Home / Young Adult / Take a Chance with Me! / 8. Orientasi Hati (2)

Share

8. Orientasi Hati (2)

Author: amie
last update Last Updated: 2024-12-28 11:08:02

“Kamu nggak pa-pa?” Seorang cowok spike menahan lengan Adel.

Adel  terperangah. Dia mengangguk pelan lalu buru-buru berdiri setelah memberesi kardus yang   jatuh gara-gara ditabrak orang yang kini berjongkok membantunya. Adel masih ngedumel pelan begitu dia membawa kardus yang  berhasil didapatkannya setelah ngedapetin bejibun pertanyaan dari kakak kelas yang jaga di sana. Sialan! Dia terus saja merutuki  kakak pemandu yang namanya Roy itu. Sampai-sampai dia nggak merhatiin tangga di depannya dan dengan suksesnya menubruk orang  yang kini berdiri dihadapannya.

“Maaf ya, dek…”

“I-iya…”Adel salting sendiri. Entah kenapa. Dia cuma mengangguk saja saat orang itu bertanya apa dia terluka, mana yang sakit, dan kenapa dia bisa ada di sini. Tapi rentetan pertanyaan itu cuma dijawab dengan kedipan bingung dari Adel.

“Dek?”

“Eh…oh…nggak pa-pa kok.” Pipi Adel memerah. Dia buru-buru menunduk dan ngacir pergi. Ya ampun!!! Kakaknya keren banget!!!! Dia tersenyum sendiri. Lupa sama tampang kakak pandunya yang sama kerennya tapi gaje abis.

***

Napas Roy terhembus kesal begitu Aya berlalu gitu aja. Ngucapin makasih aja kagak.  Kurang asem! Kenapa sih cewek itu nggak nge-blink blas liat tampang berkilau gue. Apa buat dia buku tuh lebih keren ketimbang gue apa?! Roy masih terus menatap Aya yang menuruni tangga dengan langkah tertatih. Gadis itu menyeret kakinya pelan.

Tawa Cahya meledak begitu  melihat tampang merengut Roy. “Woy, Bro…lo jangan bilang kalau tertarik juga sama dia.”

Roy mencibir. “Sama tampang datar gitu?! Nggak banget lah.”

“Datar?!” Cahya nyaris nggak kuat menahan tawanya. Aneh banget sih nih anak ngasih julukan.

“Gimana nggak datar. Tiap hari dia bilang ke gue: ‘Roy, makanya jangan cuma ngurusin cewek-cewekmu doang! Ini nih tanggungjawabmu di OSIS juga digarap!’. Nyebelin banget kan?! Siapa gue diperintah-perintah!”

“Tapi dia banyak yang ngefans lho…”

“Yang jelas bukan gue!!!” Roy menatap Aya yang masih menyeret langkahnya sambil membawa kardus berisi snack buat anak-anak ospek. Apa barusan dia terkilir?  Entah kenapa Roy langsung beranjak dan mendekati Aya yang mulai membagikan snack itu ke anak-anak.  Direngut paksa kardus makanan itu dari tangan Aya.

“Eh?”

“Biar aku aja deh. Entar abis ini aku anterin ke UKS,” katanya sok cool.

“UKS?  Ngapain?” Aya menatapnya bingung.

Yaelah…masih nanya kenapa lagi. Apa saraf cewek ini sudah mati rasa? Apa yang dipikirannya cuma proposal, buku, belajar  gitu sampai terkilir aja dia nggak berasa?  “Yah… tadi kan kamu kepleset di tangga. Tuh kakimu sampai terkilir gitu.”

“Oh…nggak pa-pa sih sebenernya.”

Cahya yang melihat dua makhluk itu dari ujung tangga tertawa geli. “Coba bilang sekali lagi kalau lo nggak tertarik sama cewek itu, Roy.”

***

Aya menggeliat pelan di ranjang UKS. Ugh…yang namanya panitia itu kayaknya emang nggak afdol kalau nggak ngerasa capek. Direntangkan tangannya lagi. Memastikan kalau tulangnya nggak ada yang remuk. Kayaknya ntar malem dia musti nempelin selusin koyo di punggungnya deh.

“Ah…”

Aya melepaskan sepatunya lalu menggerakkan kakinya yang terasa nyeri. Kayaknya emang terkilir, nih! Dia mengelusnya pelan.  Aya meraih ponselnya saat notifikasi di ponselnya berbunyi. 

From: Adel

Mb…ayo plng. Dongkol bangt aku sm ospek hri ini…

Aya terawa membacanya. Anak ini kapan bisa dewasa sih. Dia mengambil tasnya setelah mengoleskan balsam ke telapak kaki.

“Lo mau nembak dia?!”

“Iya lah…kenapa shock gitu sih?”

“Trus si Ratna anak kelas sebelas itu mau lo kemanain bos?”

“Buat lo aja juga nggak pa-pa kok.”

Aya masih mengikat tali sepatunya saat Roy dan cs-annya lewat di depan UKS. Dasar cowok-cowok ngeres. Yang diomongin cewek mlulu.

“Aku udah dapet biodatanya lho…” Roy melambaikan sebuah kertas dihadapan temen-temennya. Budak-budak Roy itu langsung merubungi bos-nya ingin tahu.

“Gile lo, Bos! Cewek brondong gini aja lo embat.”

“Dia imut tau. Lumayan kan buat koleksi,” Roy tertawa.

“Siapa namanya, Bos?”

Aya melangkah keluar dari UKS. Tidak terlalu peduli tentang apa yang diomongin Roy-cs. Tapi langkahnya langsung terthenti begitu mendengar sebuah nama yang nggak asing ditelinganya. Cepat-cepat dia menoleh.

“Namanya Adella Pratiwi. Name tag-nya sih ditulis  Adel gitu.”

“Trus kapan lo mau nembak dia?”

Roy menautkan alisnya. “Entar ah…pas ospeknya selesai kali,” cetusnya ringan.

Aya melongo. Ditelan ludah kelu lalu dengan kesal dihembuskan napasnya. Cowok itu…agh… Apa dia pikir aku bakalan ngebiarin dia jadian sama Adel? Sebelum itu terjadi aku jamin dia bakal aku masukin kuburan! Aya mencengkeram ujung roknya dan buru-buru berbalik.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Take a Chance with Me!   9. Kamu mau sama aku? (1)

    Sebuah bolpoint biru laut terketuk di meja empunya. Suara ketukannya menemani si pemilik yang tengah melamun. Aya membiarkan begitu saja MP3 dari netbooknya mengalun pelan. List lagu Taylor Swift yang selalu membuatnya bersemangat, kini sedikit ia abaikan. Dia bahkan membiarkan begitu saja buku dihadapannya berserakan tanpa ada minat dibaca. Otaknya sibuk mengingat percakapan yang tadi sore didengarnya dari Roy.Nembak Adel begitu selesai ospek?!! Gila betul tuh cowok. Cewek melulu yang ada di otaknya.Aya mengatupkan bibirnya. Awas aja nanti. Aku pastiin tangannya patah kalau berani nyentuh rambut Adel sehelai saja. Aya nggak bakalan ngijinin Adel punya hubungan apapun sama cowok mesum dan playboy itu. Orang sama cowok alim masjid sebelah aja Aya nggak ngijinin, apalagi cowok yang dipikirannya cuma ada spesies cewek doang. Halah…bakalan Aya smackdown sampai mampus.“…Mbak…Mbak Aya…Mbak dengerin aku nggak sih?”“Eh, oh..apa, Del?” Aya berbalik menatap Adel yang duduk merengut di kas

    Last Updated : 2024-12-28
  • Take a Chance with Me!   10. Kamu mau sama aku? (2)

    Roy celingukan di lantai dua. Tempat di mana jajaran laboraturium berada. Dia membaca pesan dari Aya sekali lagi dan memastikan kalau dia nggak salah baca. Di depan laboraturium kimia. Cih, tempat mangkalnya cewek itu ya. Dia celingukan sebentar sebelum akhirnya menemukan cewek itu berdiri sambil memandang langit di depan lab kimia. Entah kenapa jantung Roy grogi mendadak. Oi!Oi! Ini kan bukan kali pertama lo liat dia, Roy!!! Si muka datar!“Hey…”Aya berbalik. Sedikit canggung sebenarnya, tapi dia tetap berusaha senormal mungkin. Cowok playboy, tukang tebar pesona, tukang PHP. “Makasih ya Roy udah mau datang.” Senyum Aya tekembang, dan justru membuat Roy salting sendiri.“Eh, iya... Emang kenapa sih?” Ditatapnya lagi Aya dari ujung sepatu sampai ujung kepala. Bener-bener beda banget penampilannya hari ini. Apa gara-gara ada panggung buat anak-anak baru

    Last Updated : 2024-12-29
  • Take a Chance with Me!   11. Kue Pukis(1)

    “Lo beneran jadian sama Roy?” Adit berdiri menyilangkan kaki di bibir pintu rumahnya. Masih dengan mata mengantuk setelah tidur sore, ditatapnya Aya penuh selidik.Aya menghentikan gerakan tangannya yang masih mengikat sepatu. Dia sudah siap hengkang dari rumah Adit setelah berpamitan pada Bu Riani. Maghrib sudah berlalu setengah jam lalu. Dia musti sampai rumah sebelum jalanan Kaliurang kilometer 12 tambah sepi. Lagipula badannya sudah minta diselonjorin di kasur.Hari ini cukup melelahkan bagi Aya. Penutupan MOS, besih-bersih sekolah, lanjut mengajar Yoga dan…tragedi deklarasi jadiannya Roy-Aya yang mengundang banyak tanya sejak tadi siang (duh bahasanya…).“Kenapa emang?”“Gue kan cuma tanya.” Adit melengos. Jadi sebel sendiri kenapa dia harus menanyakan hal nggak guna kayak gitu. Mau dia jadian apa nggak kan bukan urusan gue!“Kenapa harus tanya? Kan bukan urusanmu…”Emang bukan urusan gue!!“Gue kan cuma tanya. Seenggaknya dipikiran gue, kalau lo jadian, lo nggak bakal jadian sam

    Last Updated : 2024-12-30
  • Take a Chance with Me!   12. Kue Pukis (2)

    Jam masih menunjukkan pukul 13.40. Sepuluh menit setelah dering mata pelajaran terakhir berbunyi. Dan seperti biasa, kantin masih saja ramai. Beberapa anak malah memulai menyebar gosip sambil membuka gadget. Bu Marni juga masih bugar melayani pesanan anak-anak SMA yang kadang agak rewel. Misalnya kayak:“Bu, aku mau es teh tapi es-nya jangan banyak-banyak ya.”“Bu, soto satu, gak pake MSG, gak pake toge, gak pake seledri, nasinya setengah, kuahnya banyakin.”Atau…“Bu, bisa buatin mie goreng nggak. Pingin mie soalnya.”Padahal sudah jelas pake banget ketulis di pintu kantin dengan huruf Times New Roman size 120 kalau kantin itu namaya: KANTIN SOTO DAN BAKSO BU MARNI. Heghh!!Dan di salah satu pojokan kantin, Cahya sedang menemani sohibnya yang kelihatan suntuk banget. Aneh sih sebenarnya. Biasanya jam segini Roy sedang duduk mojok berdua dengan ceweknya. Yah, biasanya sih gitu. Cuma kali ini cewek baru Roy kan lain.Roy me

    Last Updated : 2024-12-31
  • Take a Chance with Me!   13. Kue Pukis (3)

    Dia nggak mungkin kan repot-repot nganterin pukis ke gue kalau nggak suka ke gue?Roy melirik ponselnya. Chatnya dengan Aya tadi pagi bahkan belum terkirim. Asemmm! Dia sibuk ngapain aja sih sampai siang begini belum pegang ponselnya. Cahya mengulum senyum begitu Roy cuma terdiam. “Eh, lo masih sering ngobrol sama Calista dan Rona?”Tubuh Roy menggeliat di kursi. “Iyalah. Sayang kan cewek cute kayak mereka dilewatin.”“Mau maen sama mereka?”Roy mengangkat sebelah alis. “Yah…mereka kan gampang diajak keluar.”“Well, kalau gitu ajak Aya malem mingguan bareng. Gimana kalau have fun bareng di tempat Andre. Bokepnya lagi ke Bali katanya. Masa ngajakin cewek sendiri aja gagal melulu.”Roy mendesah. Kesal! Halah…ngajakin cewek itu keluar udah kayak ngajakin perang Baratayuda. Bejibuuun alasannya. Yang ngerjain proposal lah. Buat timel

    Last Updated : 2025-01-01
  • Take a Chance with Me!   14. Kue Pukis (4)

    Adit nyinyir ngeliat dua pasangan yang barusan lewat di depannya. Keduanya menuju mobil merah Roy yang terparkir tak jauh dari tempat Adit parkir. Nih momen musti jadi salah satu keajaiban di dunia deh. Hadeh, gimana mungkin coba cewek yang Adit pikir nggak punya ketertarikan sama cowok trus jadian sama makhluk yang cuma terkenal karena tampang bleaching-annya itu. Mau dipikir gimana pun tetep bikin pening. Igh…“Lo nggak usah ngeliatin mereka dengan tampang mupeng gitu dong, Dit…” Reza menusuk rusuk Adit dengan sikutnya. Dia terkekeh geli melihat ekspresi merengut kawannya. “Halah! Kalau cemburu bilang aja!” Dia nyengir.Adit langsung pasang tampang jijik. “Hah?! Cerita dari mana gue cemburu!”“Yaelah, kalau kagak ya nggak usah ngegas-ngegas gitu kali ngomongnya.” Reza mengambil helmnya yang nangkring di motor Adit sambil geleng-geleng kepala.“Gue cuma ngerasa aneh aja sih ngeliat mereka berdua…”“Ya, iyalah aneh. Orang biasanya Aya sama elu trus sekarang dia sama orang lain…” Rez

    Last Updated : 2025-01-02
  • Take a Chance with Me!   15. Cola (1)

    “Hey!” Roy melotot protes begitu Aya mengganti cola dinginnya dengan air putih. Gadis itu langsung asal seruput saja cola yang belum diminumnya sama sekali. Ini cewek kenapa sih?Aya tertawa. “Roy, ntar malem kamu mau tanding basket kan?”Roy mendengus kesal. Ini cewek kok makin ngeselin sih! Udah tadi dia yang ngajakin makan soto di kaki lima, dia juga yang nyeruput minum Roy. Padahal Roy kan mau mengajaknya ke kafe favoritnya di dekat XXI. Sekalian dia berangkat ke GOR UNY buat persiapan tanding basket. Eh, malah dia yang luluh waktu Aya menariknya ke soto langganannya di dekat stasiun. Gila, panasnyaaa! Gerah! Mana makanannya nggak level lagi sama lidah Roy.“Trus, kenapa?!! Lo juga nggak bakalan mau kalau gue minta nonton kan?!!” Udah apal jawaban Aya tiap Roy mengundangnya buat liat dia tanding basket di GOR UNY atau Mandala Krida. Seribu satu jurus tolak bala dari Aya deh yang Roy dapet. Yang alasan ulangan lah, nulis proposal buat besok, sok sibukkkk banget. Padahal ini mal

    Last Updated : 2025-01-03
  • Take a Chance with Me!   16. Cola (2)

    Salah satu alasan kenapa Roy suka basket adalah kegilaannya saat dia mendengar decit sepatunya sendiri di lapangan basket. Atau mendengar suara supporter. Dua hal yang membuat dirinya terasa lebih hidup. Roy mengedipkan sebelah mata pada jajaran tim cheerleaders yang ada di sudut lapangan. Setengah menggoda mereka niatnya. Dan cewek-cewek yang diketua Natalie itu langsung berteriak kegirangan. Ah, andai saja Aya juga ada di salah satu jajaran supporters, malam ini pasti sempurna banget buatnya.“Wow, cewek lo tumben dateng,” Brian menepuk bahu Roy saat mereka break di tengah pertandingan. Roy mengguyur sebotol air ke wajahnya. Benar kata Aya tadi sore. Pertandingannya malam ini menguras tenaganya banget.“Mana ada. Dia paling lagi lemburan proposal.” Roy berkata seperti itu, tapi mau tidak mau matanya menelisir bangku supporter juga. Kali aja yang dibilang Brian bener. Tapi seperti yang ia duga, dia tidak menemukan sosok itu di manapun.“Trus itu siapa?” Brian menunjuk arah lain yang d

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Take a Chance with Me!   49. Jungkir Balik (6)

    “Dit…”“Woi!!! Aditttt!!!”Adit menoleh. Dibalas tatapan Reza bingung. Layar di depannya sudah gelap. Lampu bioskop juga sudah menyala terang. Itu tandanya film sudah berakhir. Kok cepet banget sih? Perasaan aku nggak liat apa-apa tadi.“Lo mikirin apa sih?”Adit menggaruk kepalanya sambil melangkah keluar. Kayaknya sia-sia banget dia nonton film terbaru James Bond dua kali, tapi tetap aja nggak tahu jalan ceritanya sama sekali. Gara-gara melamun sih. Mata Adit terpaku pada cewek yang tengah bicara dengan Roy begitu dia sampai di galeri depan.Sumpah gue suka sama dia? Dia? Kok kayak gue nggak pernah ketemu cewek lain di muka bumi sih?!! Kata-kata itu terus berdenging di telingan Adit sampai mereka tiba di parkiran.“Dah, makasih ya udah dateng,” Aya tersenyum melambaikan ke semua teman-temannya. Termasuk ke Roy. Karena seperti yang sudah-sudah, dia nggak suka Roy menga

  • Take a Chance with Me!   48. Jungkir Balik (5)

    Malam sebelumnya.... “Kamu beneran suka?”Adit cengoh. “Ma, itu tadi kan cuma omongan anak kecil. Kenapa Mama musti percaya sih?” Adit memutar kursinya. Mulai kesal kalau Mama sudah mengutak-atik wilayah privasinya. Apalagi ini sudah larut dan Adit sudah ngantuk.“Maaf, deh kalau Mama nyela malam-malam gini. Mama kan cuma tanya?”“Nggak, Ma. I don’t like her anymore!”“Perasaan suka itu sederhana kok, Dit. Kamu betah sama dia itu suka. Kamu khawatir sama dia itu suka. Kamu kepikiran dia terus itu suka. Sederhana kan?"Cuma suara kipas angin yang terdengar di kamar Adit. Cowok itu tengah mencerna kata-kata Riani di batok kepalanya.“Mama nggak akan nyalahin kamu kalau suka sama Aya, kok. Kamu kan udah gede, Dit. Masa bedain suka apa nggak aja nggak bisa.”“Mama nggak marah?”“Kenapa marah?” 

  • Take a Chance with Me!   47. Jungkir Balik (4)

    “At…ta… ya?"Adit menoleh ke sebuah suara yang mendadak muncul di sebelahnya. Entah dari mana tuyul kecil itu muncul, yang jelas Adit nyaris terjengkang dari kursi saking kagetnya. Yoga mengernyit sambil memandangi wajah kakaknya. Anak dua belas tahun itu langsung pasang tampang penuh tanya.Kenapa nggak ketok pintu sihhh???!!“Ini Mbak Aya kan, Mas?” selorohnya ceria. Entah kenapa wajah bocah itu mendadak berubah sumringah.Buru-buru Adit menutup display laptopnya. Dia sedang membuka folder hasil hobi jepretannya dan malah gambar cewek itu yang nongol. Gue gila! Positif gila!! Apa coba yang gue tulis barusan tadi. Adit menelan ludah panik begitu Yoga malah tertawa-tawa nggak jelas. Padahal dia tadi mau menjajal aplikasi programming baru. Dan entah kenapa malah buka-buka folder lain dan berakhir ketahuan sama Yoga. Damn it!!

  • Take a Chance with Me!   46. Jungkir Balik (3)

    “Eh, gimana kalau kita weekend kita nonton?”Ajakan Aya ini sebenarnya biasa saja. Tapi entah kenapa membuat Adit mendadak mendapat tekanan batih. Hah?! Nonton?! Gila nih cewek?!! Ngapain ngajak gue?! Adit sudah berpikiran yang tidak-tidak. Ditatapnya cewek dengan bola mata bersinar di depannya. Dia beneran…. “Cie, Adit doang yang diajak?” Aya tertawa. “Nggak lah. Ini aku ngajak kalian berdua. Ada pameran film. Dan aku dapet 6 tiket gratis gara-gara undian. Aku mau ngajak kalian berdua, Icha, Ocha, sama Roy. Gimana? Spectre, lho. Kamu suka kan sama filmnya James Bond?” Aya menatap Adit. Dia sepertinya nggak sadar kalau Adit sedang menggeser kursinya. Menjauhi Aya yang mendadak mengambil kursi tengah lalu duduk disebelahnya. Itu sih

  • Take a Chance with Me!   45. Jungkir Balik (2)

    Kalau Adit mulai terang-terangan menghindari Aya, Aya sendiri sibuk memikirkan banyak hal sampai nggak nyadar kalau Adit sedang menghindarinya. Otaknya rasanya semrawut dengan hidupnya. Mulai dari bebannya sebagai anak kelas 3 SMA, persiapan masuk universitas, beasiswa apa yang harus ia cari untuk bisa memenuhi kebutuhannya selama kuliah, hubungannya dengan Roy, kata-kata Adit saat di stasiun yang ternyata menghantui Aya, sampai urusan keluarganya. Kepala Aya sengaja diletakkan di meja. Diatas tumpukan buku yang niatnya emang dijadikan bantal buat Aya. Perpustakaan sedang lengang hari ini. Dan Aya sengaja menyendiri di sana untuk menenangkan pikirannya. Apa aku berhenti kerja di bar saja ya? Nggak tenang juga sih kerja di sana. Tapi kan aku kan butuh duit buat Ibu sama Adel, ya utamanya aku sendiri sih. Apa aku juga minta putus aja ya dari Roy. Lama-lama bersalah juga sama dia. Tapi gimanaaa? Kenapa sih dia nggak mutusin aku aja sih?!!!

  • Take a Chance with Me!   44. Jungkir Balik (1)

    Sejak kemarin, Adit jadi sering menghilang ke masjid atau perpustakaan tiap istirahat. Sendirian. Dia bahkan balik lagi seperti dulu saat dia marah ke Aya. Datang setiap mepet bel masuk dan langsung melesat pulang begitu bel pulang. Udah merasa bebas banget sejak kepengursan lepas dari dia. Dia juga makin serius baca buku. Dia bahkan menolak saat diajak main futsal bareng. Alasannya sih nggak masuk akal banget. “Gue mau belajar!” What the hell?!! Sumpah, konyol banget!! Sejak kapan Adit belajar. Otak manusia itu kan kayak windows 10 yang nyimpen semua hal yang dia lihat, processor RAM 8GB, dengan memori 5 tera. Jadi mustahil banget Adit bilang kalau dia mau belajar. “Lo kenapa lagi sih?” Reza menyambangi perpustakan begitu melihat cowok itu tengah bergumul dengan buku…koreksi…komik ding. “Hah? Gue kenapa? Nggak kenapa-napa kok.” Padahal kemarin Reza sudah melihat Aya dan Adit baik-baik aja. Mereka udah

  • Take a Chance with Me!   43. Lovable You (3)

    “Kenapa mawar putih?” Aya bersandar di bodi depan mobil Roy. Roy mengajaknya ke Merapi sepulang sekolah. Menikmati angin sore di titik pendakian gunung di Yogyakarta itu. Semburat kekuningan yang menampar pipi Aya membuat wajah bersih gadis itu kelihatan bercahaya. Ya gimana ya, mau ngajak cewek ini dugem keknya juga Aya yang bakal kabur duluan.“Itu tandanya aku respect padamu. Masa’ nggak tau?”“Respect?”Roy mengangguk. Dia mengambil tempat di samping Aya. Melemparkan pandangannya pada sawah yang mulai menghijau di depannya. Beberapa bagian masih disemai malah. Meninggalkan kesan permadani hijau di lumpur coklat. “Mawar merah itu tanda cinta, mawar putih itu tanda penghormatan. Aku salut sama kamu, Ay. Semuanya yang ada dalam diri kamu itu aku suka. Tentang betapa baik, polos dan supelnya dirimu. Aku suka semuanya. Sampai di titik aku sadar betapa beruntungnya aku jadi cowok kamu. T

  • Take a Chance with Me!   42. Lovable You (2)

    Kalau boleh milih, Aya ingin sembunyi saja seharian ini dari Roy. Tingkah cowok itu udah kelewatan abnormal. Contohnya saat istirahat pertama ini. Aya mendapatkan satu buket mawar putih dari Cahya.“Dari Roy,” itu kata Cahya saat menyadari wajah cengoh Aya.Langsung saja anak sekelas gempar. “Sejak kapan Roy jadi seromantis itu, woy?”“Ay, sini, deh!” Adit memanggilnya dari pinggir pagar pembatas lantai dua. Dia menunjuk pada Roy dan cs-annya yang tengah melambai dari lantai bawah. Membawakan buket bunga merah dan boneka berbentuk love.Muka Aya memerah malu. Sumpah!! Cowok itu kenapa??? Digigit ujung bibirnya ketakutan. Seumur-umur dia kenal Roy, belum pernah dia ngeliat Roy memperlakukan cewek—koreksi: mantan ceweknya—seperti apa yang dia lakukan ke Aya barusan.“Lo nyantet cowok lo sendiri?” Adit nyaris terbahak melihat tingkah Roy. Tuh, orang kesambet apa

  • Take a Chance with Me!   41. Lovable You (1)

    “Lo serius ngomong barusan?” Cahya memastikan lagi tingkah Roy yang aneh. Belum pernah dia ngeliat Roy bela-belain nongkrong di parkiran sekolah dari jam 6 pagi. Mantengin parkiran mortor dan harap-harap cemas kalau ceweknya bakal datang pagi.Roy mengangguk tegas. “Gue ngerasa bersalah banget sama Aya. Selama ini gue sering main dibelakang dia. Mulai sekarang gue mau serius. Bantuin gue ngurusin cewek-cewek gue yang lain ya?”PLAK!!“Shittt!! Aduhhh!! Sakit tau!!” Roy menggerang saat tangan Cahya menamparnya. Berani bener cowok ini nampar gue!! “Lo pasti kesantet, Roy!”Roy menghela napas. Dia tertawa sejurus kemudian.“… Mbak Aya itu mengorbankan semuanya, Kak. Waktu main, waktu hangout cuma buat kerja parttime. Mulai dari jualan pukis, jualan pulsa, ngajar les, sampe sesekali terima orderan desain dari beberapa orang…”“Buat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status