Sudah satu minggu berlalu sejak kepindahan Felix ke SMA Antariksa Jakarta. Kini, perlahan Felix sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman-temannya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Felix. Mulai dari apa yang harus ia lakukan di sekolah seperti mengikuti berbagai organisasi dan berusaha menjadi salah satu murid berprestasi di sana. Beruntungnya dua bulan lagi Felix akan menginjak kelas 12, sehingga ia tidak diwajibkan untuk mengikuti organisasi di sekolah. Selain itu, para murid juga diharuskan untuk menjaga nama baik sekolah dengan tidak bertingkah seenaknya sendiri. Selain beberapa hal yang harus dilakukan di sekolah, terdapat pula beberapa hal yang tidak boleh dilakukan olehnya ketika berada di sekolah.
Pertama, para murid sangat dilarang keras untuk menyontek saat sedang ulangan harian dan ujian akhir. Guru di sana akan memberikan hukuman yang berat jika terdapat murid yang ketahuan menyontek. Kedua, para murid dilarang membawa kendaraan roda empat seperti mobil. Mereka hanya diperbolehkan membawa kendaraan roda dua seperti sepeda dan motor ke sekolah. Ketiga, para murid sangat dilarang keras untuk menggunakan obat-obatan terlarang. Jika mereka ketahuan, maka kepala sekolah akan segera mengeluarkan murid tersebut tanpa terkecuali. Hal itu berlaku juga bagi murid yang ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Namun, hukumannya tidak sampai dikeluarkan dari sekolah, melainkan hanya diskors selama tiga hari.
Felix sudah diwanti-wanti oleh Haris untuk tidak mengeluarkan rokok ketika sedang berada di sekolah seperti tempo hari. Haris juga memperingati teman Australianya ini untuk tidak membawa mobil ke sekolah. Hal itu karena Felix pernah sekali membawa mobil ke sekolah pada hari ketiga sejak ia pindah ke sekolah ini. Untung saja ia memarkirkan mobilnya di depan minimarket dekat sekolah. Haris tidak bisa membayangkan jika Felix memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Murid yang baru pindah selama tiga hari ini pasti sudah mendapat hukuman dari guru. Setelah Haris memberitahu apa saja peraturan yang ada di sekolah, Felix perlahan mulai menaati peraturan meskipun sesekali masih melanggarnya.
Seperti sekarang, Felix sedang mengisap sebatang rokok yang bertengger di bibirnya. Felix dengan santai merokok di toilet laki-laki ketika sedang berlangsungnya pelajaran dan ia berkedok dengan izin ke toilet karena perutnya sakit akibat diare. Haris yang tahu apa yang akan Felix lakukan di toilet segera memperingati temannya itu untuk berhati-hati agar tidak ketahuan oleh guru atau murid lainnya. Felix mengangguk ketika Haris menatapnya dengan tatapan galak campur khawatir. Ia tidak mau jika teman barunya mendapat masalah karena perbuatannya yang melanggar aturan.
Setelah menghabiskan satu batang rokok, Felix segera beralih menuju ke kantin untuk sekadar membeli permen supaya teman-temannya tidak curiga kepadanya karena napasnya agak bau asap rokok. Ternyata ketika ia sedang berjalan menuju kelas tiba-tiba bel istirahat berbunyi. Felix pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas dan duduk di salah satu bangku kantin yang kosong. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas yang artinya sudah waktunya jam makan siang. Ia kemudian memesan nasi goreng sebagai menu makan siangnya dan ditemani dengan segelas es jeruk yang menyegarkan tenggorokannya.
Terlihat dari jauh ada Haris, Putra, dan Hugo yang sedang berjalan ke arah Felix. Mereka bertiga segera menyusul teman barunya yang sedang asik memakan nasi goreng sambil memainkan ponselnya.
“Woy, ke mana aja lo. Bukannya masuk kelas malah enak-enakan makan di kantin,” tukas Putra. Ia kemudian duduk di sebelah Felix dan diikuti oleh Haris dan Hugo yang duduk di hadapannya.
“Gue udah mau ke kelas, tapi tiba-tiba bel istirahat bunyi. Ya udah deh gue langsung ke sini karena laper,” jawab Felix yang masih fokus dengan ponselnya.
Haris menggelengkan kepalanya dan menyeruput es jeruk milik Felix, “Ngerokok di toilet lagi kan lo?”
Ucapan Haris membuat Putra dan Hugo sontak kaget. Mereka berdua jelas belum mengetahui kebiasaan Felix akhir-akhir ini di sekolah karena hanya Haris yang tahu dan ia tidak mengatakannya kepada siapa pun. Putra lantas menatap Haris dan Felix bergantian. Bisa-bisanya orang paling gercep di sekolah ini tidak mengetahui jika teman sebangkunya sendiri suka merokok di toilet.
“Kok gue baru tau, sih?” omel Putra.
Haris menggelengkan kepalanya dan menjelaskan kepada mereka berdua, “Ini si Felix lagi doyan ngerokok di toilet. Lo pada tau kan kalau akhir-akhir ini dia sering izin ke toilet dan baliknya lama? Ya itu karena dia lagi ngerokok di sana,” jelasnya. Hal itu membuat Putra dan Hugo tambah kaget.
“Nyali lo gede sumpah, Lix,” komentar Hugo. Bagaimana tidak, seorang murid pindahan yang belum genap satu bulan di sekolah sudah berani melakukan tindakan yang sudah jelas dilarang di sini.
Berbeda dengan Hugo, Putra malah menanggapinya dengan candaan, “Kenapa nggak bilang coba. Kalau gitu kan gue jadinya mau ikut,” ujar Putra. Haris dan Hugo hanya menggelengkan kepala melihat dua temannya ini.
“Yuk. Besok mau?” tawar Felix. Hal itu lantas membuat Haris memukul kepala Felix dan Putra.
“Kalau mau bego jangan ajak-ajak, Lix. Dah yuk, Go, mending kita salat zuhur aja. Bentar lagi azan,” ucap Haris. Hugo mengangguk dan segera berdiri dari bangkunya diikuti oleh Haris.
Putra kemudian juga mengikuti Haris dan Hugo bangkit dari bangkunya, “Gue ikut. Duluan, ya, Lix.”
Mereka bertiga kemudian bergegas menuju ke masjid dan meninggalkan Felix seorang diri. Felix tidak ikut dengan Haris, Putra, dan Hugo karena mereka berbeda keyakinan. Oleh karena itu, Felix kini hanya duduk sendirian di kantin sambil menghabiskan makanannya. Beberapa menit kemudian setelah makanannya habis, Felix beranjak menuju kelas karena sebentar lagi waktu istirahat akan habis.
Ketika sedang berjalan di koridor sekolah, Felix tidak sengaja menabrak murid perempuan yang sedang membawa tumpukan kertas. Hal itu membuat tumpukan kertas berhamburan di lantai. Murid perempuan itu sepertinya sedang terburu-buru. Ia kemudian mendesah pelan dan segera berjongkok untuk mengambil kertas yang berserakan di lantai. Karena merasa bersalah, Felix pun ikut berjongkok membantu murid itu merapikan kertasnya. Murid perempuan itu lantas mendongak ke arah Felix dan diikuti oleh Felix dengan menatapnya balik. Tidak disangka jika murid perempuan itu adalah Lia, sahabat Marsha.
“Eh maaf, ya. Gue nggak sengaja,” ucap Felix kepada Lia. Hal itu membuat Lia malu karena saat ini ia berada dalam jarak yang cukup dekat dengan Felix.
“Iya nggak apa-apa kok,” jawab Lia kemudian segera menatap ke bawah karena takut jika Felix menyadari kalau pipinya sekarang berubah warna menjadi merah muda.
Setelah semua kertas sudah tertata rapi, mereka berdua segera berdiri. Sebelum Lia pamit pergi menuju ke ruang guru, Felix menahan tangan Lia.
“Lo temennya Marsha bukan?” tanya Felix kepada Lia.
Lia segera mengangguk, “Iya, kenapa?”
Felix melayangkan pertanyaan lagi kepada Lia yang saat ini sedang gugup di dalam hatinya, “Kenalin, gue Felix. Nama lo siapa?” ucapnya lalu mengulurkan tangannya kepada Lia untuk berjabat tangan.
Lia kemudian segera membalas uluran tangan dari Felix, “Lia, salam kenal, ya.”
“Ya udah, Lia. Kalau gitu gue balik duluan, ya. Maaf tadi bikin lo jadi kerepotan,” ujarnya sambil tersenyum. Lia yang disenyumi oleh Felix mendadak hatinya makin meleleh.
“No problem, gue juga balik duluan, Lix.” Felix dan Lia akhirnya pergi dengan arah yang berlawanan karena Felix menuju ke kelas sedangkan Lia menuju ke ruang guru.
Akhir-akhir ini Marsha disibukkan oleh adanya jadwal tambahan bimbel setiap pulang sekolah. Marsha berusaha untuk mengejar materi pelajaran supaya tidak ketinggalan karena satu minggu lagi ia akan mengikuti kegiatan study tour yang menghabiskan waktu hampir satu minggu. Setiap bel pulang sekolah berbunyi Marsha sudah siap dengan ransel di punggungnya serta paper bag yang berisi kumpulan soal dari bimbelnya. Biasanya ia berangkat dari sekolah menuju tempat bimbel menggunakan ojek online atau kadang bersama Haris. Namun, karena hari ini Haris ada kegiatan kerja kelompok akhirnya Marsha berangkat ke tempat bimbel dengan menggunakan ojek online.Ojek online yang dipesan oleh Marsha ternyata sudah berada di depan sekolah. Ia kemudian pamit kepada Lia untuk berangkat bimbel, “Li, gue duluan, ya.”Lia kemudian mengangguk, “Yuk keluar bareng. Kakak gue juga udah nungguin di depan.” Mereka berdua lalu bergegas
“Baik anak-anak, tugasnya dikumpulkan terakhir hari Sabtu sebelum kalian study tour, ya. Nanti tugasnya tinggal kalian letakan saja di meja Bapak,” jelas Pak Budi kepada para murid kelas 11 IPA 1. Beliau merupakan salah satu dari guru seni rupa yang ada di SMA Antariksa.“Untuk temanya bebas, Pak?” tanya Rendi selaku ketua kelas di 11 IPA 1.“Untuk tema kalian bebas memilih apa saja. Jika temanya semakin unik maka nanti nilai kalian semakin tinggi,” tambah Pak Budi. Para murid pun mengangguk menanggapi ucapan Pak Budi.“Baik kalau begitu Bapak sudahkan pelajaran hari ini karena sebentar lagi bel istirahat berbunyi. See you next time.” Setelah itu Pak Budi segera meninggalkan kelas 11 IPA 1.Para murid berhamburan dari tempat duduknya setelah Pak Budi keluar dari kelas. Hal yang sudah biasa Pak Budi lakukan ketika pelajarannya adalah mendahului istirahat sebelum bel berbunyi. Oleh karena itu
Langit sudah berubah warna menjadi jingga yang menandakan bahwa hari sudah semakin sore. Haris, Felix, dan Putra yang awalnya berniat untuk mengerjakan tugas dari Pak Budi malah berakhir dengan bermain game sampai sore. Kanvas berwarna putih yang bersandar di dinding itu masih belum ternodai oleh satu warna pun. Tiga empu yang sedang memegang stik permainan ini masih fokus menggerakkan jarinya. Mereka bertiga masih belum menyelesaikan game-nya.“Jam berapa sih sekarang?” tanya Haris kepada kedua temannya tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.Felix kemudian melihat jam yang ada di dinding, “Jam setengah enam.”Haris lantas berhenti menggerakkan jarinya dan menatap kedua temannya, “Parah! Kita belum ngerjain tugas Pak Budi!” Putra seketika menatap ke arah Haris, “Lah iya, bego!”Namun, berbeda dengan sang tuan rumah yang tidak peduli dan tetap fokus dalam permainan di layar televisi. Hal it
Semua murid kelas 11 IPA 1 kini telah meletakkan hasil tugas kelompok mereka yang diberikan oleh Pak Budi di atas meja masing-masing. Berbagai jenis tema yang dituangkan dalam kanvas menghiasi ruang kelas. Pak Budi kemudian menyuruh para murid untuk meletakkan hasil lukisan kelompok masing-masing ke lapangan basket untuk diberikan penilaian. Bukan hanya Pak Budi yang akan menilai, tetapi semua guru seni rupa yang ada di SMA Antariksa Jakarta juga akan ikut menilai karya murid milik kelas tersebut.Kelas 11 IPA 1 adalah kelas pertama yang telah menyelesaikan tugas melukis dengan media kanvas dari Pak Budi. Untuk kelas lainnya, Pak Budi memberikan kompensasi untuk mengumpulkan tugasnya setelah mereka pulang dari kegiatan study tour. Hal ini karena kelas milik Haris mendapatkan jadwal pelajaran yang lebih awal dibandingkan dengan kelas lainnya. Saat ini para murid sudah meletakkan hasil karya di lapangan yang akan segera dinilai oleh Pak Budi. Lima lukisan terbaik dari
Sepuluh bus wisata berukuran besar sudah terparkir rapi di halaman SMA Antariksa Jakarta. Para murid berbondong-bondong untuk masuk ke dalam aula indoor di sekolah. Sebelumnya, mereka berpamitan dengan orangtuanya dan berpelukan untuk melepas rindu nanti ketika mereka berada di Bali. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi yang artinya satu jam lagi bus akan segera berangkat.Para murid kini sedang berkumpul di aula indoor untuk diberikan pembekalan oleh kepala sekolah dan guru kesiswaan. Kepala sekolah memulai pembekalannya diawali dengan mengucapkan salam kemudian memberikan arahan kepada para murid. Beliau juga tidak lupa untuk memperingatkan kepada para murid agar berhati-hati dalam betindak dan bertingkah laku karena mereka akan mengunjungi daerah milik orang lain. Oleh karena itu, para murid harus menjaga tata karma dan perilaku ketika berada di Bali besok. Kemudian dilanjutkan oleh guru kesiswaan yang juga memberikan arahan kepada para murid ketika samp
Saat ini rombongan bus dari SMA Antariksa Jakarta sudah sampai di rest area yang terletak di dekat laut di pinggir kota Semarang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi yang artinya rombongan murid dan guru dipersilakan turun dari bus untuk istirahat dan sarapan. Beberapa murid segera berebut menuju ke toilet yang jumlahnya tidak banyak. Beberapa murid juga menuju ke dalam restoran yang sudah menyediakan sarapan untuk rombongan mereka. Marsha dan Lia mempunyai ide agar mereka tidak perlu berebut toilet dengan yang lain. Mereka berdua segera menuju ke masjid yang terletak di belakang restoran. Dan benar saja, di masjid tersebut tidak terlalu banyak murid yang mengantre di toilet karena beberapa dari mereka akan melaksanakan salat duha.Sesampainya di masjid Marsha dan Lia segera beralih ke toilet yang kosong. Mereka pun masuk dan mulai membersihkan diri setelah itu berwudu untuk melaksanakan salat duha. Setelah selesai salat, Marsha dan Lia beranjak ke restoran yang
Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi dan rombongan dari sepuluh bus kini sudah berjejer di parkiran pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Seluruh murid dipersilakan untuk turun dari bus dan berbaris sesuai kelas untuk segera masuk ke dalam kapal Feri. Para murid nantinya dibagi menjadi dua kapal karena satu kapal Feri hanya memuat seratus lima puluh penumpang sedangkan total rombongan adalah tiga ratus enam puluh orang.Sayangnya, Haris dan Marsha tidak bisa satu kapal karena kelas Marsha lebih dulu memasuki kapal pertama. Mereka hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di pelabuhan Gilimanuk Bali. Ternyata Marsha belum pernah menaiki kapal sebelumnya. Hal itu membuatnya kini merasakan mual akibat mabuk laut. Untungnya Lia sudah siap siaga membawa tas kecil berisi obat-obatan. Ia kemudian memberikan salah satu obat kepada Marsha untuk meredakan rasa mualnya. Setelah itu, perlahan mata Marsha mulai menutup karena pengaruh dari obat.Ia terlelap hingga tid
Hari ini sungguh hari yang cukup melelahkan. Rombongan study tour telah mengunjungi tiga pantai sekaligus. Setelah mengunjungi Pantai Tanah Lot, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Pura Luhur Uluwatu pada siang hari setelah makan siang. Pura Luhur Uluwatu merupakan pura Hindu yang terletak di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut. Pura ini berada di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali. Rombongan bus membutuhkan waktu selama satu setengah jam dari Tanah Lot untuk sampai di pura ini. Setelah selesai mengunjungi Pura Luhur Uluwatu, rombongan study tour kembali melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di sana.Rombongan telah sampai di Pantai Kuta pada sore hari. Para guru pun membebaskan murid untuk bermain dan bersantai di Pantai Kuta. Mereka memberikan waktu sampai jam tujuh malam untuk berada di pantai ini dan setelah itu melanjutkan p
Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada
Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec
Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela
Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem
Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol
Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y
"Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan
"Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat
"Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih