Share

Chapter 5 : New Student

Penulis: Crispy Spinach
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Laki-laki berambut pirang turun dari mobil sport hitamnya yang berhenti tepat di depan SMA Antariksa Jakarta. Laki-laki itu menarik perhatian para murid yang sedang berjalan kaki menuju sekolah terutama para murid perempuan karena parasnya yang tampak asing seperti orang luar negeri. Ia segera menuju ke dalam sekolah tepatnya ruang guru untuk mengurus kepindahannya dari Australia. Yap, ia adalah murid pindahan yang akhir-akhir ini jadi perbincangan warga sekolah.

Namanya adalah Felix. Laki-laki berdarah Australia-Indonesia yang sudah tinggal di Australia sejak usia lima tahun. Ayahnya adalah seorang Australia sedangkan ibunya seorang Indonesia. Namun, hampir sebagian DNA yang diturunkan kepada Felix berasal dari ayahnya. Oleh karena itu, banyak yang mengatakan bahwa Felix adalah orang asli Australia, padahal ia juga masih memiliki darah Indonesia dari ibunya. Felix pun fasih berbahasa Indonesia layaknya orang Indonesia kebanyakan karena ibunya selalu menyuruh Felix untuk menggunakan bahasa Indonesia saat berada di rumah.

Felix sudah berada di depan ruang guru selama lima menit. Ia tidak masuk ke dalam karena ia melihat dari jendela para guru sedang melakukan rapat pagi. Felix kemudian duduk di depan kantin yang jaraknya tidak jauh dari ruang guru sembari menunggu rapatnya selesai. Ia lalu melihat murid perempuan yang sedang membeli minuman di kantin. Felix berniat untuk menanyakan kepada perempuan itu di mana letak meja milik wali kelas barunya karena ia bingung. Ia pun segera mendekati perempuan itu.

Excuse me, can you help me to find where is Mr. Adi’s table in teacher’s office?” tanyanya kepada murid perempuan itu.

“Murid pindahan, ya?” tanya murid perempuan itu yang tidak lain adalah Marsha. Felix mengangguk menjawab pertanyaan Marsha.

Hello, I’m Felix,” sapa Felix lalu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Marsha.

“Marsha,” jawab Marsha tersenyum kepada Felix.

Marsha kemudian mengajak Felix menuju ke ruang guru. Terdapat beberapa guru yang sudah keluar dari ruangan dan akan menuju ke kelas mengajar masing-masing. Marsha terlihat sedang mencari di mana keberadaan meja milik Pak Adi. Felix pun hanya mengekor di belakang Marsha karena ia tidak tahu di mana letak meja Pak Adi.

“Tuh, ada Pak Adi. Yuk masuk gue anter,” ucap Marsha lalu menarik tangan Felix. Mereka berdua menuju ke meja Pak Adi dan terlihat di sana Pak Adi sedang sibuk dengan tumpukan kertas di meja.

“Permisi, Pak. Ini ada siswa pindahan nyariin Bapak,” ujar Marsha kepada Pak Adi. Felix segera menunduk kepada Pak Adi.

“Felix, ya? berkasnya dibawa?” tanya beliau dan Felix mengangguk kemudian menyerahkan berkas yang sudah ia siapkan di map.

“Bentar, ya, Bapak cek dulu. Kamu duduk dulu sini,” ucap Pak Adi dan memberikan kursi di sebelahnya kepada Felix.

“Kamu boleh kembali ke kelas, Marsha. Terima kasih, ya, sudah mengantarkan Felix ke sini.” Marsha kemudian mengangguk dan berpamitan kepada Pak Adi.

Thanks, ya,” ucap Felix kepada Marsha yang akan meninggalkan ruang guru. Marsha membalas dengan mengacungkan jempol kepada Felix.

           

Seluruh murid kelas 11 SMA Antariksa segera berkumpul menuju aula sekolah setelah mendengar pengumuman dari guru kesiswaan lewat pengeras suara. Para murid berbondong-bondong untuk menempati tribun di bagian paling atas, apalagi para murid laki-laki. Hari ini guru kesiswaan akan mengumumkan berbagai informasi untuk kegiatan study tour ke Bali yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

Felix, si murid pindahan, berjalan bersama teman-teman barunya menuju tribun bagian tengah karena tribun atas sudah dipenuhi oleh anak-anak dari kelas IPS. Ia berada di kelas barunya, 11 IPA 1, yang merupakan kelas Haris juga. Banyak murid perempuan yang diam-diam melihat ke arah Felix karena parasnya yang tampan. Terdapat juga beberapa murid yang berebut ingin duduk di sebelah Felix hanya sekadar untuk melihat wajahnya.

“Sha, itu anak pindahannya duduk di sebelah Hugo. Lihat deh, ganteng banget kaya bule,” bisik Lia ke telinga Marsha. Padahal Felix memang bule. Lia tidak tahu saja jika sebelumnya Marsha sudah mengobrol sebentar dengan Felix si murid pindahan.

Marsha mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Felix, ternyata ia duduk tidak jauh dari bangku Marsha. Beberapa detik kemudian Felix ikut berbalik menatap ke arah Marsha, ia pun tersenyum sedangkan Marsha gugup dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Lo udah tau nama siswa barunya belum, Sha?” tanya Lia kepada Marsha dan ia pun mengangguk. Hal itu otomatis membuat Lia menjerit dan seisi aula menatap ke arahnya.

Lia tersenyum kikuk dan menutupi wajahnya karena malu, ia kemudian berbisik kepada Marsha, “Kok bisa tau, sih? Buruan kasih tau gue namanya siapa.”

“Namanya Felix, Li. Tadi gue ketemu sama dia di ruang guru,” jawab Marsha. Lia hanya ber-oh ria dan mengangguk.

Guru kesiswaan yang sedari tadi ditunggu oleh para murid akhirnya muncul juga. Beliau memberikan salam dan pembukaan untuk memulai pengenalan kegiatan study tour yang dilaksanakan setiap tahun bagi murid kelas 11. Setelah itu dilanjut dengan presentasi dari agen wisata yang akan memfasilitasi para murid mulai dari transportasi hingga penginapan. Agen wisata mulai menampilkan tempat wisata yang akan dikunjungi oleh para murid saat di Bali. Nantinya mereka akan berada di Bali selama tiga hari, sedangkan di perjalanan untuk pulang dan pergi selama tiga hari. Jadi, total seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan adalah enam hari. Selama tiga hari di Bali, para murid akan mengunjungi total enam tempat wisata dan di hari terakhir mereka akan mengunjungi pusat belanja oleh-oleh dari Bali.

Di layar presentasi terdapat beberapa pilihan wisata yang akan dikunjungi. Para murid diminta mengisi kuesioner untuk memilih tempat wisata apa saja yang ingin mereka kunjungi. Akan ada total enam tempat wisata dengan suara terbanyak yang dipilih oleh para murid. Terdapat beberapa pilihan wisata seperti Pura Tanah Lot, Pantai Pandawa, Pantai Kuta, Pantai Tanjung Benoa, Pura Luhur Uluwatu, Garuda Wisnu Kencana, Bali Zoo, Danau Beratan Bedugul, Nusa Penida dan masih banyak lagi.

Para murid diberi waktu selama dua hari untuk mengisi kuesioner dan setelah itu kertas tersebut akan diserahkan kembali kepada pengurus OSIS untuk dihitung hasilnya. Agen wisata juga mengatakan bahwa para murid akan menggunakan transportasi bus yang akan dibagi menjadi sepuluh bus untuk mencapai pelabuhan Ketapang di Banyuwangi.

Para murid sontak bersorak gembira ketika guru kesiswaan mengatakan bahwa bus akan dibagi berdasarkan kelas. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Haris. Ia sedih karena tidak bisa satu bus dengan kekasihnya, Marsha. Begitu pun dengan Marsha, justru yang ditunggu-tunggu oleh para murid adalah saat berada di perjalanannya. Mereka bisa menghabiskan perjalanan selama satu hari di bus dengan teman kelasnya. Mulai dari karaoke bersama, berjoget bersama, dan tidak lupa dengan siswa laki-laki yang jahil untuk mengambil gambar ketika temannya sedang tidur. Hal itu adalah momen yang paling ditunggu-tunggu ketika study tour.

Selain itu, para murid juga dibebaskan untuk memilih teman satu kamar saat di hotel Bali. Satu kamar hotel bisa diisi hingga tiga orang. Namun, para murid dilarang keras untuk berbagi kamar dengan lawan jenis. Mendengar hal itu membuat para murid bersorak kecewa, terutama murid laki-laki yang ingin modus dengan murid perempuan. Lain halnya murid perempuan yang justru bersorak gembira karena mereka senang tidak akan diganggu oleh para murid laki-laki.

Selanjutnya, agen wisata dan guru kesiswaan menjelaskan rincian tentang study tour, para murid kemudian diberikan kertas kuesioner oleh pengurus OSIS. Setelah semuanya selesai, para murid dibubarkan dan dibolehkan untuk kembali ke kelas masing-masing. Sebelum masuk ke dalam kelas, Lia meminta Marsha menemaninya ke kantin untuk membeli minum. Mereka berdua segera menuju ke kantin yang cukup ramai karena para murid yang baru saja kembali dari aula juga pergi menuju ke kantin.

“Eh, Sha, lihat tuh. Si anak pindahan lagi dikerubungin sama adik kelas ganjen, cari muka banget mereka,” tukas Lia menunjuk ke arah meja di mana Felix berada. Di sebelah Felix ternyata juga ada Haris yang sedang mengobrol dengan Putra dan Hugo.

“Loh, si Haris udah kenal sama Felix?” tanya Lia. Marsha hanya mengangguk.

“Mereka kan satu kelas, Li. Jadi maklum lah si Felix gabung sama Haris,” jawabnya. Lia pun hanya ber-oh ria.

Setelah itu, Lia pamit kepada Marsha untuk membeli air mineral sebentar. Marsha hanya duduk dan memainkan ponselnya sembari menunggu Lia kembali. Namun, tiba-tiba saja sudah ada Haris dan teman-temannya termasuk Felix berdiri di depan Marsha.

“Ngapain?” tanya Marsha kepada Haris. Haris tidak menjawab melainkan memberikan air mineral kepada Marsha. Marsha hanya menatap Haris bingung.

“Dikasih minum sama akang kok malah bingung, Neng,” ejek Putra dan Hugo. Dua teman Haris ini memang suka meledek Marsha ketika sedang berduaan dengan Haris.

“Nih, ada anak baru, Sha, dari Australia. Namanya Felix, kenalan dulu, gih,” ucap Putra.

“Udah kenal gue, ya nggak, Lix?” jawab Marsha dan dibalas anggukan oleh Felix. Hal tersebut membuat Haris bingung, kenapa kekasihnya bisa lebih dahulu mengenal anak pindahan ini?

Namun, sebelum Haris berbicara, Lia tiba-tiba datang dan mengajak Marsha untuk kembali ke kelas. Marsha dan Lia kemudian berpamitan kepada Haris dan teman-temannya. Sebelum Marsha pergi Haris memberikan kode kepada Marsha untuk mengajaknya pulang bersama dan Marsha membalas dengan anggukan. Tanpa Marsha sadari, ketika Haris dan teman-temannya sedang mengobrol dengan Marsha, ada Felix yang terus menatap ke arahnya. Dan ternyata ada seseorang juga yang menyadari gerak-gerik Felix ketika sedang menatap kekasih sahabatnya itu. Hugo, sahabat Haris melihat bagaimana ketika Felix menatap ke arah Marsha.

Bab terkait

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 6 : New Classmates

    Felix dihujani berbagai pertanyaan oleh teman-temannya sesampainya di kelas. Mulai dari di mana tempat tinggal Felix saat di Australia, bagaimana Felix bisa pindah ke Indonesia serta ada yang bertanya apakah Felix sudah memiliki kekasih atau belum. Haris yang merasa risih mendengar ocehan teman-temannya kepada Felix pun geram dan segera mengajak Felix ke luar dari kelas.“Kita mau ke mana?” tanya Felix ketika Haris menarik tangannya keluar dari kelas.“Duduk-duduk aja di sini. Gue pusing denger mereka nanya macem-macem ke lo. Lo nggak pusing apa?” jawab Haris. Ia kemudian menduduki bangku panjang yang ada di depan kelas dan diikuti oleh Felix yang duduk di sebelahnya.“Enggak, sih. Gue pura-pura nggak bisa bahasa Indonesia aja makanya dari tadi gue diem,” ucap Felix. Ia kemudian menawarkan sepuntung rokok kepada Haris dan membuat teman barunya itu kaget.“Gila lo!?” pekik Haris kepada Felix. Haris segera mem

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 7 : Bad Habit

    Sudah satu minggu berlalu sejak kepindahan Felix ke SMA Antariksa Jakarta. Kini, perlahan Felix sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman-temannya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Felix. Mulai dari apa yang harus ia lakukan di sekolah seperti mengikuti berbagai organisasi dan berusaha menjadi salah satu murid berprestasi di sana. Beruntungnya dua bulan lagi Felix akan menginjak kelas 12, sehingga ia tidak diwajibkan untuk mengikuti organisasi di sekolah. Selain itu, para murid juga diharuskan untuk menjaga nama baik sekolah dengan tidak bertingkah seenaknya sendiri. Selain beberapa hal yang harus dilakukan di sekolah, terdapat pula beberapa hal yang tidak boleh dilakukan olehnya ketika berada di sekolah.Pertama, para murid sangat dilarang keras untuk menyontek saat sedang ulangan harian dan ujian akhir. Guru di sana akan memberikan hukuman yang berat jika terdapat murid yang ketahuan menyontek. Kedua, para murid dilarang membawa kendaraan

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 8 : Girls Time

    Akhir-akhir ini Marsha disibukkan oleh adanya jadwal tambahan bimbel setiap pulang sekolah. Marsha berusaha untuk mengejar materi pelajaran supaya tidak ketinggalan karena satu minggu lagi ia akan mengikuti kegiatan study tour yang menghabiskan waktu hampir satu minggu. Setiap bel pulang sekolah berbunyi Marsha sudah siap dengan ransel di punggungnya serta paper bag yang berisi kumpulan soal dari bimbelnya. Biasanya ia berangkat dari sekolah menuju tempat bimbel menggunakan ojek online atau kadang bersama Haris. Namun, karena hari ini Haris ada kegiatan kerja kelompok akhirnya Marsha berangkat ke tempat bimbel dengan menggunakan ojek online.Ojek online yang dipesan oleh Marsha ternyata sudah berada di depan sekolah. Ia kemudian pamit kepada Lia untuk berangkat bimbel, “Li, gue duluan, ya.”Lia kemudian mengangguk, “Yuk keluar bareng. Kakak gue juga udah nungguin di depan.” Mereka berdua lalu bergegas

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 9 : Boys Time

    “Baik anak-anak, tugasnya dikumpulkan terakhir hari Sabtu sebelum kalian study tour, ya. Nanti tugasnya tinggal kalian letakan saja di meja Bapak,” jelas Pak Budi kepada para murid kelas 11 IPA 1. Beliau merupakan salah satu dari guru seni rupa yang ada di SMA Antariksa.“Untuk temanya bebas, Pak?” tanya Rendi selaku ketua kelas di 11 IPA 1.“Untuk tema kalian bebas memilih apa saja. Jika temanya semakin unik maka nanti nilai kalian semakin tinggi,” tambah Pak Budi. Para murid pun mengangguk menanggapi ucapan Pak Budi.“Baik kalau begitu Bapak sudahkan pelajaran hari ini karena sebentar lagi bel istirahat berbunyi. See you next time.” Setelah itu Pak Budi segera meninggalkan kelas 11 IPA 1.Para murid berhamburan dari tempat duduknya setelah Pak Budi keluar dari kelas. Hal yang sudah biasa Pak Budi lakukan ketika pelajarannya adalah mendahului istirahat sebelum bel berbunyi. Oleh karena itu

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 10 : Buy One Get One

    Langit sudah berubah warna menjadi jingga yang menandakan bahwa hari sudah semakin sore. Haris, Felix, dan Putra yang awalnya berniat untuk mengerjakan tugas dari Pak Budi malah berakhir dengan bermain game sampai sore. Kanvas berwarna putih yang bersandar di dinding itu masih belum ternodai oleh satu warna pun. Tiga empu yang sedang memegang stik permainan ini masih fokus menggerakkan jarinya. Mereka bertiga masih belum menyelesaikan game-nya.“Jam berapa sih sekarang?” tanya Haris kepada kedua temannya tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.Felix kemudian melihat jam yang ada di dinding, “Jam setengah enam.”Haris lantas berhenti menggerakkan jarinya dan menatap kedua temannya, “Parah! Kita belum ngerjain tugas Pak Budi!” Putra seketika menatap ke arah Haris, “Lah iya, bego!”Namun, berbeda dengan sang tuan rumah yang tidak peduli dan tetap fokus dalam permainan di layar televisi. Hal it

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 11 : Before the Day

    Semua murid kelas 11 IPA 1 kini telah meletakkan hasil tugas kelompok mereka yang diberikan oleh Pak Budi di atas meja masing-masing. Berbagai jenis tema yang dituangkan dalam kanvas menghiasi ruang kelas. Pak Budi kemudian menyuruh para murid untuk meletakkan hasil lukisan kelompok masing-masing ke lapangan basket untuk diberikan penilaian. Bukan hanya Pak Budi yang akan menilai, tetapi semua guru seni rupa yang ada di SMA Antariksa Jakarta juga akan ikut menilai karya murid milik kelas tersebut.Kelas 11 IPA 1 adalah kelas pertama yang telah menyelesaikan tugas melukis dengan media kanvas dari Pak Budi. Untuk kelas lainnya, Pak Budi memberikan kompensasi untuk mengumpulkan tugasnya setelah mereka pulang dari kegiatan study tour. Hal ini karena kelas milik Haris mendapatkan jadwal pelajaran yang lebih awal dibandingkan dengan kelas lainnya. Saat ini para murid sudah meletakkan hasil karya di lapangan yang akan segera dinilai oleh Pak Budi. Lima lukisan terbaik dari

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 12 : The Day

    Sepuluh bus wisata berukuran besar sudah terparkir rapi di halaman SMA Antariksa Jakarta. Para murid berbondong-bondong untuk masuk ke dalam aula indoor di sekolah. Sebelumnya, mereka berpamitan dengan orangtuanya dan berpelukan untuk melepas rindu nanti ketika mereka berada di Bali. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi yang artinya satu jam lagi bus akan segera berangkat.Para murid kini sedang berkumpul di aula indoor untuk diberikan pembekalan oleh kepala sekolah dan guru kesiswaan. Kepala sekolah memulai pembekalannya diawali dengan mengucapkan salam kemudian memberikan arahan kepada para murid. Beliau juga tidak lupa untuk memperingatkan kepada para murid agar berhati-hati dalam betindak dan bertingkah laku karena mereka akan mengunjungi daerah milik orang lain. Oleh karena itu, para murid harus menjaga tata karma dan perilaku ketika berada di Bali besok. Kemudian dilanjutkan oleh guru kesiswaan yang juga memberikan arahan kepada para murid ketika samp

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 13 : On the Road

    Saat ini rombongan bus dari SMA Antariksa Jakarta sudah sampai di rest area yang terletak di dekat laut di pinggir kota Semarang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi yang artinya rombongan murid dan guru dipersilakan turun dari bus untuk istirahat dan sarapan. Beberapa murid segera berebut menuju ke toilet yang jumlahnya tidak banyak. Beberapa murid juga menuju ke dalam restoran yang sudah menyediakan sarapan untuk rombongan mereka. Marsha dan Lia mempunyai ide agar mereka tidak perlu berebut toilet dengan yang lain. Mereka berdua segera menuju ke masjid yang terletak di belakang restoran. Dan benar saja, di masjid tersebut tidak terlalu banyak murid yang mengantre di toilet karena beberapa dari mereka akan melaksanakan salat duha.Sesampainya di masjid Marsha dan Lia segera beralih ke toilet yang kosong. Mereka pun masuk dan mulai membersihkan diri setelah itu berwudu untuk melaksanakan salat duha. Setelah selesai salat, Marsha dan Lia beranjak ke restoran yang

Bab terbaru

  • Take Me Back to Switzerland    Epilog

    Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 95 : On Your Wedding Day

    Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 94 : Finally Meet

    Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 93 : Final Decision

    Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 92 : Back Down

    Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 91 : Denial

    Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 90 : Gone

    "Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 89 : Old Friend

    "Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 88 : Shockingly

    "Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih

DMCA.com Protection Status