Home / Fiksi Remaja / Take Me Back to Switzerland / Chapter 17 : Sunset But It is Sad

Share

Chapter 17 : Sunset But It is Sad

Author: Crispy Spinach
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Senyum cerah mewarnai wajah Marsha. Wajah cantiknya kini sudah berseri tidak seperti saat pagi hari tadi. Hal ini disebabkan oleh hubungannya dengan Haris yang telah membaik. Bahkan ketika berada di Pura Ulun Danu mereka berdua menyempatkan diri untuk berfoto bersama. Ketiga teman mereka termasuk Lia, Putra, dan Hugo merasa lega apabila Haris dan Marsha sudah tidak bertikai seperti tadi malam. Akan tetapi, Felix belum menampakkan diri sejak di Kebun Raya Bedugul. Ia langsung memisahkan diri saat bus baru saja berhenti di parkiran. Felix kembali muncul jika bus akan segera berangkat menuju destinasi selanjutnya.

Tujuan wisata selanjutnya adalah Garuda Wisnu Kencana Cultural Park yang berlokasi di Desa Ungasan, Kabupaten Badung Bali. Landmark ini berdiri dengan megah dan merupakan maskot Bali, yaitu patung Garuda Wisnu Kencana yang menggambarkan sosok Dewa Wisnu menunggangi Garuda. Patung ini mulai dibangun pada tahun 1997 oleh seniman I Nyoman Nuarta dengan tinggi 121 meter dan dibuka pada 22 September 2018. Selain patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda, di sini juga terdapat patung lainnya yaitu patung kepala Garuda setinggi 18 meter.

Para murid langsung berhamburan untuk berfoto di depan patung ketika sampai di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Lokasinya yang luas ini membuat beberapa murid memisahkan diri bersama dengan gerombolannya masing-masing. Marsha kini bersama Lia sedang berjalan di depan patung megah tersebut. Lia kemudian meminta kepada sahabatnya untuk mengambilkan gambar untuknya. Setelah melakukan beberapa gaya di depan kamera, Lia menyuruh Marsha untuk bergantian berfoto di depan patung. Marsha hanya menuruti perkataan Lia untuk bergaya di depan kamera. Mereka berdua menghabiskan waktu selama sepuluh menit untuk berfoto di depan patung. Selain itu, Marsha dan Lia juga berfoto bersama murid dengan murid kelas IPA 3 lainnya untuk diabadikan sebagai kenang-kenangan.

“Haris ke mana, ya, Li?” tanya Marsha kepada Lia. Perempuan itu belum melihat batang hidung kekasihnya sejak pertemuan terakhir mereka di Kebun Raya Bedugul.

“Lagi foto sama anak kelasnya kali, Sha. Mending kita keliling aja yuk,” ajak Lia.

Mereka berdua pun memisahkan diri dari rombongan kelas dan berjalan ke arah tempat yang dikelilingi oleh tebing kapur. Setelah menemukan spot foto baru, Lia segera bergaya di depan kamera lagi. Marsha sudah siap dengan kamera milik Lia yang dikalunginya. Sahabatnya ini rela membawa kamera kesayangannya untuk mengabadikan momen saat study tour. Terlihat dari jauh ada Felix yang sedang berjalan sendirian sambil memotret pemandangan sekitar dengan kamera di tangannya. Tanpa sadar Marsha kini sedang menatap ke arahnya dan Felix pun menyadari keberadaan Marsha langsung ikut menatap ke arahnya.

“Li, ada Felix tuh. Mau gue fotoin nggak?” ucap Marsha lalu mendekat ke Lia. Ia lantas beralih mencari keberadaan Felix setelah mendengar ucapan Marsha. Ketika kedua mata mereka berdua bertemu, Felix dan Lia saling melempar senyum satu sama lain. Felix pun terlihat sedang berjalan ke arah Marsha dan Lia.

“Berdua aja?” sapa Felix basa-basi.

“Iya nih, kalau lo kok sendirian aja, Lix?” tanya Lia balik.

“Iya, tadi gue misah sama yang lain. Mau ngefoto pemandangan yang ada di sini,” jawab Felix. Kedua perempuan itu mengangguk membalas ucapan Felix. Felix yang awalnya sedang menatap Lia kini beralih menatap Marsha.

“Udah foto sama Haris belum, Sha?” tanya laki-laki itu. Marsha lalu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Dia sekarang di mana sih? Dari tadi gue belum ketemu.”

“Tadi sih lagi duduk di rerumputan deket patung sama anak kelas kayaknya. Oh iya, Sha, maaf ya semalem jadi bikin masalah antara lo sama Haris,” ucap Felix. Ia belum sempat berbicara lagi dengan Marsha sejak kejadian tadi malam.

Marsha membalasnya dengan senyuman dan berkata, “Nggak apa-apa kok, Lix. Lagian itu bukan salah lo, cuma salah paham aja.”

“Bagus deh kalau gitu.” Felix lalu beralih ke kameranya dan memotret tebing kapur yang tampak aesthetic.

Marsha yang melihat kesempatan menyuruh Lia untuk segera mengambil foto bersama Felix sebelum akhirnya Felix pergi dan meninggalkan mereka berdua. Ia lalu memberikan kode kepada Lia, tetapi Lia malah menggelengkan kepalanya dengan cepat karena malu. Marsha pun dengan inisiatif sendiri menyuruh Felix untuk berfoto bersama tanpa adanya persetujuan dari Lia.

“Eh, pemandangannya lagi bagus nih, kalian berdua mau gue fotoin nggak?” tukas Marsha. Ucapannya seketika membuat Lia melotot kearah sahabatnya itu yang saat ini sedang tersenyum jahil.

Felix pun menengok ke arah mereka berdua, “Ayo, mau di mana?” timpal Felix.

“Di sini aja, background-nya tebing kapur kan bagus tuh,” jawab Marsha. Ia lalu menyuruh kedua insan tersebut untuk mengambil posisi di depan tebing kapur. Felix dan Lia pun menuruti perkataan Marsha dan segera berdiri berdampingan. Marsha kini sudah bersiap dengan kamera di tangannya.

“Nggak mau dirangkul lagi, Lix, kayak kemarin?” ledek Marsha. Hal itu membuat Lia melotot ke arahnya lagi dan berkata, “Buruan ah nggak usah banyak omong.”

Felix terkekeh mendengar ucapan Marsha dan Lia. Tanpa aba-aba tangannya kini sudah mendarat dengan mulus di bahu Lia dan membuat perempuan itu menjerit di dalam hati. Marsha sontak tertawa melihat apa yang laki-laki ini lakukan kepada sahabatnya.

“Mantap. Pepet terus, ya, Lix,” ucap Marsha setelah mengambil foto mereka berdua. Lia pun saat ini sudah menahan malu.

“Ya udah kalau gitu, gue tinggal duluan, ya,” ucap Felix berpamitan. Marsha dan Lia pun membalas ucapan Felix dan mempersilakannya pergi. Setelah kepergian Felix, Lia langsung mencubit lengan sahabatnya itu.

“Enak ya lo ngeledekin gue mulu,” tukasnya.

“Aww, sakit. Hahaha tapi lo juga seneng kan,” ledek Marsha sambil tertawa. Setelah itu, mereka berdua pun segera berjalan untuk melanjutkan berkeliling di area sekitar Garuda Wisnu Kencana yang luas tersebut.

Sepertinya para guru di SMA Antariksa Jakarta saat ini sedang berbaik hati kepada para muridnya. Bagaimana tidak, hari ini yang tadinya hanya mengunjungi dua objek wisata yaitu Kebun Raya Bedugul dan Garuda Wisnu Kencana Cultural Park tetapi ternyata para guru menambahkan bonus wisata untuk para murid dengan mengunjungi Pantai Jimbaran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat wisata sebelumnya. Terlebih lagi mereka akan mengunjungi pantai tersebut saat sore hari di mana Pantai Jimbaran terkenal dengan pemandangan sunset yang indah seperti di Pantai Kuta.

Para murid pun langsung berhamburan keluar dari bus untuk segera menuju ke pesisir pantai. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan sekitar tiga puluh menit matahari akan tenggelam. Beberapa murid ada yang hanya duduk di bibir pantai sambil mengobrol dengan teman di sebelahnya bahkan ada juga murid yang menyewa kursi panjang dan payung untuk bersantai dan menunggu sunset datang. Marsha dan Lia saat ini sedang duduk bersantai di salah satu tempat makan yang ada di pinggir pantai sambil meminum es kelapa muda yang diminum langsung dari kelapanya.

“Haris mana sih, ya. Dari tadi nggak kelihatan, gue chat juga belum dibales,” ucap Marsha.

“Baterainya low kali, dia nggak bisa bales chat dari lo,” timpal Lia yang kini sedang menyeruput es kelapa di depannya.

“Lo udah ada kontak Felix kan, Li? Tanyain dong dia di mana, siapa tau lagi bareng sama Haris. Sekalian foto berdua juga tuh bentar lagi kan sunset,” ucap Marsha kepada sahabatnya. Lia yang awalnya menolak ucapan Marsha kini beralih ke ponselnya untuk memberikan pesan kepada Felix. Ia merasa iba dengan sahabatnya ini karena belum bertemu dengan sang kekasih sejak tadi siang.

“Nih udah gue tanyain ke Felix,” tukas Lia menunjukkan bukti obrolannya dengan Felix kepada Marsha. Namun, tiba-tiba muncul panggilan telepon dari Felix ke ponsel Lia. Perempuan itu pun kaget dan Marsha menyuruh untuk segera mengangkatnya.

“Halo, Felix?” ucap Lia membuka obrolan.

“Halo, kalian berdua sekarang di mana?” tanya Felix to the point.

“Gue sama Marsha lagi duduk di kafe paling ujung. Kenapa, Lix?” tanya Lia.

“Gue ke sana sekarang, ya,” ucap Felix. Laki-laki itu lantas segera mematikan panggilannya.

“Kenapa, Li?” tanya Marsha kepada Lia begitu panggilannya terputus oleh Felix. Lia lalu mengangkat bahunya tidak tahu dan menjawab, “Nggak tau tuh, katanya dia mau nyusulin ke sini.”

Ketika Marsha dan Lia sedang berjalan menuju ke bibir pantai karena sebentar lagi matahari akan terbenam, tiba-tiba muncul Felix di hadapan mereka. Laki-laki tersenyum dan mengatakan, “Lo berdua di sini ternyata, tadi gue susulin ke kafe nggak ada.”

“Haris sama temen-temennya mana, Lix?” tanya Marsha yang sedari tadi sudah menunggu kekasihnya. Marsha pikir laki-laki itu akan datang menyusul bersama Felix, tetapi nyatanya ia hanya datang seorang diri.

Felix tidak membalas ucapan Marsha dan mengalihkan pembicaraannya, “Ke sana aja yuk,” ucap Felix. Marsha dan Lia pun akhirnya menuruti perkataan Felix dan mengikuti laki-laki itu yang sudah berjalan di depan.

Ketika sampai di bibir pantai, Marsha dan Lia mulai mengambil foto dari pemandangan indah yang diberikan oleh Pantai Jimbaran ini. Mereka berdua kemudian meminta tolong kepada Felix untuk mengambil foto mereka berdua. Setelah itu, Marsha menawarkan diri lagi kepada Felix dan Lia untuk mengambil foto mereka berdua. Kedua insan itu pun menerima tawaran Marsha dengan malu-malu. Langit saat ini berubah menjadi warna jingga yang sangat indah.

“Haris mana sih, dari tadi nggak kelihatan. Padahal sunset-nya lagi bagus banget,” cibir Marsha kepada dirinya sendiri.

“Sha, gue mau ngomong sesuatu. Tapi gue harap lo jangan marah,” ucap Felix dengan hati-hati.

“Ngomong apa?” tanya Marsha curiga.

“Sebenernya tadi gue lihat Haris lagi foto sama perempuan lain, waktu gue tanyain ke Putra katanya perempuan itu mantan Haris.” Felix kini menyalahkan dirinya sendiri karena telah salah berbicara kepada Marsha. Terlihat jelas jika mata perempuan itu menunjukkan amarah bahkan air mata sudah menggenang di pelupuknya.

Related chapters

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 18 : Worst Night

    Hari ini adalah hari terakhir kegiatan study tour. Para murid sudah dimintai oleh para guru untuk segera mengemas barang bawaan mereka setelah itu membawanya turun ke lobby dan mengembalikan kartu kamar hotel ke resepsionis. Setelah mereka selesai dengan barang bawaan dan perlengkapan lainnya, para guru lalu mempersilakan murid untuk sarapan sebelum berangkat menuju destinasi terakhir yaitu Bali Zoo dan diakhiri dengan mengunjungi pusat oleh-oleh Bali.Kebun binatang ini berlokasi di Jalan Raya Singapadu, Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Objek wisata ini menawarkan pengunjung untuk bisa berinteraksi langsung dan lebih dekat dengan satwa. Di Bali Zoo, jalur yang digunakan pengunjung untuk berjalan-jalan tertata dengan baik sehingga memudahkan pengunjung agar bisa menyaksikan aneka satwa tanpa khawatir akan tersesat. Selain itu, Bali Zoo juga dilengkapi dengan fasilitas lain, yaitu wahana air. Satwa di sini sangat bersih dan terawat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 19 : Apologize

    Dua hari setelah kegiatan study tour usai, para murid kelas 11 sudah mulai berangkat ke sekolah. Beberapa dari mereka kini sedang sibuk mengurus tugas seni rupa dari Pak Budi yang sudah menunggu di hadapan mereka. Seperti kelas IPA 3 atau kelas milik Marsha, hari Selasa ini kelas mereka mendapatkan jatah untuk mengumpulkan tugas dari Pak Budi. Semua murid sudah meletakkan hasil karya masing-masing di lapangan untuk segera dinilai oleh Pak Budi. Kelompok milik Marsha, Lia, Alina, dan Nadia mendapatkan nilai tertinggi di kelas sehingga lukisan mereka akan dipajang di dinding koridor sekolah. Semua itu berkat tangan jenius Marsha yang sangat lihai ketika memoleskan cat minyak di atas kanvas.Usai penilaian dari Pak Budi berakhir, kelompok dengan lima lukisan terbaik di kelasnya diperintahkan untuk meletakkan lukisan mereka di koridor kelas 11. Marsha, Lia, Alina, dan Nadia serta murid lainnya yang mendapatkan nilai terbaik segera menuju ke koridor kelas 11 tepatnya di d

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 20 : More Than Words

    Di hari yang sama, Felix kini sedang mengendarai motornya bersama dengan Lia yang membonceng di belakang. Selepas pulang sekolah, mereka berdua memiliki janji untuk pergi ke salah satu toko buku di mal yang ada di Jakarta. Sebenarnya itu adalah ajakan Lia, karena ia ingin membeli buku untuk persiapan ujian perguruan tinggi. Felix pun mengiyakan ajakan perempuan itu padahal sejujurnya ia belum memikirkan sama sekali tentang ujian perguruan tinggi yang akan datang.Mereka berdua kini sedang melihat-lihat buku yang ada di rak, lebih tepatnya Lia sedang menilik beberapa buku yang akan dibelinya. Felix hanya mengikuti perempuan itu di belakang dan sesekali membaca sampul buku yang menurutnya menarik. Jujur saja, Felix sangat tertarik dengan sesuatu yang berbau dengan sejarah, baik sejarah Indonesia maupun sejarah dunia. Meskipun kini ia berada di jurusan yang berbau alam, tetapi jiwa sosialnya tetap tinggi. Laki-laki itu kini sedang fokus membaca salah satu buku sejarah yang segel

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 21 : Moments

    Tiga hari telah berlalu sejak kegiatan yang dilakukan oleh Felix dan Lia sepulang sekolah tempo hari. Kini mereka menjadi lebih akrab dari pada sebelumnya. Bahkan Felix sudah mulai menjemput Lia pada pagi hari untuk berangkat sekolah bersama. Hubungan mereka pun juga diketahui oleh Marsha dan tentu saja teman-teman Felix, yaitu Haris, Putra, dan Hugo. Mereka sudah tidak heran lagi jika melihat kedua insan tersebut selalu bersama saat jam istirahat di kantin. Sama seperti hari ini, Lia sudah bersiap untuk menuju ke parkiran sekolah setelah bel pulang berbunyi dan segera menghampiri Felix yang sudah menunggunya. Marsha pun ikut bergegas bersama Lia menuju ke parkiran karena kekasihnya, Haris, juga sudah menunggu.Ketika Marsha dan Lia sudah sampai di parkiran, mereka melihat Haris dan Felix sedang berbincang dengan kedua temannya, Putra dan Hugo, yang juga berada di parkiran. Kedua perempuan itu lantas menghampiri keempat laki-laki yang sedang berbincang. Putra dan Hugo pun men

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 22 : Neighbour

    Hari minggu adalah hari santai bagi semua orang, termasuk Marsha. Akan tetapi, sepertinya kali ini dewi keberuntungan tidak berpihak kepada perempuan itu. Bagaimana tidak, ketika ia sedang asyik berpetualang di dalam mimpinya, terdengar suara bising motor dari sebelah rumahnya. Hal itu membuat Marsha terganggu dan segera bangun dari tidurnya. Ia kemudian turun ke lantai bawah dan menemui sang ibu yang sedang memasak sarapan di dapur. Marsha mengambil sepotong tempe goreng yang baru saja digoreng oleh ibunya. Ia lalu duduk di meja makan dan memperhatikan sang ibu yang sedang menumis sayuran.“Tetangga siapa sih, Ma? Berisik banget pagi-pagi,” ucap Marsha.Sang ibu, Indah, beralih menatap anak semata wayangnya dan berkata, “Nggak tau Mama, kayaknya tetangga baru deh. Coba kamu tengokin, Ca.” For your information, ketika di rumah Marsha biasa dipanggil Caca oleh ayah dan ibunya.“Nggak mau, Ma. Pasti dia anak nakal yang hobiny

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 23 : Ex

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh tetapi Haris belum juga berangkat menuju ke sekolah sedangkan hari ini adalah jadwalnya upacara. Saat ini ia sedang berada di depan minimarket yang cukup jauh dari sekolahnya. Haris sedang menunggu seseorang. Namun, sejak tadi orang tersebut belum datang juga. Padahal mereka sudah berjanji untuk berada di depan minimarket pukul enam pagi. Akan tetapi, Haris belum melihat batang hidung orang tersebut sejak tadi. Ia pun sudah menunggu selama tiga puluh menit lamanya. Akhirnya Haris memutuskan untuk pergi meninggalkan minimarket karena ia takut jika terlambat upacara dan akan dihukum. Ketika sedang menyalakan motornya, tiba-tiba orang yang ditunggu oleh Haris datang. Orang tersebut tampak seperti habis berlari karena banyak keringat bercucuran di dahinya.“Maaf gue datengnya telat,” ucap orang tersebut.“Buruan nanti telat ikut upacara,” ucap Haris singkat. Laki-laki itu lantas m

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 24 : Meet Up

    Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Marsha menyusul Haris ke parkiran untuk pulang bersama. Marsha baru saja mendapatkan kabar bahwa kedua orangtuanya akan menginap selama satu hari di rumah saudara mereka. Hal itu membuat Marsha sebagai anak tunggal merasa sedikit takut untuk berada di rumah sendirian. Oleh karena itu, Marsha meminta kekasihnya untuk menemani di rumah meskipun tidak sampai menginap. Perempuan itu juga sudah meminta izin kepada orangtuanya jika kekasihnya akan mampir ke rumah untuk menemaninya sampai malam.“Kita beli makanan dulu, soalnya di rumahku nggak ada makanan,” jawab Marsha.“Mau beli makan apa?” tanya Haris.“Hmm, ayam geprek mau nggak?” tanya Marsha. Haris lantas menyetujui dan menyuruh kekasihnya untuk naik ke atas motor. Setelah itu, mereka berdua segera pergi menuju ke rumah makan yang menjual ayam geprek. Mereka berdua tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah makan yang menjual a

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 25 : Disaster

    Haris dan Karina saat ini sedang duduk berhadapan di sebuah kafe. Karina meminta kepada Haris untuk menemuinya setelah kemarin laki-laki tersebut lupa untuk bertemu dengannya. Haris pun tidak mempunyai pilihan lagi dan terpaksa menuruti perintah Karina karena perempuan itu mengancam akan memberitahu hubungan mereka kepada Marsha jika Haris tidak mau bertemu dengannya. “Mau ngomong apa buruan,” tukas Haris. Ia sudah sangat malas jika mendengar Karina mengoceh tidak jelas. “Emangnya gue mau ngomong apa? Gue cuma mau kita ketemuan aja,” timpal Karina. “Ck, kemarin lo bilang ada sesuatu yang penting,” decak Haris. Karina tampak berpikir sejenak lalu berkata, “Oh itu. Nggak ada apa-apa. Kemarin gue cuma mau lo nemenin gue di rumah.” Haris kini benar-benar sudah muak dengan perempuan yang ada di depannya. Tangannya sudah mengepal di atas meja tetapi ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Karina yang melihat hal tersebut lantas tersenyum miring. Per

Latest chapter

  • Take Me Back to Switzerland    Epilog

    Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 95 : On Your Wedding Day

    Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 94 : Finally Meet

    Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 93 : Final Decision

    Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 92 : Back Down

    Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 91 : Denial

    Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 90 : Gone

    "Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 89 : Old Friend

    "Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 88 : Shockingly

    "Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih

DMCA.com Protection Status