Beranda / Lain / Talak Aku, Mas! / Aku Minta Uang!

Share

Talak Aku, Mas!
Talak Aku, Mas!
Penulis: Edka22

Aku Minta Uang!

Penulis: Edka22
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Namaku Ayu lengkapnya Ayunindya. Aku seorang ibu rumah tangga berusia 28 tahun, aku memiliki satu orang anak perempuan bernama Nazma alfatunisa ia berusia 7 tahun dan seorang suami namanya Raka Rafanka 35 tahun.

Aku menikah dengan Mas Raka delapan tahun lalu. Ada satu hal yang membuat aku jatuh cinta padanya—perhatiannya—. Perhatian yang tidak pernah aku dapat dari sosok seorang ayah dan aku bisa menemukannya pada diri suamiku.

Awalnya rumah tanggaku berjalan dengan baik-baik saja. Bahkan setelah menikah perhatian Mas Raka semakin besar saja. Dia juga seorang pekerja keras, mandiri. Dan rajin ibadah itu menjadi nilai plus untuk suamiku.

Menginjak tiga tahun pernikahanku semuanya berubah. Kata-kata manis suamiku hilang berubah dengan kata-kata penuh racun. Janji -janji manisnya berubah menjadi janji penuh kepalsuan. Surga yang selalu ia janjikan justru neraka yang ia berikan.

Selama kurung waktu itu, ia berubah menjelma menjadi suami yang tidak aku kenali lagi. Dia berubah jadi seorang yang pemalas, tempramen dan jauh dari agama. Aku tidak tahu apa penyebab perubahan drastis suamiku ini.

Hari – hariku hanya penuh dengan air mata, penuh rasa sakit dan penuh dengan derita.

Dan ...

Inilah kisahku perjalanan berumah tangga penuh dengan perjuangan dan menguras air mata. Dan drama rumah tanggaku pun dimulai.

***

“Aku minta uang!”

Suara bariton itu terdengar tepat di telingaku. Mataku menatap sedih ke arah tangan yang terulur di depan wajahku.

Aku mengikuti ke arah tangan yang terulur itu hingga aku bisa melihat wajah tak berdosa milik suamiku –Mas Raka. Wajah yang tidak pernah terlihat tersenyum kepadaku. Wajah yang selalu terlihat masam padaku.

“Kenapa malah menatapku seperti itu? Aku minta uang!” tegasnya lagi dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Aku mencoba untuk bersikap tak acuh. Aku sudah lelah dengan semua drama yang selalu ia lakukan. Di mana harga dirinya sebagai seorang suami? Apakah pantas seorang suami hanya berpangku tangan dan terus mengulurkan tangan meminta uang?

Sudah hampir lima tahun dia—suamiku—tidak pernah memberiku nafkah lahir. Selama Ini hanya aku yang kerja. Sebenarnya ini tidak layak disebut bekerja. Karena aku hanya mengandalkan hobiku untuk menulis online dan menjadi dropshiper berbagai barang. Ya, dari sana aku bisa berpenghasilan.

“Aku gak punya uang, Mas. Bukankah kemarin aku sudah memberimu uang?”

Mas Raka terlihat mengeraskan rahangnya. Aku tahu sekarang dia sedang marah.

“Uang darimu sudah habis. Lagian mana cukup uang dua ratus ribu. Kebutuhanku banyak,” terangnya dan aku rasanya ingin tertawa.

Kebutuhan? Kebutuhan apa? Bukankah semua kebutuhannya aku yang penuhi? Mulai dari rokok, pulsa, kuota dan kebutuhan kecil lainnya. Dan sekarang dia bilang banyak kebutuhan? Lucu sekali suamiku ini.

“Kebutuhan mana yang Mas maksud? Bukankah semua kebutuhan Mas sudah aku penuhi?”

“Kamu jadi istri pelit sekali! Kamu mau berbuat kurang ajar sama suami sendiri? Kualat nanti kamu.”

Ya Allah... perkataan Mas Raka sungguh sangat mengusik telingaku. Di sini seolah-olah akulah yang salah dan dirinya yang benar. Apa enggak ke balik? Bukankah dirinya yang sudah zalim kepadaku dan anakku Nazma?

Dia sudah lari dari tanggung jawab. Mana sosok suami yang akan selalu membahagiakan anak istrinya? Mana sosok suami yang akan selalu melindungi anak dan istrinya? Mana sosok suami yang menjadi teladan untuk anak dan istrinya? Tidak ada! Semua tidak ada padanya.

Bahkan terkadang aku merasa ingin menyerah! Aku sudah tidak sanggup aku merasa akan jadi gila. Namun... aku sadar diri, ini memang sudah jadi takdir hidupku mungkin ini memang yang terbaik untukku. Bersabar! Ya, mungkin bersabar yang harus aku perbanyak.

“Aku bukan pelit, Mas. Hanya saja masih banyak kebutuhan lainnya. Besok tanggal 17 jadwal bayar listrik sama air ledeng. Belum lagi jadwal setor motor Mas. Tolong ngertiin, Mas.”

“Alah alasan! Bilang saja tidak mau ngasih. So banyak alasan segala,” sentak Mas Raka tepat di samping telingaku.

Besarkan hatiku Ya Allah. Lagi -lagi Mas Raka melempar kesalahannya padaku. Seolah -olah aku memang istri yang pelit dan perhitungan.

“Harusnya Mas Sadar diri. Apa Mas tidak malu meminta uang padaku? Ingat Mas uang istri itu tetap uang istri. Beda halnya uang darimu Mas. Uang darimu ada hak untukku. Jika memang uang dariku kurang... Mas kerja. Supaya Mas punya uang sendiri dan tidak merasa kekurangan lagi,” aku berkata dengan emosi yang tertahan.

Sudah cukup aku diam. Sudah cukup aku terus tertindas oleh perlakuan suamiku sendiri. Aku hanyalah seorang wanita. Tenagaku kalah besar dengan tenaganya. Langkahku terbatas tidak selebar langkah seorang pria. Astaghfirullah.

“Kamu berani sama aku?” Marah Mas Raka bahkan wajahnya berubah memerah karena menahan amarahnya.

“Iya , Mas. Aku berani. Aku sudah capek Mas. Capek. Kamu sama sekali tidak ingin berubah. Bukannya semakin membaik. Ini? Kekakuan kamu semakin menjadi, Mas.” Aku terisak meluapkan semua kekesalan yang sejak lima tahun lalu aku tahan.

Aku masih menghargai Mas Raka sebagai suamiku. Semua perlakuan semena-mena dirinya aku berusaha untuk menahannya. Sekarang... tidak lagi! Aku tidak sudi menghormati suami macan itu.

“KAMU!” Mas Raka mengangkat tangannya dan menampar pipiku begitu keras.

Tamparan pertama setelah delapan tahun berumah tangga. Rasanya sakit! Sakit lahir dan batin.

Aku hanya bisa menangis terisak, seraya menahan rasa perih bercampur panas di pipiku. Tega! Dia tega!

“Ingat, ya. Aku sama sekali tidak menyukai sikapmu yang seperti ini. Jangan bersikap kurang ajar.” Telunjuknya terus saja menunjuk -nunjuk wajahku.

“Aku tidak peduli, Mas. Aku tidak peduli. Silakan jika kamu ingin menyakitiku. Lahir dan batinku sudah telanjur sakit olehmu. Aku tidak peduli lagi jika pun kamu ingin meninggalkan aku dan anakku,” teriakku namun terdengar begitu lirih.

“Kamu....!” Mas Raka kembali mengangkat tangannya hendak menamparku lagi namun tertahan di udara.

Aku mendongak sedikit membusungkan dada ingin menantang Mas Raka.

“Pukul lagi, Mas. Ayo pukul. Kenapa malah diam?” tantangku.

Mas Raka lalu menurunkan kembali tangannya yang tadi sempat akan dia tamparkan pada pipiku.

“DIAMLAH!” sentak Mas Raka padaku.

Sejurus kemudian Mas Raka pergi. Aku tidak tahu dia akan pergi ke mana. Namun baguslah dia pergi, setidaknya rasa muakku padanya perlahan hilang.

Jika mau dan jika bisa pergilah yang jauh dan jangan pernah kembali lagi ke sini. Aku pasrah mungkin ini memang jalan yang terbaik untuk rumah tanggaku ke depannya .

Selepas Mas Raka pergi, aku mencoba untuk untuk menetralisir keadaanku. Menata mood setidaknya bisa lebih tenang. Hari sudah siang sudah waktunya anakku Nazma pulang sekolah. Aku tidak ingin anakku melihat keadaan mamanya seperti ini. Terlihat menyedihkan.

Bab terkait

  • Talak Aku, Mas!   Bayar Utang Suamimu!

    Usai pertengkaran hebat itu Mas Raka belum pernah sekalipun pulang. Dan hari ini tepat satu minggu suamiku tidak kembali.Sekali lagi aku tegaskan aku tidak peduli, aku sudah tidak peduli lagi. Silakan dia berbuat sesuka hatinya asalkan jangan sekalipun merugikan hidupku lagi.Saat aku sedang memulai menulis tiba-tiba suara gedoran pintu yang teramat keras membuatku menghentikan sejenak dari aktivitas menulisku. Aku sedikit mengerutkan kening mencoba untuk menerka siapa sosok orang yang menggedor pintu depan begitu keras.Dalam benakku mengira jika itu adalah suamiku—Mas Raka. Dia memang suka punya hobi seperti itu—membuat keributan.Aku menghela napas, lalu aku pun beranjak dan berjalan menuju pintu depan. Baru saja gagang pintu itu aku buka, dengan sangat tidak sabarannya langsung mendorong pintu hingga aku terjatuh di atas lantai.“Mana Raka!”Suara seseorang yang tidak aku kenali tiba -tiba menanyakan keberadaan suamiku. Jangankan mereka, aku yang memang istrinya saja tidak tahu d

  • Talak Aku, Mas!   Seperti Wanita Murahan

    Aku terlonjak kaget saat mendengar suara pintu terbuka dengan keras ditambah suara melengking memanggil namaku.Aku buru-buru menghampiri suara teriakkan itu. Sebab aku takut suara teriakkan suamiku bisa membangunkan Najma.Saat ini aku melihat suamiku pulang. Namun, air mukanya begitu terlihat penuh amarah.Dalam hati bertanya-tanya apa gerangan yang membuat suamiku pulang-pulang tapi dalam keadaan marah.Aku yang tidak ingin Najma bangun karena terganggu oleh teriakan ayahnya, maka buru-buru aku menghampiri Mas Raka.“Kenapa berteriak, Mas? Najma nanti bangun,” ucapku bersikap setenang mungkin. Lalu mendorong sedikit tubuh suamiku agar tidak dekat dengan kamar.Namun apa yang terjadi? Mas Raka tiba-tiba saja menarik tanganku lalu menjambak rambutku hingga kepalaku mendongak.“Aw, Mas Raka kamu apa-apaan? Lepas, Mas! Sakit!” racauku yang memang sedang kesakitan ini sungguh sakit.“Kenapa kamu tidak mau membayar utangku, hah? Kamu sudah mulai berani samaku?” marah Mas Raka.Jadi ini y

  • Talak Aku, Mas!   Berbohong

    Aku terkejut saat Najma anakku tiba-tiba saja masuk. Sedangkan aku masih berada di posisi yang tidak layak dilihat oleh anak kecil berusia tujuh tahun.Aku secepatnya merapatkan selimutku. Berharap Najma tidak melihat sesuatu yang memang tidak pantas dilihatnya.“Mama kenapa? Kok tumben tidur di kamar Papa?"Pertanyaan itu lolos dari bibir Najma saat dirinya berdiri tepat di samping ranjang.Dan sekarang sepertinya aku harus berpura-pura. Walau hati tidak ingin namun inilah yang terbaik daripada Najma tahu yang sebenarnya.“Mama gak enak badan, Sayang. Takut nular ke kamu jadi Mama memilih tidur di kamar Papa. Oh, iya, Mama bisa minta tolong ke Najma tidak?”“Minta tolong apa, Ma. Katakanlah!”“Mama haus, bisa tolong bawain Mama air.”“Tentu saja, Ma. Sini sekalian saja tempat airnya Najma isi penuh.”Najma mengambil tempat air yang memang selalu ada di setiap kamar. Sengaja aku simpan karena memang setiap malam aku, Mas Raka maupun Nazma selalu terbangun hanya karena ingin minum.Sete

  • Talak Aku, Mas!   Talak Aku, Mas!

    Kejadian semalam sukses membuat aku merenung. Memikirkan langkah apa yang harus aku lakukan ke depannya. Aku tidak mungkin terus hidup bersama suamiku. Yang ada secara perlahan ia sudah membuat aku menjadi gila.Aku sudah memantapkan hati. Ada dan tidak ada dia pun tidak akan berpengaruh apa-apa. Malah meksipun dia masih suamiku aku merasa tidak memiliki suami. Terlebih Najma ia sudah terbiasa hidup bersamaku hidup tanpa sosok papa di sampingnya.Sementara itu untuk ke depannya aku berniat akan membuka usaha toko kue. Karena aku sadar penghasilan dari nulis dan menjadi dropshiper kadang tidak pasti.Memiliki toko setidaknya aku punya investasi jangka panjang. Aku harus dari sekarang memikirkan untuk masa depan anakku. Dia tidak boleh bernasib sama sepertiku, dia harus bahagia cukup sekarang dia menderita di masa depan, jangan!Aku membawa handphone yang ada di atas meja. Niatku ingin melihat saldo di tabungan. Aku butuh perhitungan untuk menyewa toko. Tidak apa-apa sekarang menyewa na

  • Talak Aku, Mas!   Bertemu Mas Raka

    Marvel adalah teman masa SMA ku dulu. Sungguh aku terkejut saat mengetahui jika Marvel adalah seorang pengacara, karena yang aku tahu dia adalah pria pendiam yang tidak pernah berbicara. Dan aku tidak tahu jika pengacara yang dikenalkan temanku adalah Marvel.Adapun ia berbicara hanya ketika tengah melakukan persentasi diskusi di depan kelas. Selebihnya ia diam bak orang bisu.“Maaf, aku terlambat.”Marvel kembali meminta maaf padaku. Saat benar-benar duduk di hadapanku.“Apa kamu sudah lama menungguku?” tanyanya lagi.Aku menggeleng, meskipun memang aku hampir saja membatalkan pertemuan ini karena kesal sendiri sebab Marvel tidak kunjung datang.“Aku maklumi, kamu kan pengacar hebat pasti sibuk karena jam terbangnya sudah tinggi." Ujarku jujur.“Aku hanya pengacara biasa, Ayu. Kamu berlebihan.” Ujarnya seraya ia mengambil lalu menyimpan map warna biru di atas meja.“Aku serius. Marvel yang aku kenal dulu berbeda jauh. Sekang sudah jadi pengacara sukses. Aku sebagai teman SMA mu mera

  • Talak Aku, Mas!   Aku Tak Sanggup Lagi

    Aku pasrah, apa pun yang akan dilakukan Mas Raka padaku. Bukankah setiap hari pun aku selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Jadi, jika hari ini pun dia akan berbuat kasar padaku, aku sudah siap.Mas Raka terus menatapku. Ia menatap nyalang Seperti seorang harimau yang tengah menatap mangsanya. Aku beranikan diri untuk mendongak menatap balik tatapan Mas Raka."Kamu sekarang mulai berani, ya sama aku." ujarnya dan aku sama sekali tidak mengerti dengan maksud kata berani.Berani apa yang Mas Raka maksud? Karena sungguh aku sama sekali tidak merasa berbuat hal yang menurutku di luar batas kewajaran."Maksud Mas apa?" Tanyaku tidak kalah sewotnya dan sekali lagi aku tahu harusnya aku tidak boleh meninggikan suaraku dihadapan Mas Raka."Kau sudah berselingkuh. Istri macam apa kamu, hah?" Aku terkejut atas tuduhan Mas Raka. Berselingkuh! Lucu! Dia menuduhku yang tidak-tidak. Entah apa yang ada dipikirannya."Aku tidak berselingkuh, Mas. Mas jangan asal menuduh tanpa bukti.""Apa ma

  • Talak Aku, Mas!   Melakukan Drama

    Mas Raka pergi setelah ia berhasil melukaiku. Tubuhku terasa sakit dan ngilu. Dengan kejadian ini aku semakin yakin perpisahan adalah jalan keluarnya. Sudah cukup selama lima tahun ini aku bersabar menghadapinya. Percuma jika pun harus dipertahankan, yang ada jiwaku terancam, batinku menderita, tidak ada keberkahan dan ketenangan. Terlebih aku ingin menjaga psikolog anakku, aku tak mau jika Najma sewaktu-waktu melihat ayahnya tengah menyakitiku. Aku juga tidak mau jika terus berbohong pada Najma. Menutupi keburukan ayahnya.Aku hendak berdiri dengan susah payahnya, setengah jam sudah aku hanya bisa meringkuk di lantai kamar mandi. Tidak pedulikan rasa dingin yang menerpa. Sungguh mendadak aku kehilangan sensor perasanku selain rasa sakit di tubuh.Baru saja aku melangkahkan kaki hendak keluar, tiba-tiba Najma berdiri menatapku dengan sorot mata yang sendu. Bagaimana ini? Jika Najma sudah melihatku dalam keadaan kacau seperti ini, bagaimana aku menjelaskan padanya?"Najma,'' panggilku

  • Talak Aku, Mas!   Ke Rumah Mertua

    Nasib hidup sebatang kara itu seperti ini. Tidak ada tempat untuk bersandar. Setidaknya jika kedua orang tuaku masih ada mungkin aku tidak akan semenyedihkan ini. Ada tempat untuk aku kembali atau mungkin hanya sekadar melihat wajah mereka saja sudah menjadi obat agar aku tetap sabar dan kuat.Setelah semalam berpikir. Aku memutuskan untuk ke rumah mertuaku. Aku akan menceritakan padanya apa yang terjadi dan langkah apa yang akan aku lakukan untuk rumah tanggaku.Memang mertuaku sudah tahu bagaimana kelakuan Mas Raka saat ini. Namun aku selalu bilang, aku masih bisa mengatasi. Jika memang nantinya aku sudah tidak kuat maka aku akan memilih pergi. Dan ternyata Sekarang adalah waktunya. Aku sudah tidak bisa mempertahankan lagi keutuhan rumah tangga ini. Aku mengemasi baju Najma. Karena aku pun memutuskan untuk menitipkan terlebih dahulu Najma sampai masalah antara aku dan Mas Raka usai. Sungguh aku tidak mau kejadian di mana Najma menyaksikan kami bertengkar membuat aku khawatir. Terleb

Bab terbaru

  • Talak Aku, Mas!   My Happy ending

    Ayu bicara seperti itu seraya tersenyum malu-malu. Sebab apa yang ia katakan memang benar adanya. Jika ia hanya mencintai Marvel dan sampai kapan pun akan Terus seperti itu. Sedangkan perasaanya pada Rendy, itu hanyalah sebatas suka karena kebaikannya dan ketulusannya pada Najma serta dirinya. Bukan suka karena perasaan cinta. Apa mungkin dia akan menyia-nyiakan orang sebaik Rendy? Terlebih saat itu posisi Najma membutuhkan sosok seperti Rendy. Rendy dan Marvel tidak jauh berbeda. mereka memiliki sifat lembut pada Najma m mereka pun sama-sama menyayangi Najma . Tidak percaya dengan ucap Ayu, membuat Marvel kembali menanyakan hal tersebut. "Apa? tadi kamu bicara apa?" tanya ulang Marvel. "Aku masih mencintaimu, dari dulu sampai sekarang." ucapan Ayu. satu fakta yang selama ini selalu ia sembunyikan. Ayu langsung menutup wajahnya saking malu. Kenapa bisa ia bilang seperti tadi? Ayu yakin Marvel langsung bertanya-tanya maksud ucapannya. mobil pun sengaja ia tepikan, ia ter

  • Talak Aku, Mas!   Aku Masih Mencintaimu

    Dari sudut berbeda, sebenarnya Marvel pun melihat interaksi antara Ayu dan Rendy. Marvel terus memperhatikan Tanpa berkedip barang sedikitpun. Ia tidak ingin kehilangan pandangan interaksi Ayu dan Rendy. Marvel merasa jika Rendy sangat mencintai Ayu sampai sekarang. Cinta yang begitu tulus dan besar. ia seorang pria pun mampu untuk merasakannya. Sementara untuk Ayu, Marvel bingung arti dari tatapannya itu. Namun yang bisa ia tangkap jika pandangan ayu terlihat seperti seorang wanita yang meminta pada kekasihnya untuk melupakan semua kenangan di antara mereka. Melupakan cinta yang pernah ada dan melupakan apa pun yang berhubungan dengan keduanya. Lalu Marvel berpikir, apakah mungkin Ayu sempat menyukai Rendy? Andai ia tidak bertemu dengan Ayu mungkin selamanya ia tidak akan pernah sembuh. Dan ia tidak akan pernah bisa memiliki Ayu. Melihat ayu yang hendak berlalu, Marvel pun buru-buru pergi sebelum ia melihat dirinya dan ketahuan tengah menguping pembicaraan dengan Rendy. Ma

  • Talak Aku, Mas!   Maaf

    Setelah dua jam lamanya Ayu diintrogasi oleh keluarga Marvel, akhirnya kini ia bisa bebas. Ia senang pada akhirnya keluarga Marvel setuju dengan hubungan dirinya dengan Marvel. meskipun masih ada perasaan tidak rela di hati Maureen. Ayu tahu karena ia bisa melihat sendiri tatapan Maureen penuh ketidaksukaan. Ayu saat ini tengah berada di balkon, ia sedang menikmati kesendiriannya, sebab saat ini Marvel ingin diberi waktu untuk bicara dengan keluarganya saja. "Apa aku boleh di sini?" tiba-tiba suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar. Ayu tidak menjawab, ia malah mencengkeram pagar pembatas balkon. entahlah! ia masih merasa takut jika bertemu Rendy. Ia takut dituduh yang tidak-tidak. ia trauma dengan hal seperti itu. "Ayu...." panggil Rendy saat ayu tidak kunjung merespon ucapannya.. "Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu!" usir ayu tanpa sedikitpun melihat orangnya. Rendy tahu Ayu seperti ini karena dirinya, karena ia tidak percaya sepenuhnya. Andai waktu itu ia pe

  • Talak Aku, Mas!   keluarga Marvel

    Semua berkumpul di ruang tamu seusai acara akad pernikahan sederhana antara Rendi dan Melly. mereka saling pandang sebab dari setiap orang memiliki pertanyaan di benak mereka. Ayu yang bertanya-tanya kenapa bisa Rendy dan melly menikah, sedangkan yang ia tahu hubungan keduanya begitu sangat renggang bagaikan kucing dan tikus yang saling menjelekkan dan saling menghindari satu sama lain. Melly dan Rendy Yang bertanya-tanya kenapa Ayu bisa bersama dengan Marvel. kemudian Davin dan Mauren pun memiliki pertanyaan yang sama ditambah ke mana saja selama ini selama 8 bulan menghilang. Rendy yang sedari tadi terus saja menatap Ayu, sementara Ayu yang merasa ditatap hanya tertunduk dengan meremas jari jemarinya. hal yang tidak ingin Ia hadapi ini harus terjadi, ia harus bertemu dengan Rendy begitu cepat "Marvel bisa kamu jelaskan ke mana selama ini dan kenapa kamu bisa dengan wanita ini," ucap Maureen memecah keheningan dengan nada sedikit sinis ketika mengucapkan kata wanita ini. "Dia

  • Talak Aku, Mas!   Bertemu Kembali

    ayu sudah siap, begitu juga dengan MArvel. sementara najma ia sengaja tidak membawa anak gadisnya itu, ia menitipkan najma pada bu widya, najam lebih anteng jika bersama cicit bu widya. untuk bertemu orang tua Marvel mereka memesan taksi. dikarenakan untuk saat ini marvel tidak memiliki apa-apa. harta bendanya ada di jakarta, sedangkan dompet miliknya yang berisi kartu kredit dan debit hilang saat ia di rampok. sepanjang perjalanan, ayu terus mersa cemas. dalam pikirannya terus terpikirkan bagaimana jika ia bertemu dengan Rendy? apa yang akan dia lakukan? meskipun benar kota cimahi itu luas barang kali orang tua marvel berada di tempat yang jauh dari Rendy. Marvel yang melihat ayu terus gelisah, berusaha untuk menenangkan, memberikan support system. Marvel meraih tangan ayu lalu menggenggamnya dengan sangat erat, "Tenang! jangan khawatir, percayalah kedua orangtuaku sangat bijak, mereka tidak akan membuat kamu merasa canggung." "Tapi,,,," "percayalah sama aku." Ayu mengang

  • Talak Aku, Mas!   Bertemu Orangtuamu

    Kini Rendy dan Melly tengah di interogasi oleh Monica. Wanita berusia 50 tahun itu teramat syok. Ia tidak menyangka anak laki-laki bisa berbuat dibatas kewajaran."Harusnya kamu bilang ke ibu, jika kamu ingin secepatnya menikah. Enggak harus kaya gini," tutur Monica dengan tenang. Ia sudah bisa mengontrol diri. "Tidak Bu! Rendy sama sekali tidak ingin secepatnya menikah. Rendy hanya....""Rendy memaksa, Bu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih malam itu Rendy mabuk. Ibu tahu sendirikan bagaimana sikap orang yang sedang mabuk? Sekeras apa pun aku menghindar tenagaku kalah kuat. Meskipun aku memang menginginkan Rendy, tapi aku tidak segila itu berani menyerahkan kehormatanku.'' Melly sengaja berkata seperti itu untuk menarik simpati dari Monica hingga Monica mendukung dirinya untuk dinikahi oleh Rendy.Kenyataannya, ia memang tidak bisa menghindari pesona Rendy. Ia terbawa suasana hingga dengan sukarela menyerahkan apa yang selama ini ia jaga."Kau mabuk, Ren?" Tanya Monica, ia tid

  • Talak Aku, Mas!   Kepergok

    "Uuh,"Rendy melenguh, tak lupa ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut itu. Sepertinya efek minum minuman beralkohol membuat kepalanya sakit. Saat ia berusaha untuk bangun, ia mulai menyadari sesuatu. Ia merasa ada sesuatu yang menindih tubuhnya. Lalu ia arahkan pandangannya ke arah perutnya. Dan apa yang terjadi? Rendy langsung menutup mulutnya ia hampir berteriak karena terkejut. Ia tak percaya kenapa ia berada di atas ranjang yang sama bersama Melly. Terlebih melihat posisi Melly yang tidur di atas dadanya. Lebih membingungkan lagi, saat ia mendapati dirinya tak berpakaian begitu juga dengan Melly."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak ingat apapun?" Batin Rendy, ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi.Ia berusaha untuk mengingat kembali, apa yang terjadi hingga ia bisa berakhir di atas ranjang bersama Melly. Terakhir yang ia ingat adalah saat ia harus meminum sebotol minuman keras demi menyelamatkan Melly. Lalu setelah itu memorinya sekilas terputar saat dirinya

  • Talak Aku, Mas!   Bermalam Bersama

    Satu botol minuman keras sudah habis ditenggak oleh Rendy. Sedangkan kedua pria mabuk itu tersenyum lepas seraya melepaskan cekalan ditangan Melly.Mereka mendorong Melly ke arah Rendy dan dengan sigap Rendy memegangi tubuh Melly agar tidak terjatuh."Nih! kami percaya.Sekarang aku kembalikan padamu dan selamat menikmati malam panas bersama," ucap salah satu dari mereka berdua.Melly Paham maksud pria itu. Karena ia tidaklah terlalu bodoh dalam urusan tersebut. Selepas kepergian mereka, Melly langsung menoleh pada Rendy yang sudah mulai kehilangan setengah kesadarannya. "Kenapa kamu lakuin ini? Padahal kamu tinggal pergi gak usah pedulikan aku. Aku gak tega melihat kamu seperti ini." Ucap Melly ia terisak-isak."Berhenti menangis! Dan jangan terlalu percaya diri, aku menolongmu bukan karena aku peduli apa lagi memaafkan kamu. Tapi karena aku sangat menghargai wanita. Jikapun wanita yang mereka ganggu bukanlah Kamu, aku pun akan melakukan hal sama," ucap Rendy, di tengah usahanya unt

  • Talak Aku, Mas!   Ke Klub

    Melly tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan berjuang sekali lagi untuk mengambil hati Rendy. Mungkin dulu perjuangannya kurang maksimal. Karena ia hanya bisa sebatas menatap dari kejauhan. Tapi sekarang, ia akan terus hadir dihadapan Rendy. Sampai Rendy merasa ketulusannya, merasakan cintanya dan merasakan perjuangannya untuk mengambil hatinya.Sejak kejadian di toko ayu malam itu. Melly terus saja mengikuti Rendy. Bahkan malam ini ia terkejut saat mengikuti Rendy tapi Rendy malah masuk ke klub malam. Tentunya membuat Melly takut. Karena sebelumnya Rendy tidak pernah menginjakkan kakinya ke tempat buruk itu.Untuk saat ini, ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk masuk. Ia takut jika masuk seorang diri meskipun di sana ada Rendy. Selama kurang lebih satu jam lamanya ia menunggu. Rendy masih tidak terlihat, belum ada tanda-tanda Rendy akan pulang. Melly semakin khawatir, ia takut terjadi sesuatu di sana mengingat ini adalah kali pertama Rendy mengunjungi tempat terlaknat sep

DMCA.com Protection Status