author-banner
amie
amie
Author

Novel-novel oleh amie

Take a Chance with Me!

Take a Chance with Me!

"Ayo, menikah denganku! Aku serius. Di Indonesia seusia kita bahkan sudah banyak yang punya anak!" Tidak seharusnya Aya mendengar kalimat diluar nalar itu diusianya yang masih 20 tahun. Saat dia sedang pusing-pusingnya memikirkan kuliahnya dan kerja parttime di Adelaide, Australia. Dan lagi! Laki-laki sebaya di depannya ini tahu seperti apa masa lalu Aya. Aya yang menjauh dari Indonesia, mengubur semua ingatan buruknya, dan berperang dengan ketakutannya sendiri. Laki-laki ini pasti tahu. Jadi tidak mungkin dia sampai punya perasaan ke Aya, bahkan berniat menikahnya. Ini jelas-jelas diluar nalar. Aya tahu mereka teman SMA. Punya banyak ingatan yang bisa dijadikan bahan berdebat. Tapi, hubungan mereka bukan hubungan romantis yang penting untuk dikenang oleh otak dan hati. Jadi kenapa? Datang tiba-tiba di depannya begini. Di saat Aya sudah menjauh sejauh ini...
Baca
Chapter: 36. Rasa Tanpa Kata (4)
Meski malam, udara Jakarta tidak pernah kurang dari 32 derajat Celcius. Panas, pengap dan gerah banget. Nggak ada bedanya antara malam dan siang. Itulah alasan kenapa Adit dan dua adiknya nggak mau hidup di Jakarta meski ayah mereka kerja di kota megapolitan itu. Meski begitu, Mama dan Wisnu yang paling sering ke Jakarta buat nengokin Papa kalau laki-laki itu nggak bisa pulang.Cowok itu kini mematung di balkon mungil apartemen ayahnya. Berdiri dengan secangkir caffe latte tanpa krim di tangan. Hasil delivery yang dipesan ayahnya bersama dengan sekotak pizza tadi. Sebenarnya Adit berniat tidur setelah mandi, secara tubuhnya sudah berontak menyuruhnya merebahkan diri. Tapi pikirannya melayang ke mana-mana. Apalagi duduk di sebelah Papanya membuat Adit ingin mengobrol banyak dengan laki-laki itu. Menceritakan perjalanan penuh adrenalin dari Yogja dan Jakarta bareng Aya, termasuk kelelahannya mendengarkan kisah hidup Aya yang menurutnya benar-benar dramatis. Rasan
Terakhir Diperbarui: 2025-01-28
Chapter: 35. Rasa Tanpa Kata (3)
Sepintar-pintarnya manusia merencanakan, akan selalu kalah dengan rencana Tuhan. Itulah yang dialami Adit yang mulai emosi begitu tahu kalau tiket Pasar Senen-Yogyakarta habis. Dan tiket pertama yang tersisa dengan tujuan Yogja adalah hari Senin pagi. Gila kan!! Iya sih, ini kan malam minggu. Malam akhir pekan dan liburan sejuta umat di dunia. Dia nyaris mengutuk gadis di depannya yang dengan bodohnya membawanya pergi tapi tidak bertanggungjawab memulangkannya.“Maaf, Diiiiit!!! Aku lupaa.” Aya sudah mulai kembali seperti semula. Ribut sendiri dengan kepikunannya.“Ishh! Kapan sih lo nggak lupa?!! Beli tiket pergi kenapa nggak sekalian tiket pulang?!!”"Nggak setiap hari lhoo, aku lupaa. Kemarin kan mendadak!"Aya merengut dengan tampang bersalah. “Trus sekarang gimana?” Digigit ujung bibirnya takut. Dia nggak punya kawan dekat di Jakarta, saudara pun sudah nggak ada yang tinggal di Jakarta. Lebih tepatnya, Aya su
Terakhir Diperbarui: 2025-01-27
Chapter: 34. Rasa Tanpa Kata (2)
“Makam?” Adit mengernyit ragu begitu Aya menghentikan taksi online yang mereka tumpangi. Dua puluh menit perjalanan dari tempat mereka semula. Mungkin tempat ini menjadi satu-satunya tempat di Jakarta yang masih sunyi dengan wangi kamboja yang menyengat.“Aku mau mengunjungi Papa sebentar. Itu alasan kenapa aku ke Jakarta. Till now, I’m still missing him so much.”Adit memilih tidak menimpali, hanya mengangguk pelan. Ashar baru saja berakhir. Tapi panas matahari masih menyengat di kulit Adit. Dilangkahkan kaki jenjangnya mengikuti langkah kecil Aya menyusuri makam. Makam itu sudah sepi. Iya sih, sudah sore juga. Serem juga sebenarnya kalau sore-sore di sini. Kali ini dia tidak protes atau mengeluh saat Aya terdiam cukup lama. Hanya memandangi makam di depannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Adel nggak punya ayah sejak lahir, meninggalkan Ibu dan anaknya entah ke mana. Mereka berdua juga dari keluarga
Terakhir Diperbarui: 2025-01-26
Chapter: 34. Rasa Tanpa Kata (1)
Kesel! Itu komentar Adit begitu mengekor ke mana cewek ini melangkah. Sumpah dia capek banget setelah 10 jam duduk kepanasan di kereta. Setelah sholat dan menikmati pecel lele di warung dekat stasiun tadi pagi, Adit makin merasa kalau cewek itu tengah menculiknya (dan sekarang mengabaikannya). Mereka menyusuri jalanan panas, berdebu dan penuh polusi Jakarta . Menyusuri gang-gang sempit, becek dengan kaki dan tubuh yang nyaris pingsan. Apalagi Aya terus membisu sejak tadi. Kayaknya, Aya sedang berniat ngacangin Adit, deh!Brak!!“Agh!! Kenapa mendadak berhenti sih?!!” Adit gondok.Aya tengah berdiri mematung di depan sebuah rumah. Rumah dua lantai yang cukup megah jika dilihat dari sudut pandang Adit. Cat putih dan abu-abunya menampilkan kesan klasik. Halamannya luas. Dengan sebuah air mancur di tepi sebelah kiri. Beberapa anggur merambat hingga balik pagar jeruji yang membatasi rumah itu dengan jalan. Jarang sekali orang punya halaman seluas ini di Jakarta kalau bukan orang tajir gila
Terakhir Diperbarui: 2025-01-25
Chapter: 33. Journey (6)
“Cuma?! Kamu bisa ngomong segampang itu karena kamu anak pejabat BUMN, Dit. Apa yang kamu minta pasti dapet. Dengan mudahnya kamu bisa ngedapetin apa yang kamu mau. Serasa dunia berpihak padamu kan?! Tapi nggak semua orang itu kamu, Dit. Yang bisa dengan gampangnya ngedapetin kertas brengsek yang kamu anggap ‘cuma’,” suara Aya meninggi. Bahkan beberapa orang yang masih terjaga mulai melongok bangku mereka.Mulut Adit nganga begitu sadar kalau pipi cewek di depannya ternyata sudah basah. Dia nangis? Seriusan?!“Emang, Dit. Uang itu cuma benda brengsek yang bikin orang cacat rela mengemis di jalanan, membuat si miskin nggak sanggup makan beras, bahkan rela membuat seorang perempuan ngejual harga dirinya. Itu juga karena uang. Dan benda itu yang membuat gue membuang harga diri gue buat pekerjaan yang lo pikir malu-maluin. Ah, buat kerjaan yang menurut lo menjijikkan. Iya kan?!”Air mata Aya benar-benar
Terakhir Diperbarui: 2025-01-24
Chapter: 32. Journey (5)
“Maaf ya, Dit…”Adit membuka matanya pelan, setengah mati menahan kantuk yang sudah melanda dari tadi. Dilirik arlojinya. Lewat tengah malam. Nyaris semua penumpang sudah pulas. Perjalanan belum sampai separuh dan kereta sudah benar-benar sunyi. Hanya decit roda beradu dengan rel yang terdengar, mengalahkan dengkuran halus seorang bapak yang duduk di sebelah Adit.“…aku pingin cerita ke seseorang. Semuanya tentang hidupku yang nggak pernah baik-baik saja. Tapi aku nggak pernah bisa. Aku nggak pernah menemukan orang yang bisa kupercaya. Dan hidupku adalah titik kelemahanku, Dit.”“Trus, lo mau cerita ke gue?”Aya menggeleng.Adit langsung melek lalu bengong. Trus apa gunanya gue duduk sampai pantat tepos di sini? Hadehhh, kereta bisnis jarak jauh meamang bikin badan meriang semua.“Aku…,” mata Aya lurus menatap Adit. Memohon sedikit pengertian. “…setidaknya, aku butuh seseorang untuk berbagi tentang siapa sebenarnya diriku. Itu sih…”Ada sesuatu yang melesak cepat di pembuluh darah Adi
Terakhir Diperbarui: 2025-01-23
Anda juga akan menyukai
Cinta & Persahabatan
Cinta & Persahabatan
Young Adult · Kha Aang
4.2K Dibaca
Penyesalan tanpa Akhir
Penyesalan tanpa Akhir
Young Adult · Na Shinta
4.2K Dibaca
Mendadak Kaya
Mendadak Kaya
Young Adult · Flamingboo
4.1K Dibaca
OGAH MARRIED!
OGAH MARRIED!
Young Adult · Marthino Mawikere
4.0K Dibaca
Lilac Calilac Tale
Lilac Calilac Tale
Young Adult · Ailana Misha
4.0K Dibaca
Beside You
Beside You
Young Adult · Sung Rae Ri
4.0K Dibaca
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status