Home / Fiksi Remaja / Take Me Back to Switzerland / Chapter 10 : Buy One Get One

Share

Chapter 10 : Buy One Get One

Author: Crispy Spinach
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Langit sudah berubah warna menjadi jingga yang menandakan bahwa hari sudah semakin sore. Haris, Felix, dan Putra yang awalnya berniat untuk mengerjakan tugas dari Pak Budi malah berakhir dengan bermain game sampai sore. Kanvas berwarna putih yang bersandar di dinding itu masih belum ternodai oleh satu warna pun. Tiga empu yang sedang memegang stik permainan ini masih fokus menggerakkan jarinya. Mereka bertiga masih belum menyelesaikan game-nya.

“Jam berapa sih sekarang?” tanya Haris kepada kedua temannya tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.

Felix kemudian melihat jam yang ada di dinding, “Jam setengah enam.”

Haris lantas berhenti menggerakkan jarinya dan menatap kedua temannya, “Parah! Kita belum ngerjain tugas Pak Budi!” Putra seketika menatap ke arah Haris, “Lah iya, bego!”

Namun, berbeda dengan sang tuan rumah yang tidak peduli dan tetap fokus dalam permainan di layar televisi. Hal itu membuat Haris dan Putra segera meneriaki Felix, “Woy, Lix! Malah asyik sendiri, ini gimana jadinya?” tanya Putra. Kali ini ia merasa bersalah kepada ketiga temannya termasuk Hugo karena mengajak mereka bermain game. Akibatnya mereka tidak tahu jam dan terlalu larut dalam permainan.

“Aduh, pasti nanti Hugo pasti marah,” ucap Haris.

“Nggak mungkin marah lah, dia juga belum ikut ngelukis, kan. Besok ke rumah gue lagi ajakin Hugo biar selesai sekalian, hari Sabtu masih lama juga,” ucap Felix dengan santai. Ia tidak mengindahkan ucapan kedua temannya dan tetap fokus bermain dengan PS5-nya.

“Yaudah deh kalau gitu,” tukas Haris menanggapi ucapan Felix. Kemudian Putra hanya menganggukkan kepalanya setuju dan berkata, “Berarti lanjut lagi, nih?”

“Nggak ah, gue laper. Ada makanan nggak, Lix?” tanya Haris pada Felix. Ia kemudian menggelengkan kepalanya karena di rumahnya memang tidak ada makanan sama sekali. Kedua orangtuanya terlalu sibuk untuk sekadar memasak makanan di rumah sehingga anaknya sudah terbiasa untuk membeli makanan di luar atau memesan makanan melalui aplikasi ojek online.

“Makan di luar aja, yuk?” tawarnya kepada dua temannya yang sudah kelaparan. Haris dan Putra segera mengangguk mengiyakan. Mereka bertiga pun menyelesaikan kegiatan bermain game-nya dan bersiap untuk pergi ke luar mencari makanan.

Di sinilah mereka sekarang. Haris, Felix, dan Putra memutuskan untuk makan malam di salah satu mal di Jakarta. Ini merupakan usul dari Putra, ia mengatakan bahwa salah satu outlet yang ada di mal ini sedang mengadakan promo buy one get one. Hal itu tentu saja membuat Haris dan Felix tergiur dengan promonya. Meskipun mereka bertiga masih termasuk dari salah satu keluarga yang berkecukupan, tetapi yang namanya anak sekolah pasti tetap mengincar apa pun yang berbau dengan hal gratis.

Dan benar saja, ketika mereka bertiga sudah sampai di depan oulet tersebut telah banyak orang yang sedang mengantre dan mengincar promo yang diadakan di outlet tersebut. Putra bergegas mengantre di belakang orang terakhir dalam antrean. Ternyata para pembeli yang berada di luar sedang menunggu wishlist dari outlet tersebut. Ketika bangku di dalam ada yang kosong, maka orang yang berada di wishlist pertama akan segera masuk ke dalam. Felix kemudian menawarkan diri untuk mengantre wishlist agar kedua temannya bisa salat magrib karena azan magrib sudah berkumandang. Haris dan Putra pun menyetujui lalu mereka bergegas mencari musala yang ada di mal.

Waktu sudah lewat selama lima belas menit dan kini giliran Felix untuk masuk ke dalam karena sudah ada bangku yang kosong. Ia tidak langsung memesan makanan dan menunggu kedua temannya kembali dari salat. Beberapa menit kemudian terlihat Haris dan Putra sedang mencari keberadaan Felix, ia kemudian melambaikan tangannya ke arah Haris dan Putra. Mereka berdua segera mengahampiri Felix yang duduk di bangku pojok.

“Udah pesen makanan?” tanya Haris ketika baru sampai di depan Felix.

Felix menggelengkan kepalanya, “Belum, gue nungguin kalian balik.”

“Ya udah buruan pesen,” ucap Putra. Setelah menghabiskan waktu sekitar lima menit untuk memilih menu makan, Felix memanggil pelayan untuk menuliskan pesanan mereka bertiga.

“Udah bilang Hugo belum, Ris, kalau kita belum mulai ngelukis?” ujar Putra. Mereka bertiga juga harus memberitahu teman satu kelompoknya yang hari ini tidak ikut hadir bahwa mereka belum mengerjakan tugasnya sama sekali. Hal itu supaya besok Hugo tidak kaget ketika melihat kanvas putih itu belum tergores apa pun.

“Nih, otw.” Haris segera membuka ponselnya untuk memberikan pesan kepada Hugo.

Pelayan kemudian datang membawa empat piring dan empat gelas yang berisi makanan dan minuman ke meja mereka bertiga. Mereka mendapatkan empat piring dan empat gelas karena promo buy one get one, dengan satu sisanya akan dimakan bersama-sama. Haris lalu mengucapkan terima kasih kepada pelayan tersebut.

Tanpa aba-aba Putra langsung menyambar gelas yang ada di meja dan mengambil satu piring di depannya. Ia menyedot minuman yang ada di dalam gelas hanya sekali sedotan dan membuat satu isi gelasnya langsung habis.

“Ini minuman satunya lagi buat gue, ya. Hehehe,” Felix dan Haris hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Putra.

“Lo pada udah persiapan buat study tour belum?” tanya Haris.

“Emangnya study tour bawa apa aja, sih?” tanya Felix balik. Ia berpikir jika kegiatan study tour ini tidak ada spesial-spesialnya. Felix bahkan sudah pernah berlibur ke Bali selama dua kali di tahun ini.

“Ya bawa baju, bawa jajanan buat di perjalanan, bawa uang, yang paling penting sih bawa pacar,” jawab Putra.

Mungkin yang spesial dari study tour adalah bisa berduaan dengan sang kekasih lebih dekat apalagi di Bali mereka bisa mengambil foto dengan pemandangan yang indah. Akan tetapi, hal itu hanya berlaku bagi murid yang sudah memiliki pasangan. Hal tersebut tidak berlaku bagi murid yang masih jomlo. Mereka hanya bisa melihat teman-temannya berduaan bersama sang kekasih. Contohnya seperti Putra, ia hanya bisa melihat betapa mesranya ketika Haris berduaan dengan kekasihnya, Marsha.

“Makanya buruan cari cewek deh, Put. Gue kasihan lihat lo sendirian terus,” ucap Haris dan membuat Putra melirik sinis ke arahnya, “Tunggu aja, ya, besok. Waktu study tour gue udah gandeng cewek.”

Haris terkekeh mendengar jawaban Putra. Ia kemudian beralih ke arah Felix, “Kalau lo gimana, Lix? Sejauh ini udah ada yang menarik perhatian lo belum?” tanyanya pada Felix.

Felix hanya mengangkat bahunya, “Lihat aja besok.”

Tidak terasa mereka bertiga sudah menghabiskan waktu selama satu jam untuk makan. Perut Putra yang awalnya kecil kini sudah membesar sedikit karena ia telah memakan dua porsi makanan. Ya, lagi-lagi yang menghabiskan piring gratisan tersebut adalah Putra. Bukan karena Putra tamak, tetapi Haris dan Felix sudah kenyang duluan untuk menghabiskan piring gratisan mereka. Putra yang masih merasa lapar pun menawarkan diri untuk menghabiskannya. Saat ini Putra merasa begah dan sepertinya ia akan merasa mual jika berjalan.

“Habis ini mau ke mana?” tanya Putra.

“Balik lah, udah malem gini,” jawab Haris. Ia kemudian mengajak kedua temannya untuk pulang setelah membayar semua menu makan yang mereka pesan.

Saat ini mereka sedang berjalan menuju ke parkiran motor di mal. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, yang artinya mereka harus pulang ke rumah karena mereka masih mengenakan seragam, kecuali Felix yang sudah mengganti pakaiannya di rumah sebelum pergi. Ketika sedang berjalan sambil berbincang, mereka bertiga menangkap dua sosok perempuan yang tidak asing sedang mengobrol sambil meminum dua gelas es teh di tangannya. Mereka adalah Marsha dan Lia, yang saat ini juga sedang menatap ke arah Haris, Felix, dan Putra. 

“Kalian berdua ngapain di sini?” tanya Putra. Mereka bertiga pun segera mendekati Marsha dan Lia.

“Kalian berdua juga ngapain di sini? Katanya kamu lagi kerja kelompok kok malah main ke mal? Masih pakai seragam lagi,” ucap Marsha kepada mereka bertiga. Namun, ia lebih menekankan pertanyaannya kepada Haris.

“Udah kerja kelompok kok, Sha. Ini tadi si Putra ngajakin makan di luar,” ucap Haris menjawab pertanyaan kekasihnya itu dengan menggunakan Putra sebagai tameng. Marsha kemudian hanya menganggukkan kepalanya untuk membalas perkataan Haris.

“Nah, mending sekarang kamu pulang sama aku aja, Sha,” ajak Haris kepada kekasihnya. Putra yang awalnya membonceng Haris pun segera menolak, “Terus gue pulang sama siapa, Ris?”

“Kan ada Felix. Lix, lo anterin Putra balik, ya,” pinta Haris. Ia kemudian segera menggandeng tangan kekasihnya dan beranjak pergi dari sana, “Duluan, Guys.”

“Sialan, emang. Dasar bucin,” omel Lia yang sedari tadi hanya diam saja. Ia kemudian melirik ke arah Putra dan Felix, “Lo berdua pokoknya harus temenin gue pulang sampai ke rumah.”

Related chapters

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 11 : Before the Day

    Semua murid kelas 11 IPA 1 kini telah meletakkan hasil tugas kelompok mereka yang diberikan oleh Pak Budi di atas meja masing-masing. Berbagai jenis tema yang dituangkan dalam kanvas menghiasi ruang kelas. Pak Budi kemudian menyuruh para murid untuk meletakkan hasil lukisan kelompok masing-masing ke lapangan basket untuk diberikan penilaian. Bukan hanya Pak Budi yang akan menilai, tetapi semua guru seni rupa yang ada di SMA Antariksa Jakarta juga akan ikut menilai karya murid milik kelas tersebut.Kelas 11 IPA 1 adalah kelas pertama yang telah menyelesaikan tugas melukis dengan media kanvas dari Pak Budi. Untuk kelas lainnya, Pak Budi memberikan kompensasi untuk mengumpulkan tugasnya setelah mereka pulang dari kegiatan study tour. Hal ini karena kelas milik Haris mendapatkan jadwal pelajaran yang lebih awal dibandingkan dengan kelas lainnya. Saat ini para murid sudah meletakkan hasil karya di lapangan yang akan segera dinilai oleh Pak Budi. Lima lukisan terbaik dari

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 12 : The Day

    Sepuluh bus wisata berukuran besar sudah terparkir rapi di halaman SMA Antariksa Jakarta. Para murid berbondong-bondong untuk masuk ke dalam aula indoor di sekolah. Sebelumnya, mereka berpamitan dengan orangtuanya dan berpelukan untuk melepas rindu nanti ketika mereka berada di Bali. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi yang artinya satu jam lagi bus akan segera berangkat.Para murid kini sedang berkumpul di aula indoor untuk diberikan pembekalan oleh kepala sekolah dan guru kesiswaan. Kepala sekolah memulai pembekalannya diawali dengan mengucapkan salam kemudian memberikan arahan kepada para murid. Beliau juga tidak lupa untuk memperingatkan kepada para murid agar berhati-hati dalam betindak dan bertingkah laku karena mereka akan mengunjungi daerah milik orang lain. Oleh karena itu, para murid harus menjaga tata karma dan perilaku ketika berada di Bali besok. Kemudian dilanjutkan oleh guru kesiswaan yang juga memberikan arahan kepada para murid ketika samp

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 13 : On the Road

    Saat ini rombongan bus dari SMA Antariksa Jakarta sudah sampai di rest area yang terletak di dekat laut di pinggir kota Semarang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi yang artinya rombongan murid dan guru dipersilakan turun dari bus untuk istirahat dan sarapan. Beberapa murid segera berebut menuju ke toilet yang jumlahnya tidak banyak. Beberapa murid juga menuju ke dalam restoran yang sudah menyediakan sarapan untuk rombongan mereka. Marsha dan Lia mempunyai ide agar mereka tidak perlu berebut toilet dengan yang lain. Mereka berdua segera menuju ke masjid yang terletak di belakang restoran. Dan benar saja, di masjid tersebut tidak terlalu banyak murid yang mengantre di toilet karena beberapa dari mereka akan melaksanakan salat duha.Sesampainya di masjid Marsha dan Lia segera beralih ke toilet yang kosong. Mereka pun masuk dan mulai membersihkan diri setelah itu berwudu untuk melaksanakan salat duha. Setelah selesai salat, Marsha dan Lia beranjak ke restoran yang

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 14 : Bali Here We Go

    Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi dan rombongan dari sepuluh bus kini sudah berjejer di parkiran pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Seluruh murid dipersilakan untuk turun dari bus dan berbaris sesuai kelas untuk segera masuk ke dalam kapal Feri. Para murid nantinya dibagi menjadi dua kapal karena satu kapal Feri hanya memuat seratus lima puluh penumpang sedangkan total rombongan adalah tiga ratus enam puluh orang.Sayangnya, Haris dan Marsha tidak bisa satu kapal karena kelas Marsha lebih dulu memasuki kapal pertama. Mereka hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di pelabuhan Gilimanuk Bali. Ternyata Marsha belum pernah menaiki kapal sebelumnya. Hal itu membuatnya kini merasakan mual akibat mabuk laut. Untungnya Lia sudah siap siaga membawa tas kecil berisi obat-obatan. Ia kemudian memberikan salah satu obat kepada Marsha untuk meredakan rasa mualnya. Setelah itu, perlahan mata Marsha mulai menutup karena pengaruh dari obat.Ia terlelap hingga tid

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 15 : Night Walk

    Hari ini sungguh hari yang cukup melelahkan. Rombongan study tour telah mengunjungi tiga pantai sekaligus. Setelah mengunjungi Pantai Tanah Lot, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Pura Luhur Uluwatu pada siang hari setelah makan siang. Pura Luhur Uluwatu merupakan pura Hindu yang terletak di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut. Pura ini berada di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali. Rombongan bus membutuhkan waktu selama satu setengah jam dari Tanah Lot untuk sampai di pura ini. Setelah selesai mengunjungi Pura Luhur Uluwatu, rombongan study tour kembali melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di sana.Rombongan telah sampai di Pantai Kuta pada sore hari. Para guru pun membebaskan murid untuk bermain dan bersantai di Pantai Kuta. Mereka memberikan waktu sampai jam tujuh malam untuk berada di pantai ini dan setelah itu melanjutkan p

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 16 : Misunderstand

    “Kalian berdua ngapain?” Itu adalah suara Haris. Ia kini sedang berdiri di depan mereka dan menatap kedua insan yang awalnya sedang mengobrol hingga akhirnya kini mematung dan terdiam.“Marsha, aku tanya kamu sama Felix lagi ngapain?” tanya laki-laki itu sekali lagi yang saat ini sedang menatap Marsha tajam.“Ris, gue bisa jelasin,” timpal Felix yang sedari tadi hanya diam mematung. Haris yang awalnya sedang menatap Marsha kini beralih menatap Felix. “Perasaan tadi lo bilang mau nyusulin gue sama Putra. Gue juga minta tolong ajakin Hugo buat ikut. Kenapa lo malah bawa cewek gue, Lix?”Marsha lantas menundukkan kepalanya setelah mendengar suara Haris yang dingin. Marsha tahu saat ini Haris sedang marah sehingga ia tidak berani menjawab ucapan Haris bahkan menatapnya saja pun tidak berani. Felix mencoba untuk menjelaskan kesalahpahaman ini kepada temannya tetapi Haris sudah terlanjur marah. Ia pun segera menarik tang

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 17 : Sunset But It is Sad

    Senyum cerah mewarnai wajah Marsha. Wajah cantiknya kini sudah berseri tidak seperti saat pagi hari tadi. Hal ini disebabkan oleh hubungannya dengan Haris yang telah membaik. Bahkan ketika berada di Pura Ulun Danu mereka berdua menyempatkan diri untuk berfoto bersama. Ketiga teman mereka termasuk Lia, Putra, dan Hugo merasa lega apabila Haris dan Marsha sudah tidak bertikai seperti tadi malam. Akan tetapi, Felix belum menampakkan diri sejak di Kebun Raya Bedugul. Ia langsung memisahkan diri saat bus baru saja berhenti di parkiran. Felix kembali muncul jika bus akan segera berangkat menuju destinasi selanjutnya.Tujuan wisata selanjutnya adalah Garuda Wisnu Kencana Cultural Park yang berlokasi di Desa Ungasan, Kabupaten Badung Bali. Landmark ini berdiri dengan megah dan merupakan maskot Bali, yaitu patung Garuda Wisnu Kencana yang menggambarkan sosok Dewa Wisnu menunggangi Garuda. Patung ini mulai dibangun pada tahun 1997 oleh seniman I Nyoman Nuarta dengan t

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 18 : Worst Night

    Hari ini adalah hari terakhir kegiatan study tour. Para murid sudah dimintai oleh para guru untuk segera mengemas barang bawaan mereka setelah itu membawanya turun ke lobby dan mengembalikan kartu kamar hotel ke resepsionis. Setelah mereka selesai dengan barang bawaan dan perlengkapan lainnya, para guru lalu mempersilakan murid untuk sarapan sebelum berangkat menuju destinasi terakhir yaitu Bali Zoo dan diakhiri dengan mengunjungi pusat oleh-oleh Bali.Kebun binatang ini berlokasi di Jalan Raya Singapadu, Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Objek wisata ini menawarkan pengunjung untuk bisa berinteraksi langsung dan lebih dekat dengan satwa. Di Bali Zoo, jalur yang digunakan pengunjung untuk berjalan-jalan tertata dengan baik sehingga memudahkan pengunjung agar bisa menyaksikan aneka satwa tanpa khawatir akan tersesat. Selain itu, Bali Zoo juga dilengkapi dengan fasilitas lain, yaitu wahana air. Satwa di sini sangat bersih dan terawat

Latest chapter

  • Take Me Back to Switzerland    Epilog

    Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 95 : On Your Wedding Day

    Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 94 : Finally Meet

    Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 93 : Final Decision

    Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 92 : Back Down

    Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 91 : Denial

    Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 90 : Gone

    "Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 89 : Old Friend

    "Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 88 : Shockingly

    "Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih

DMCA.com Protection Status