Home / Fiksi Remaja / Take Me Back to Switzerland / Chapter 16 : Misunderstand

Share

Chapter 16 : Misunderstand

Author: Crispy Spinach
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

“Kalian berdua ngapain?” Itu adalah suara Haris. Ia kini sedang berdiri di depan mereka dan menatap kedua insan yang awalnya sedang mengobrol hingga akhirnya kini mematung dan terdiam.

“Marsha, aku tanya kamu sama Felix lagi ngapain?” tanya laki-laki itu sekali lagi yang saat ini sedang menatap Marsha tajam.

“Ris, gue bisa jelasin,” timpal Felix yang sedari tadi hanya diam mematung. Haris yang awalnya sedang menatap Marsha kini beralih menatap Felix. “Perasaan tadi lo bilang mau nyusulin gue sama Putra. Gue juga minta tolong ajakin Hugo buat ikut. Kenapa lo malah bawa cewek gue, Lix?”

Marsha lantas menundukkan kepalanya setelah mendengar suara Haris yang dingin. Marsha tahu saat ini Haris sedang marah sehingga ia tidak berani menjawab ucapan Haris bahkan menatapnya saja pun tidak berani. Felix mencoba untuk menjelaskan kesalahpahaman ini kepada temannya tetapi Haris sudah terlanjur marah. Ia pun segera menarik tangan Marsha agak kasar dan membawanya menjauhi Felix. Akhirnya Felix sendirian dan diam membisu. Beberapa saat kemudian muncul Putra yang terlihat keluar dari kafe dan berjalan menuju Felix.

“Lah? Haris mana? Hugo juga mana, Lix? Kok lo sendirian di sini?” tanya Putra bertubi-tubi ketika sampai di depan Felix.

Felix lalu mengusap wajahnya kasar dan mendengus, “Haris salah paham sama gue, Put,” ucapnya. Putra pun tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Felix dan berkata, “Salah paham gimana maksudnya?”

“Tadi gue jalan ke sini sama Marsha mau nyusulin lo berdua. Di belakang juga ada Lia sama Hugo tapi mereka lagi mampir ke minimarket. Haris ternyata ngelihat gue sama Marsha lagi ngobrol, gue belum sempet ngejelasin tapi dia udah bawa Marsha pergi duluan,” jelas Felix kepada teman di depannya. Putra pun hanya menganggukan kepala menanggapi ucapan Felix. Ia juga ikut khawatir dengan kondisi temannya saat ini.

Beberapa menit kemudian Hugo dan Lia datang menghampiri mereka berdua. Terlihat saat ini Lia membawa kantong plastik berisi makanan yang tadi ia beli lewat aplikasi ojek online bersama Marsha dan juga Hugo membawa kantong plastik berisi beberapa botol air mineral. Mereka berdua tampak bingung ketika hanya ada Putra dan Felix serta raut wajah mereka terlihat khawatir.

“Marsha sama Haris mana?” tanya Lia kepo.

“Haris salah paham sama Felix, Li. Bakalan panjang sih ini,” jawab Putra. Lia dan Hugo sontak saling menatap satu sama lain. Mereka merasa sedikit bersalah ketika meninggalkan Marsha dan Felix berjalan mendahului mereka hanya berdua yang menyebabkan kesalahpahaman kepada Haris. Karena mereka juga tahu bagaimana saat Haris sedang marah apalagi perkara orang ketiga.

Di sisi lain, Haris masih tetap menarik tangan Marsha dan berjalan menuju ke arah hotel. Tampaknya saat ini Haris terbakar oleh rasa cemburu dan kehilangan kendali di tubuhnya. Ia tidak sadar jika telah menarik tangan Marsha cukup kasar sehingga membuat tangan perempuan itu berubah menjadi kemerahan.

“Ris, aku bisa jelasin semuanya. Kamu itu salah paham,” ucap Marsha. Haris tidak mengindahkan ucapan Marsha. Ia masih menarik tangannya dan tetap berjalan.

“Ris, bisa dengerin aku sekali aja nggak?” ucap Marsha sekali lagi. Haris masih tetap tidak peduli dan terus berjalan.

“Ris, bisa lepasin nggak? Tanganku sakit,” ucap Marsha ketiga kalinya. Hal itu membuat Haris segera melepaskan cengkramannya terhadap tangan Marsha. Terlihat jelas bahwa kini tangan Marsha sudah berubah menjadi kemerahan akibat cengkraman kuat Haris. Wajah Haris yang awalnya dingin perlahan berubah menjadi hangat.

“Maaf,” ucapnya sepatah kata. Saat ini mereka sudah sampai di lobby hotel yang sudah sepi karena sekarang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

“Kamu langsung balik ke kamar, maaf nggak bisa nganterin.” Setelah mengucapkan beberapa kata Haris lantas meninggalkan Marsha yang kini sedang diam membisu sendirian di lobby hotel. Marsha bahkan belum mengucapkan sepatah kata pun kepada Haris sebelum laki-laki itu meninggalkannya.

Hari kedua study tour yang harusnya diawali dengan senyuman justru berkebalikan dengan kondisi Marsha saat ini. Ia terlihat tidak memiliki niat untuk mandi setelah bangun tidur sedangkan kedua teman kamarnya ini sudah siap dengan outfit cantiknya. Lia bahkan sudah mencoba untuk menghibur Marsha dengan memesan makanan favorit Marsha tetapi ia masih enggan untuk berbicara. Saat ini Marsha masih duduk di atas kasur sambil menonton televisi di depannya.

“Sha, kalau lo nggak enak badan nggak usah ikut nggak apa-apa. Nanti gue izinin ke guru,” ucap Lia hati-hati kepada Marsha.

Setelah mendengar ucapan Lia, Marsha segera beranjak menuju ke kamar mandi dan mengambil handuk di tasnya. Ia lalu berkata kepada dua temannya, “Lo berdua sarapan aja dulu di bawah, nanti gue nyusul.”

Lia dan Lana yang paham dengan kondisi Marsha saat ini mengangguk dan segera keluar menuju ke restoran hotel di lantai bawah untuk sarapan. Marsha hanya membutuhkan waktu selama lima menit untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Ia bahkan tidak menggunakan make up dan hanya menggunakan lipbalm saja. Pakaiannya saat ini bahkan tidak terlihat seperti orang akan berlibur, tetapi seperti orang yang sedang berada di rumah. Marsha hanya menggunakan celana jeans panjang berwarna biru terang dan hoodie hitam yang ia beli bersama Haris.

Marsha kemudian memberi pesan kepada Lia dan mengatakan bahwa dirinya akan langsung menuju bus dan tidak menyusul mereka ke restoran hotel. Ia segera beranjak menuju bus sesampainya di lobby. Terlihat bahwa masih banyak murid yang masih menikmati sarapan di hotel tetapi saat ini Marsha sedang tidak nafsu untuk makan. Ia lantas memasukkan earphone ke dalam telinganya dan segera menutup matanya.

Di lain tempat, Haris sedang melahap makanannya dengan tidak semangat. Hari ini ia terlihat tidak memiliki tenaga untuk memegang sendok di tangannya. Putra yang melihat tingkah sahabatnya ini hanya menggelengkan kepalanya. Ia kemudian beralih melihat ke meja lain dan terdapat Felix sedang melahap makanannya. Setelah kejadian semalam, Felix memutuskan untuk menjaga jarak dengan Haris dan kedua temannya. Ia lalu meminta tolong kepada Putra untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Haris. Hal itu karena jika Felix ingin menjelaskan kepada Haris laki-laki itu malah mengabaikannya. Maka dari itu, Felix meminta bantuan kepada Putra dan Hugo untuk menjelaskan kepada Haris.

“Yang semangat dong, kayak nggak ada semangat hidup aja,” ucap Putra berusaha mencairkan susasana yang sejak tadi hening.

“Emang,” ucap Haris singkat. Ia beranjak dari kursinya setelah menghabiskan makanan yang ada di meja dan beralih menuju ke bus. Putra dan Hugo kini hanya saling menatap satu sama lain.

“Lo aja yang jelasin ke Haris, Go. Kan lo yang tau kebenarannya,” timpal Putra kepada Hugo.

Hugo lantas menggelengkan kepalanya dan berkata, “Haris kalau lagi marah nyeremin, gue jadi takut mau ngomong,” jawab Hugo.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Putra dan Hugo beranjak dari kursi dan menuju ke bus menyusul Haris. Felix yang melihat kedua orang tersebut akan pergi segera berdiri dan menghampiri mereka berdua.

“Go, gue nanti duduk sama lo dulu, ya,” pinta Felix. Hugo pun mengangguk membalas ucapan Felix. Mereka berdua kemudian melanjutkan jalannya dan diikuti oleh Felix yang beberapa langkah berada di belakangnya.

Hari ini rombongan study tour akan mengunjungi dua tempat wisata di Bali. Pagi ini mereka akan mengawali perjalanan dengan mengunjungi Kebun Raya Bedugul sekaligus Pura Ulun Danu Danau Beratan yang terletak Candikuning, Kabupaten Tabanan Bali. Lokasi Kebun Raya Bedugul dan Pura Ulun Danu Danau Beratan ini berdekatan dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk mengunjungi satu sama lain. Kebun Raya Bedugul merupakan salah satu botanical garden dengan luas sekitar 157,5 hektare dan merupakan yang terluas di Indonesia. Di dalam kebun ini terdapat berbagai macam tumbuhan dan pepohonan yang tinggi. Di sini juga menyewakan mobil tanpa pintu bagi yang ingin berkeliling tanpa lelah berjalan.

Saat ini rombongan study tour sudah berpencar di Kebun Raya Bedugul. Beberapa dari mereka bahkan ada yang menyewa mobil agar tidak lelah berjalan kaki. Marsha kini hanya berdua dengan Lia. Mereka sedang duduk di rumput di bawah pepohonan yang rindang. Lia sejak awal sudah memiliki ide untuk membawa kain berbentuk persegi empat yang tidak terlalu besar. Ia membawanya untuk berjaga-jaga jika nanti ingin duduk di rerumputan agar pakaian dan celananya tidak kotor. Lia sudah menggelar kain itu dan mengajak Marsha untuk ikut duduk bersamanya. Marsha lantas beranjak ke atas kain dan segera berbaring di sebelah Lia.

“Kalau nggak kuat ditahan cerita aja sama gue, Sha,” ucap Lia memecahkan suasana yang tadinya hening.

“Cerita apa emang? Kalau masalah semalem lo juga udah tau, kan,” jawab Marsha. Ia kini sedang menatap ke arah langit yang menampakkan awan dan langit berwarna biru muda yang indah.

“Ya maksud gue kali aja ada unek-unek yang mau lo sampaiin ke gue,” timpal Lia. Marsha kini tampak sedang berpikir, “Unek-unek? Gue males aja kalau sifat cemburu Haris keluar. Terlalu berlebihan menurut gue,” ucap Marsha.

“Itu tandanya dia beneran sayang sama lo, Sha,” ucap Lia menambahi.

“Tapi nggak sampai kayak gitu juga kan, Li? Dia kalau marah gara-gara cemburu tuh bisa sampai seminggu, gue yang males,” ujar Marsha. Lia pun diam dan tidak lagi menanggapi ucapan Marsha karena ucapan sahabatnya itu memang benar adanya. Ia tahu karena Marsha sudah pernah mengalaminya beberapa kali.

Terlihat dari jauh terdapat Haris beserta kedua temannya yang sedang berjalan ke arah mereka berdua. Marsha yang awalnya sedang berbaring pun segera bangun dan duduk. Ketika mereka sudah sampai Haris lantas duduk di sebelah Marsha.

“Geseran dong,” ucap Haris memulai obrolan. Marsha kemudian langsung bergeser ketika mendengar ucapan Haris.

“Nah gitu dong akur, kan gue jadi enak ngelihatnya,” tukas Putra. Ia dan Hugo pun segera ikut duduk tetapi bukan di atas kain milik Lia karena tidak cukup jika memuat mereka semua.

 “Maaf soal semalem, ya. Aku salah paham,” ucap Haris. Ia kini beralih menatap Marsha di sebelahnya sedangkan Marsha hanya mengangguk dan tetap menatap ke arah depan.

“Aku juga minta maaf nggak sempet bilang ke kamu sebelumnya,” tambah Marsha. Haris pun mengangguk dan tersenyum mendengar ucapan maaf dari Marsha. Ia lalu beralih menggenggam tangan Marsha. Haris tidak sadar jika saat ini terdapat tiga orang yang sedang melihat apa yang dia lakukan. Ketiga orang itu pun memutar bola matanya malas.

“Udah akur, ya. Serasa yang ada di dunia ini cuma lo berdua, yang lain mah ngontrak,” tukas Putra.

Kaugnay na kabanata

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 17 : Sunset But It is Sad

    Senyum cerah mewarnai wajah Marsha. Wajah cantiknya kini sudah berseri tidak seperti saat pagi hari tadi. Hal ini disebabkan oleh hubungannya dengan Haris yang telah membaik. Bahkan ketika berada di Pura Ulun Danu mereka berdua menyempatkan diri untuk berfoto bersama. Ketiga teman mereka termasuk Lia, Putra, dan Hugo merasa lega apabila Haris dan Marsha sudah tidak bertikai seperti tadi malam. Akan tetapi, Felix belum menampakkan diri sejak di Kebun Raya Bedugul. Ia langsung memisahkan diri saat bus baru saja berhenti di parkiran. Felix kembali muncul jika bus akan segera berangkat menuju destinasi selanjutnya.Tujuan wisata selanjutnya adalah Garuda Wisnu Kencana Cultural Park yang berlokasi di Desa Ungasan, Kabupaten Badung Bali. Landmark ini berdiri dengan megah dan merupakan maskot Bali, yaitu patung Garuda Wisnu Kencana yang menggambarkan sosok Dewa Wisnu menunggangi Garuda. Patung ini mulai dibangun pada tahun 1997 oleh seniman I Nyoman Nuarta dengan t

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 18 : Worst Night

    Hari ini adalah hari terakhir kegiatan study tour. Para murid sudah dimintai oleh para guru untuk segera mengemas barang bawaan mereka setelah itu membawanya turun ke lobby dan mengembalikan kartu kamar hotel ke resepsionis. Setelah mereka selesai dengan barang bawaan dan perlengkapan lainnya, para guru lalu mempersilakan murid untuk sarapan sebelum berangkat menuju destinasi terakhir yaitu Bali Zoo dan diakhiri dengan mengunjungi pusat oleh-oleh Bali.Kebun binatang ini berlokasi di Jalan Raya Singapadu, Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Objek wisata ini menawarkan pengunjung untuk bisa berinteraksi langsung dan lebih dekat dengan satwa. Di Bali Zoo, jalur yang digunakan pengunjung untuk berjalan-jalan tertata dengan baik sehingga memudahkan pengunjung agar bisa menyaksikan aneka satwa tanpa khawatir akan tersesat. Selain itu, Bali Zoo juga dilengkapi dengan fasilitas lain, yaitu wahana air. Satwa di sini sangat bersih dan terawat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 19 : Apologize

    Dua hari setelah kegiatan study tour usai, para murid kelas 11 sudah mulai berangkat ke sekolah. Beberapa dari mereka kini sedang sibuk mengurus tugas seni rupa dari Pak Budi yang sudah menunggu di hadapan mereka. Seperti kelas IPA 3 atau kelas milik Marsha, hari Selasa ini kelas mereka mendapatkan jatah untuk mengumpulkan tugas dari Pak Budi. Semua murid sudah meletakkan hasil karya masing-masing di lapangan untuk segera dinilai oleh Pak Budi. Kelompok milik Marsha, Lia, Alina, dan Nadia mendapatkan nilai tertinggi di kelas sehingga lukisan mereka akan dipajang di dinding koridor sekolah. Semua itu berkat tangan jenius Marsha yang sangat lihai ketika memoleskan cat minyak di atas kanvas.Usai penilaian dari Pak Budi berakhir, kelompok dengan lima lukisan terbaik di kelasnya diperintahkan untuk meletakkan lukisan mereka di koridor kelas 11. Marsha, Lia, Alina, dan Nadia serta murid lainnya yang mendapatkan nilai terbaik segera menuju ke koridor kelas 11 tepatnya di d

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 20 : More Than Words

    Di hari yang sama, Felix kini sedang mengendarai motornya bersama dengan Lia yang membonceng di belakang. Selepas pulang sekolah, mereka berdua memiliki janji untuk pergi ke salah satu toko buku di mal yang ada di Jakarta. Sebenarnya itu adalah ajakan Lia, karena ia ingin membeli buku untuk persiapan ujian perguruan tinggi. Felix pun mengiyakan ajakan perempuan itu padahal sejujurnya ia belum memikirkan sama sekali tentang ujian perguruan tinggi yang akan datang.Mereka berdua kini sedang melihat-lihat buku yang ada di rak, lebih tepatnya Lia sedang menilik beberapa buku yang akan dibelinya. Felix hanya mengikuti perempuan itu di belakang dan sesekali membaca sampul buku yang menurutnya menarik. Jujur saja, Felix sangat tertarik dengan sesuatu yang berbau dengan sejarah, baik sejarah Indonesia maupun sejarah dunia. Meskipun kini ia berada di jurusan yang berbau alam, tetapi jiwa sosialnya tetap tinggi. Laki-laki itu kini sedang fokus membaca salah satu buku sejarah yang segel

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 21 : Moments

    Tiga hari telah berlalu sejak kegiatan yang dilakukan oleh Felix dan Lia sepulang sekolah tempo hari. Kini mereka menjadi lebih akrab dari pada sebelumnya. Bahkan Felix sudah mulai menjemput Lia pada pagi hari untuk berangkat sekolah bersama. Hubungan mereka pun juga diketahui oleh Marsha dan tentu saja teman-teman Felix, yaitu Haris, Putra, dan Hugo. Mereka sudah tidak heran lagi jika melihat kedua insan tersebut selalu bersama saat jam istirahat di kantin. Sama seperti hari ini, Lia sudah bersiap untuk menuju ke parkiran sekolah setelah bel pulang berbunyi dan segera menghampiri Felix yang sudah menunggunya. Marsha pun ikut bergegas bersama Lia menuju ke parkiran karena kekasihnya, Haris, juga sudah menunggu.Ketika Marsha dan Lia sudah sampai di parkiran, mereka melihat Haris dan Felix sedang berbincang dengan kedua temannya, Putra dan Hugo, yang juga berada di parkiran. Kedua perempuan itu lantas menghampiri keempat laki-laki yang sedang berbincang. Putra dan Hugo pun men

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 22 : Neighbour

    Hari minggu adalah hari santai bagi semua orang, termasuk Marsha. Akan tetapi, sepertinya kali ini dewi keberuntungan tidak berpihak kepada perempuan itu. Bagaimana tidak, ketika ia sedang asyik berpetualang di dalam mimpinya, terdengar suara bising motor dari sebelah rumahnya. Hal itu membuat Marsha terganggu dan segera bangun dari tidurnya. Ia kemudian turun ke lantai bawah dan menemui sang ibu yang sedang memasak sarapan di dapur. Marsha mengambil sepotong tempe goreng yang baru saja digoreng oleh ibunya. Ia lalu duduk di meja makan dan memperhatikan sang ibu yang sedang menumis sayuran.“Tetangga siapa sih, Ma? Berisik banget pagi-pagi,” ucap Marsha.Sang ibu, Indah, beralih menatap anak semata wayangnya dan berkata, “Nggak tau Mama, kayaknya tetangga baru deh. Coba kamu tengokin, Ca.” For your information, ketika di rumah Marsha biasa dipanggil Caca oleh ayah dan ibunya.“Nggak mau, Ma. Pasti dia anak nakal yang hobiny

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 23 : Ex

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh tetapi Haris belum juga berangkat menuju ke sekolah sedangkan hari ini adalah jadwalnya upacara. Saat ini ia sedang berada di depan minimarket yang cukup jauh dari sekolahnya. Haris sedang menunggu seseorang. Namun, sejak tadi orang tersebut belum datang juga. Padahal mereka sudah berjanji untuk berada di depan minimarket pukul enam pagi. Akan tetapi, Haris belum melihat batang hidung orang tersebut sejak tadi. Ia pun sudah menunggu selama tiga puluh menit lamanya. Akhirnya Haris memutuskan untuk pergi meninggalkan minimarket karena ia takut jika terlambat upacara dan akan dihukum. Ketika sedang menyalakan motornya, tiba-tiba orang yang ditunggu oleh Haris datang. Orang tersebut tampak seperti habis berlari karena banyak keringat bercucuran di dahinya.“Maaf gue datengnya telat,” ucap orang tersebut.“Buruan nanti telat ikut upacara,” ucap Haris singkat. Laki-laki itu lantas m

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 24 : Meet Up

    Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Marsha menyusul Haris ke parkiran untuk pulang bersama. Marsha baru saja mendapatkan kabar bahwa kedua orangtuanya akan menginap selama satu hari di rumah saudara mereka. Hal itu membuat Marsha sebagai anak tunggal merasa sedikit takut untuk berada di rumah sendirian. Oleh karena itu, Marsha meminta kekasihnya untuk menemani di rumah meskipun tidak sampai menginap. Perempuan itu juga sudah meminta izin kepada orangtuanya jika kekasihnya akan mampir ke rumah untuk menemaninya sampai malam.“Kita beli makanan dulu, soalnya di rumahku nggak ada makanan,” jawab Marsha.“Mau beli makan apa?” tanya Haris.“Hmm, ayam geprek mau nggak?” tanya Marsha. Haris lantas menyetujui dan menyuruh kekasihnya untuk naik ke atas motor. Setelah itu, mereka berdua segera pergi menuju ke rumah makan yang menjual ayam geprek. Mereka berdua tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah makan yang menjual a

Pinakabagong kabanata

  • Take Me Back to Switzerland    Epilog

    Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 95 : On Your Wedding Day

    Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 94 : Finally Meet

    Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 93 : Final Decision

    Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 92 : Back Down

    Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 91 : Denial

    Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 90 : Gone

    "Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 89 : Old Friend

    "Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 88 : Shockingly

    "Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih

DMCA.com Protection Status