Share

Chapter 15 : Night Walk

Penulis: Crispy Spinach
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini sungguh hari yang cukup melelahkan. Rombongan study tour telah mengunjungi tiga pantai sekaligus. Setelah mengunjungi Pantai Tanah Lot, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Pura Luhur Uluwatu pada siang hari setelah makan siang. Pura Luhur Uluwatu merupakan pura Hindu yang terletak di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut. Pura ini berada di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali. Rombongan bus membutuhkan waktu selama satu setengah jam dari Tanah Lot untuk sampai di pura ini. Setelah selesai mengunjungi Pura Luhur Uluwatu, rombongan study tour kembali melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di sana.

Rombongan telah sampai di Pantai Kuta pada sore hari. Para guru pun membebaskan murid untuk bermain dan bersantai di Pantai Kuta. Mereka memberikan waktu sampai jam tujuh malam untuk berada di pantai ini dan setelah itu melanjutkan perjalanan menuju restoran untuk makan malam. Pantai Kuta merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi ketika berlibur ke Bali. Pantai ini menawarkan keindahan pasir putih dan tentu saja sudah tidak asing lagi jika Pantai Kuta ini selalu menawarkan pemandangan indah ketika matahari terbenam atau orang biasa menyebutnya sunset. Selain itu, di pantai ini juga banyak wisatawan yang melakukan kegiatan berselancar karena Pantai Kuta memiliki gelombang laut yang besar. Oleh karena itu, sudah tidak heran jika banyak peselancar dari belahan dunia yang datang hanya untuk berselancar di Pantai Kuta.

Setelah menghabiskan waktu di Pantai Kuta cukup lama, rombongan study tour kembali berangkat dan bergegas menuju ke restoran untuk makan malam. Di restoran tersebut ternyata juga terdapat toko oleh-oleh seperti pakaian dan makanan khas Bali. Beberapa murid dan guru pun tertarik untuk membeli oleh-oleh meskipun saat ini belum waktunya untuk berbelanja. Salah satunya adalah Marsha dan Lia. Kedua perempuan itu saat ini sedang memilih daster dan celana kain longgar atau biasa disebut dengan jogger. Mereka tertarik dengan barang tersebut karena harga yang ditawarkan cukup murah. Akhirnya setelah memilah-milih, Marsha pun membeli dua celana jogger dan Lia membeli satu daster. Mereka berdua membelinya untuk dipakai saat istirahat nanti.

Sesampainya di hotel, para murid segera turun dari bus dan mengeluarkan koper yang ada di bagasi bus. Mereka kemudian satu per satu diberikan kartu kamar hotel oleh pihak agen wisata yang satu kamarnya berisikan tiga orang. Kini giliran Marsha menerima kartu kamar hotel dan ia bersama Lia serta Lana segera memasuki hotel setelah menerima kartu. Mereka mendapatkan kamar hotel yang berada di lantai tiga dengan nomor kamar 312. Setelah sampai di lantai tiga mereka segera mencari nomor kamar tersebut dan tidak sengaja bertemu dengan Felix dan dua teman lainnya yang juga sedang mencari kamar. Lia otomatis langsung bersembunyi di belakang Marsha ketika melihat Felix. Ia masih malu dengan apa yang terjadi dengannya dan Felix tadi pagi di Tanah Lot.

“Lo nggak sekamar sama Haris, ya, Lix?” tanya Marsha kepada Felix. Ia kemudian menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Dia sekamar sama Putra Hugo di lantai lima.”

Setelah berbincang sebentar, mereka akhirnya berpamitan dan masuk ke kamar masing-masing. Ternyata jarak kamar mereka dengan Felix hanya selisih dua kamar saja. Hal itu tentu saja membuat Lia berteriak histeris ketika sudah berada di dalam kamar. Marsha dan Lana yang melihat tingkah Lia hanya terkekeh. Mereka kemudian bergantian untuk membersihkan diri di bilik kamar mandi. Ketika sedang giliran Lana, Marsha pun mulai membuka obrolan dengan Lia yang saat ini sedang fokus memainkan ponselnya.

“Lo kok bisa tiba-tiba sama Felix tuh ceritanya gimana,” ucap Marsha.

Lia yang tadinya sedang fokus dengan ponselnya beralih menatap Marsha. “Gue juga nggak tau kenapa dia tiba-tiba kayak gitu, Sha. Perasaan yang sering ketemu sama Felix juga lo, kan.”

“Dia tau dari Putra kali. Lagian Putra juga naksir sama lo tapi kok malah dia yang mulai ngomporin,” tukas Marsha. Lia kini tampak sedang memikirkan sesuatu, “Oh iya!” ucapnya tiba-tiba mengagetkan Marsha.

“Dia pernah nabrak gue waktu di lorong sekolah. Waktu itu gue lagi bawa kertas hasil ulangan dan tiba-tiba dia nggak sengaja nabrak gue. Akhirnya kertas yang gue bawa jatuh semua, habis itu dia minta maaf dan bantuin gue,” jelas Lia.

Marsha kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi penjelasan Lia dan berkata, “Oh, berarti itu namanya cinta pada pandangan pertama, Li. Felix langsung jatuh hati waktu ketemu sama lo.”

“Tau ah, gue sekarang lagi bimbang. Arghh,” ucap Lia menggerutu pada dirinya sendiri. Ia lalu menutupi wajahnya dengan bantal.

“Terus Felix udah mulai chat lo belum, Li?” tanya Marsha.

“Belum. Padahal gue nungguin dari tadi tau,” jawab Lia dengan wajah sedihnya. Marsha sontak tertawa ketika melihat Lia menunjukkan wajah sedihnya. Belum sempat menjawab ucapan Lia tiba-tiba Lana sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya.

“Habis ini gantian siapa tuh, gue udah selesai,” ucap Lana.

Marsha otomatis langsung berdiri dan mengambil handuk di kopernya. “Gue duluan, ya, Li. Udah risih nih mana hari pertama lagi.” Lia kemudian mengangguk menjawab ucapan Marsha.

Butuh waktu sekitar tiga puluh menit bagi Marsha untuk membersihkan dirinya. Apalagi saat ini ia sedang kedatangan tamu, sehingga ia harus lebih ekstra dalam membersihkan tubuhnya. Setelah selesai membersihkan diri, Marsha keluar kamar mandi dengan rambut basahnya yang kini sudah ditutupi oleh handuk. Kini giliran Lia untuk membersihkan diri. Ketika Lia sedang mengambil peralatan mandinya, Marsha menawarkan kepada dua temannya untuk membeli camilan karena perutnya merasa sedikit lapar.

Untung saja terdapat tempat makan cepat saji yang berada di dekat hotel. Marsha lantas segera memesan makanan dan camilan ringan, ia kemudian juga menawarkan kepada dua temannya itu. Setelah kedua temannya memilih, Marsha segera memesankan makanan di aplikasi ojek online. Setelah menunggu selama lima belas menit, driver mengatakan jika sudah berada di perjalanan. Marsha lalu segera keluar dari kamar hotel sendirian dan menuju ke lobby untuk menunggu driver tersebut datang.

Di sisi lain, saat ini Felix sedang berjalan-jalan sendirian di luar hotel. Ia sedang mencari minimarket untuk membeli rokoknya yang sudah habis. Ia kemudian menemukan minimarket setelah tidak lama berjalan dan segera memasukinya. Sesampainya di dalam ia pun membeli satu bungkus rokok dan minuman kopi kalengan. Setelah selesai, ia bergegas kembali menuju hotel sebelum ada murid yang melihatnya membeli rokok. Felix lantas memberikan pesan kepada Haris dan kedua temannya di mana keberadaan mereka saat ini. Beberapa detik kemudian terdapat panggilan telepon dari Haris.

“Lo di mana? Gue cariin dari tadi,” tanya Felix kepada Haris.

“Di kafe di dalem gang sebelah hotel. Lo kalau mau kesini sekalian ajakin Hugo, ya. Gue ke sini cuma berdua sama Putra,” balas Haris di seberang sana dan terdengar cukup bising.

“Oke bentar,” ucap Felix. Ia kemudian memutuskan panggilan dengan Haris dan bergegas menuju ke kamar hotel Hugo.

Sesampainya di depan hotel ia lalu masuk dan melewati lobby. Di sana terlihat Marsha yang sedang duduk di salah satu sofa panjang di lobby. Bukannya menaiki lift dan menyusul Hugo, Felix justru menghampiri kekasih temannya itu. Marsha awalnya tidak sadar dengan kehadiran Felix kemudian ia mendongak dan melihat Felix yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.

“Felix?” tanya Marsha.

“Lagi ngapain di sini?” tanya Felix balik. Sebelum menjawab, Marsha sudah berdiri dan berjalan ke luar dari lobby. “Bentar, ya.”

Beberapa saat setelah kembali terlihat Marsha membawa dua kantong plastik yang sepertinya berisi makanan. Ia kemudian berkata, “Tadi lagi nungguin driver, kenapa, Lix? Nyariin Lia, ya?”

“Enggak kok. Ya udah yuk ke atas bareng, kita satu lantai, kan?” ucap Felix. Marsha lalu mengangguk.

Setelah itu mereka berdua berjalan menuju lift. Ketika lift terbuka, mereka segera masuk ke dalam dan Felix menekan angka tiga. Di dalam lift hanya ada mereka berdua dan suasana menjadi hening dan canggung. Beberapa detik kemudian akhirnya mereka telah sampai di lantai tiga. Marsha lalu mengucapkan selamat tinggal kepada Felix tetapi ternyata laki-laki itu justru malah mengikutinya.

“Ngapain, Lix?” tanya Marsha bingung ketika melihat Felix yang kini ada di sebelahnya.

“Keluar, yuk.”

Marsha ternyata menerima ajakan Felix. Saat ini mereka berdua sedang berjalan beriringan menuju ke kafe. Suasana keduanya saat ini masih canggung, belum ada yang mau membuka suara. Hingga Marsha merasa bosan dan mulai membuka obrolan dengan Felix.

“Kenapa lo bisa pindah kesini, Lix?” tanya Marsha basa-basi kepada Felix.

Mendengar ucapannya membuat Felix menengok ke arahnya dan menjawab, “Kakak gue maksa buat kuliah di sini, sebenernya di Bandung sih. Akhirnya bokap nyokap gue nurutin kemauan dia,” jelasnya.

“Oh, gitu,” jawab Marsha seadanya.

“Kalau lo? Udah berapa lama pacaran sama Haris?” tanya Felix penasaran.

“Sebenernya gue udah kenal dia sejak SMP karena kita satu tempat bimbel. Terus dia baru nembak gue waktu kelas 10,” jelas Marsha. Felix kemudian mengangguk menanggapi ucapan Marsha.

“Berarti sebentar lagi anniversary dua tahun dong?” ucap Felix.

“Ya gitu deh. Eh iya, Lix. Eh iya gue mau nanya sesuatu. Lo itu sebenernya ada hubungan apa sama Lia? Lo naksir sama dia, ya?” telisik Marsha. Felix awalnya kaget mendengar ucapan Marsha. Namun, dengan cepat ia berusaha mengubah ekspresi wajahnya menjadi santai.

“Mungkin iya? Gue masih belum yakin sama perasaan gue sendiri, jadi gue mau ngikutin alurnya aja dulu,” jawab Felix apa adanya. Marsha hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Felix. Tidak terasa saat ini mereka sudah berjalan cukup jauh dari hotel. Ketika Marsha akan melanjutkan obrolannya dengan Felix, tiba-tiba ada seseorang yang memotong pembicaraan mereka.

“Kalian berdua ngapain?” Itu adalah suara Haris. Ia sedang berdiri di depan mereka dan menatap kedua insan yang awalnya sedang mengobrol hingga akhirnya kini mematung dan terdiam.

Bab terkait

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 16 : Misunderstand

    “Kalian berdua ngapain?” Itu adalah suara Haris. Ia kini sedang berdiri di depan mereka dan menatap kedua insan yang awalnya sedang mengobrol hingga akhirnya kini mematung dan terdiam.“Marsha, aku tanya kamu sama Felix lagi ngapain?” tanya laki-laki itu sekali lagi yang saat ini sedang menatap Marsha tajam.“Ris, gue bisa jelasin,” timpal Felix yang sedari tadi hanya diam mematung. Haris yang awalnya sedang menatap Marsha kini beralih menatap Felix. “Perasaan tadi lo bilang mau nyusulin gue sama Putra. Gue juga minta tolong ajakin Hugo buat ikut. Kenapa lo malah bawa cewek gue, Lix?”Marsha lantas menundukkan kepalanya setelah mendengar suara Haris yang dingin. Marsha tahu saat ini Haris sedang marah sehingga ia tidak berani menjawab ucapan Haris bahkan menatapnya saja pun tidak berani. Felix mencoba untuk menjelaskan kesalahpahaman ini kepada temannya tetapi Haris sudah terlanjur marah. Ia pun segera menarik tang

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 17 : Sunset But It is Sad

    Senyum cerah mewarnai wajah Marsha. Wajah cantiknya kini sudah berseri tidak seperti saat pagi hari tadi. Hal ini disebabkan oleh hubungannya dengan Haris yang telah membaik. Bahkan ketika berada di Pura Ulun Danu mereka berdua menyempatkan diri untuk berfoto bersama. Ketiga teman mereka termasuk Lia, Putra, dan Hugo merasa lega apabila Haris dan Marsha sudah tidak bertikai seperti tadi malam. Akan tetapi, Felix belum menampakkan diri sejak di Kebun Raya Bedugul. Ia langsung memisahkan diri saat bus baru saja berhenti di parkiran. Felix kembali muncul jika bus akan segera berangkat menuju destinasi selanjutnya.Tujuan wisata selanjutnya adalah Garuda Wisnu Kencana Cultural Park yang berlokasi di Desa Ungasan, Kabupaten Badung Bali. Landmark ini berdiri dengan megah dan merupakan maskot Bali, yaitu patung Garuda Wisnu Kencana yang menggambarkan sosok Dewa Wisnu menunggangi Garuda. Patung ini mulai dibangun pada tahun 1997 oleh seniman I Nyoman Nuarta dengan t

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 18 : Worst Night

    Hari ini adalah hari terakhir kegiatan study tour. Para murid sudah dimintai oleh para guru untuk segera mengemas barang bawaan mereka setelah itu membawanya turun ke lobby dan mengembalikan kartu kamar hotel ke resepsionis. Setelah mereka selesai dengan barang bawaan dan perlengkapan lainnya, para guru lalu mempersilakan murid untuk sarapan sebelum berangkat menuju destinasi terakhir yaitu Bali Zoo dan diakhiri dengan mengunjungi pusat oleh-oleh Bali.Kebun binatang ini berlokasi di Jalan Raya Singapadu, Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Objek wisata ini menawarkan pengunjung untuk bisa berinteraksi langsung dan lebih dekat dengan satwa. Di Bali Zoo, jalur yang digunakan pengunjung untuk berjalan-jalan tertata dengan baik sehingga memudahkan pengunjung agar bisa menyaksikan aneka satwa tanpa khawatir akan tersesat. Selain itu, Bali Zoo juga dilengkapi dengan fasilitas lain, yaitu wahana air. Satwa di sini sangat bersih dan terawat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 19 : Apologize

    Dua hari setelah kegiatan study tour usai, para murid kelas 11 sudah mulai berangkat ke sekolah. Beberapa dari mereka kini sedang sibuk mengurus tugas seni rupa dari Pak Budi yang sudah menunggu di hadapan mereka. Seperti kelas IPA 3 atau kelas milik Marsha, hari Selasa ini kelas mereka mendapatkan jatah untuk mengumpulkan tugas dari Pak Budi. Semua murid sudah meletakkan hasil karya masing-masing di lapangan untuk segera dinilai oleh Pak Budi. Kelompok milik Marsha, Lia, Alina, dan Nadia mendapatkan nilai tertinggi di kelas sehingga lukisan mereka akan dipajang di dinding koridor sekolah. Semua itu berkat tangan jenius Marsha yang sangat lihai ketika memoleskan cat minyak di atas kanvas.Usai penilaian dari Pak Budi berakhir, kelompok dengan lima lukisan terbaik di kelasnya diperintahkan untuk meletakkan lukisan mereka di koridor kelas 11. Marsha, Lia, Alina, dan Nadia serta murid lainnya yang mendapatkan nilai terbaik segera menuju ke koridor kelas 11 tepatnya di d

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 20 : More Than Words

    Di hari yang sama, Felix kini sedang mengendarai motornya bersama dengan Lia yang membonceng di belakang. Selepas pulang sekolah, mereka berdua memiliki janji untuk pergi ke salah satu toko buku di mal yang ada di Jakarta. Sebenarnya itu adalah ajakan Lia, karena ia ingin membeli buku untuk persiapan ujian perguruan tinggi. Felix pun mengiyakan ajakan perempuan itu padahal sejujurnya ia belum memikirkan sama sekali tentang ujian perguruan tinggi yang akan datang.Mereka berdua kini sedang melihat-lihat buku yang ada di rak, lebih tepatnya Lia sedang menilik beberapa buku yang akan dibelinya. Felix hanya mengikuti perempuan itu di belakang dan sesekali membaca sampul buku yang menurutnya menarik. Jujur saja, Felix sangat tertarik dengan sesuatu yang berbau dengan sejarah, baik sejarah Indonesia maupun sejarah dunia. Meskipun kini ia berada di jurusan yang berbau alam, tetapi jiwa sosialnya tetap tinggi. Laki-laki itu kini sedang fokus membaca salah satu buku sejarah yang segel

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 21 : Moments

    Tiga hari telah berlalu sejak kegiatan yang dilakukan oleh Felix dan Lia sepulang sekolah tempo hari. Kini mereka menjadi lebih akrab dari pada sebelumnya. Bahkan Felix sudah mulai menjemput Lia pada pagi hari untuk berangkat sekolah bersama. Hubungan mereka pun juga diketahui oleh Marsha dan tentu saja teman-teman Felix, yaitu Haris, Putra, dan Hugo. Mereka sudah tidak heran lagi jika melihat kedua insan tersebut selalu bersama saat jam istirahat di kantin. Sama seperti hari ini, Lia sudah bersiap untuk menuju ke parkiran sekolah setelah bel pulang berbunyi dan segera menghampiri Felix yang sudah menunggunya. Marsha pun ikut bergegas bersama Lia menuju ke parkiran karena kekasihnya, Haris, juga sudah menunggu.Ketika Marsha dan Lia sudah sampai di parkiran, mereka melihat Haris dan Felix sedang berbincang dengan kedua temannya, Putra dan Hugo, yang juga berada di parkiran. Kedua perempuan itu lantas menghampiri keempat laki-laki yang sedang berbincang. Putra dan Hugo pun men

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 22 : Neighbour

    Hari minggu adalah hari santai bagi semua orang, termasuk Marsha. Akan tetapi, sepertinya kali ini dewi keberuntungan tidak berpihak kepada perempuan itu. Bagaimana tidak, ketika ia sedang asyik berpetualang di dalam mimpinya, terdengar suara bising motor dari sebelah rumahnya. Hal itu membuat Marsha terganggu dan segera bangun dari tidurnya. Ia kemudian turun ke lantai bawah dan menemui sang ibu yang sedang memasak sarapan di dapur. Marsha mengambil sepotong tempe goreng yang baru saja digoreng oleh ibunya. Ia lalu duduk di meja makan dan memperhatikan sang ibu yang sedang menumis sayuran.“Tetangga siapa sih, Ma? Berisik banget pagi-pagi,” ucap Marsha.Sang ibu, Indah, beralih menatap anak semata wayangnya dan berkata, “Nggak tau Mama, kayaknya tetangga baru deh. Coba kamu tengokin, Ca.” For your information, ketika di rumah Marsha biasa dipanggil Caca oleh ayah dan ibunya.“Nggak mau, Ma. Pasti dia anak nakal yang hobiny

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 23 : Ex

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh tetapi Haris belum juga berangkat menuju ke sekolah sedangkan hari ini adalah jadwalnya upacara. Saat ini ia sedang berada di depan minimarket yang cukup jauh dari sekolahnya. Haris sedang menunggu seseorang. Namun, sejak tadi orang tersebut belum datang juga. Padahal mereka sudah berjanji untuk berada di depan minimarket pukul enam pagi. Akan tetapi, Haris belum melihat batang hidung orang tersebut sejak tadi. Ia pun sudah menunggu selama tiga puluh menit lamanya. Akhirnya Haris memutuskan untuk pergi meninggalkan minimarket karena ia takut jika terlambat upacara dan akan dihukum. Ketika sedang menyalakan motornya, tiba-tiba orang yang ditunggu oleh Haris datang. Orang tersebut tampak seperti habis berlari karena banyak keringat bercucuran di dahinya.“Maaf gue datengnya telat,” ucap orang tersebut.“Buruan nanti telat ikut upacara,” ucap Haris singkat. Laki-laki itu lantas m

Bab terbaru

  • Take Me Back to Switzerland    Epilog

    Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 95 : On Your Wedding Day

    Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 94 : Finally Meet

    Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 93 : Final Decision

    Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 92 : Back Down

    Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 91 : Denial

    Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 90 : Gone

    "Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 89 : Old Friend

    "Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 88 : Shockingly

    "Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih

DMCA.com Protection Status