sedih karena menyebabkan harga diri suaminya direndahkan. "Apa yang kau katakan? Istriku wanita terhormat jadi jangan merasa bersalah.""Ayolah, Sean. Kau memang adik kandungku, karena ayah kita sama. Jika ibumu mau berbagi suami dengan ibuku itu pantas, sebab dia perempuan tak tau malu, tapi kau, apa tak punya harga diri. Hingga mau berbagi wanita denganku," ucap Hendra penuh dengan kedengkian yang menjijikkan."Tutup mulutmu itu, Hendra! Sea