Share

Episode 73

Penulis: Ai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku membuka mata tepat ketika ada sentuhan di keningku. Sama-samar kulihat seseorang itu sudah mengelus rumbai rambut yang menjuntai ke dahiku. Jejak air mata masih kurasakan lengket di wajahku.

"Aku sudah menyiapkan air hangat. Mandilah, biar tubuh kamu bersih. Semalaman aku belum semua membersihkannya."

"Apa!" Aku berjengkit ke belakang mendengar ucapannya.

"Dok-dokter-- membuka bajuku?"

Dokter muda itu hanya menganguk pelan.

"Daleman kamu belum bisa Aku lepaskan karena, kamu nggak mau ngelepasinnya."

Duh! Ku tutup mukaku. Malu rasanya. Bahkan sekarang tanpa sadar aku malah melepaskan selimutku ketika sedang ngobrol sama dokter muda itu.

"Move! Jangan sengaja begitu. Aku bisa khilaf nanti." ucapnya sekali lagi tanpa melepaskan pandangannya dari badanku.

"Aaaa!" teriakanku nyaring di pagi itu. Aku buru-buru menarik selimut lagi. Dan kulihat dokter tampan itu mendekatiku. Dan menarikku dalam dekapannya.

"Aku sud

Ai

Hallo, saya datang lagi. Silahkan menikmati😊 Terima kasih

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 74

    "Kring--" Suara dering telpon di ponselku itu menunda bibir kokoh itu mengunyah bibir kenyalku. Karena setelah beberapa detik kemudian, aku sudah meraih ponselku yang ada di atas nakas. Namun, secepat kilat dokter Careld sudah merampas benda pipih itu dari genggaman tanganku Terlihat di layar ponsel itu tertulis nama " My Soulmate" yang seketika membuat darah dokter muda itu mendidih. Dengan posesif diangkatnya panggilan itu. "Hallo!" Si penelpon bergeming setelah mendengar sapaan dokter Careld. Beberapa detik yang lalu seakan dia ingin meloncat girang mana kala sang empunya ponsel mau mengangkat panggilan telponnya. Namun sekarang, seperti dicampakkan dengan tusukan ribuan jarum yang menyakitkan ketika faktanya suara itu bukan milik Move. "Tidak seharusnya Move, masih menyimpan nomermu. Karena kalian sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!" Raya Dinata! Susah payah menelan salivanya ketika mendengar ucapan

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 75

    Wanita itu sudah duduk di sofa yang berseberangan dengan seorang laki-laki yang sedang sibuk menghadap layar laptopnya. Berkali-kali dia mengusap wajahnya dengan kasar. Berusaha fokus pada kerjaannya tapi gagal. Menghela napas dan menghembuskannya agar perasaan yang berkecamuk di hatinya bisa hilang. Namun tak kunjung membaik juga hatinya. Dihempaskannya beberapa berkas itu dengan kasar. Lagi-lagi dia melihat ke arah ponselnya. Ada kemarahan yang luar biasa besar di sana. Beberapa foto yang mampu merejam hatinya. Mencabik dapat mengkoyak segala raganya. Dan itu adalah kesalahannya sendiri. "Apakah yang aku lihat itu semuanya benar, Ray? Hubungan kalian sudah berakhir? Pertanyaan itu sungguh tidak ingin dia dengar. Rasanya hanya menyakiti telinganya saja. Merasa sudah tidak mood lagi mengerjakan semua pekerjaannya hari ini, Ray! Sosok itu menyambar jasnya lalu berlalu dari hadapan wanita yang tak lain Feronika Alfarest. Di ruang karyawan tampak

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 76

    Aku menarik bibirku, namun Ray semakin menjadi. Diciuminya bibirku. Lidahnya yang runcing menerobos ke rongga-rongga mulutku. Dikunyahnya bibirku dengan rakus membuatku semakin tersengal kehabisan napas. Dan akhirnya Ray melepaskan pagutan bibirnya dari bibirku setelah dilihatnya aku batuk-batuk dengan napas tersengal. Tangannya tetap mengunci tubuhku agar tetap dalam kungkungannya. Ditatapnya dalam-dalam wajahku membuatku ciut dan menunduk. Ray menundukkan wajahnya, meraih dagu runcingku dan kembali membenamkan bibirnya ke bibirku, dan mengunyahnya dengan dada berdegub hebat. Entah setan apa yang merasuki aku, kali ini aku hanya terdiam bahkan aku menikmatinya, memejamkan mata dan tanpa sadar mengalungkan tanganku ke lehernya. Itu membuat Ray semakin menjadi, diangkatnya tubuh kecilku dan direbahkan di sofa. Diciuminya bibir dan wajahku bertubi-tubi tanpa ampun dan tanpa memberi kesempatan untukku bernapas. "Aku merindukanmu, Sayang. Sa

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 77

    Dengan spontan Ray melepaskan ciumannya. Tak kusadari beberapa detik yang lalu aku sudah menamparnya. Dengan tangan kokohnya, Ray mengusap sudut bibirnya yang pecah. Dan menghentikan aktivitasnya. Sesaat hening. Namun hatiku bergulat dengan pikiran yang sedari tadi tidak bisa diam. "Aku bukan murahan, aku bukan murahan!" desisku. Dan mulutku akhirnya dengan jelas menggumamkan kata-kata itu yang membuat Ray menoleh dengan ekspresi terkejut. Ditangkupnya tubuh itu dan dipeluknya dengan hangat. Dia sadar sudah membangkitkan rasa trauma yang bertahun-tahun ini sedang kujauhi. "Maafkan, Aku. Maafkan, Aku!" Begitupun dirinya. Menyadari sebuah kesalahan fatal terhadapku. "Aku nggak bermaksud begitu, aku hanya sangat takut. Takut sekali. Tidak pernah bisa lagi mempunyai kesempatan itu! Kesempatan untuk memilikimu." Air mata itu bukan hanya milikku tapi milik pria yang menjelang dewasa ini. Isak dan sesengguknya membuatku semakin betah berlama-

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 78

    Farhan Dinata dan Raya Dinata adala dua nama dan dua orang yang berbeda. Hanya tubuh dan muka mereka yang sama. Selebihnya sifat dan karakter juga watak mereka berbeda jauh. Farhan Dinata, Seorang jenius yang mempunyai kemapuan IQ di atas rata-rata, besar di USA dan mendirikan perusahaan di bidang perangkat lunak, 6 tahun yang lalu. Mempunyai saudara kembar yang sudah terpisah dari lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang berbeda. Berpisah dari lahir dan baru akan dipertemukan 6 tahun yang lalu dengan saudara kembarnya, Raya Dinata, Seorang CEO perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman barang dengan sifatnya yang dingin da arogant. Merupakan putra kesayangan dari keluarga Dinata. Yang akan mewarisi seutuhnya kekayaan Dinata group. Berniat akan mengadakan pertemuan dengan saudara kembarnya untuk pertama kalinya 6 tahun yang lalu. Namun sayang, musibah tidak bisa dihindarkan. Pesawat yang ditumpangi

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 79

    Ray jalan dengan tergesa menuju ruangan kerjanya, itupun dia berjalan melalui parkiran bassemant. Di pelataran sudah membludak para awak media yang berjejal hanya untuk menunggu kedatangannya.Entah media berita mana yang menerbitkan berita hari ini tentang rahasia besar keluarga Dinata. Berita itu mencuat begitu sensasional. Mengupas tentang pembicaraan yang dilakukannya kemarin dengan saudara sepupunya."Clarissa! Tolong handel semua media berita yang menerbitkan berita tentang keluarga Dinata hari ini! Jangan sampai menyebarluas."Begitu titah Ray kepada seluruh karyawannya hari ini melalui sekertarisnya. Dia tak habis pikir siapa yang mencuri dengar tentang pembicaraannya dengan Careld kemarin hingga di terbitkan ke seluruh media berita.Dari karyawan sampai seluruh media berita dan masyarakat umum pasti sudah rame membicarakan tentang keluarganya.Berkali-kali ibunya menelponnya supaya cepat menghandel pemberitaan itu. Begitupun dengan Careld.

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 80

    Dengan cepat aku merapikan diri. Masih dalam posisi berbaring, aku mendengar jelas suara itu milik siapa. Ray! Yah, itu Ray! Untuk apa dia kesini? Ada perlukah dengan dokter Careld? Ada perasaan sedikit bersalah kalau mengingat setiap kali aku bercumbu dengan dokter Careld. Lho! Untuk apa? Nggak perlu aku merasa bersalah, toh aku dan dia sudah bebas. Jadi aku mau sama siapa juga nggak ada hubungannya dia . Terkadang aku merasa aku punya dendam pada setiap laki-laki. Kenapa mereka menyakitiku. Rasanya aku ingin juga menyakiti mereka. Agar mereka merasakan hal yang sama kurasakan. "Untuk apa kamu ke sini, Ray? Di dalam ada Move. Bagaimana kalau dia nanti mendengar apa yang akan kamu bicarakan. Apalagi tentang kasus tadi siang." Aku mengerutkan dahi. Apa yang nggak boleh aku dengar? Terus ada kasus apa tadi siang, di mana? Akh! Aku makin penasaran. Namun kedua laki-laki itu segera pergi ke rumah utama. Aku penasaran sebenarnya apa yang terjadi ha

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 81

    Dengan masih terpaku, Nathan, laki-laki dewasa itu menatap kepergian wanita yang sudah resmi menduduki hatinya dari pertama dia bertemu itu. Benarkah, yang dikatakannya tadi. Bahwa dia ingin dirinya membawa wanita itu pergi jauh dari orang-orang yang menyakitinya. Sebenarnya ada apa degan kehidupan seorang Move, seolah-olah wanita itu sangat menderita. Dari setiap ucapan yang keluar dari mulutnya selalu berupa penekanan bahwa dirinya sudah tidak ingin hidup bersama lingkaran setan. Yang tak mungkin dia lepaskan dengan mudah. Wanita itu seakan meminta bantuan padanya agar bisa terlepas dari sebentuk lingkaran kehidupan yang penuh dengan manipuladi dan skenario bahkan sempat terdengar publik bahwa dirinya menjadi korban konspirasi oleh beberapa orang yang menginginkan kehidupan pribadinya, tanpa terkecuali Raya Dinata. Move Herdianata, Seorang janda yang mandiri dan pekerja keras itu, merelakan hidupnya di skenario dam menjadi bahan konspirasi d

Bab terbaru

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 144(S2)

    Hari itu akhirnya datang juga. Hari di mana aku jadi ratu sehari dan Ray jadi raja sehari. Bahagia? Tentu. Bahkan hanya air mata haru yang menjadi temanku.Laki-laki 7 tahunku . Ya Tuhan, akhirnya. Aku benar-benar pengen pingsan karena nggak kuatnya menahan kebahagiaanku.Bahagia! Benar-benar bahagia. Saat ijab kabul itu berlangsung dan jawaban sah itu terdengar, tubuh melemah seketika. Tangan dan kaki ku thremor tiba-tiba.Puji syukur ya Tuhan, semua atas keridhoanmu. Kedua tanganku lama banget tertengadah hingga kulihat imamku masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan."Sudah sah, Sayang," bisiknya sambil mengecup daun telingaku membuat buluku meremang seketika.Kucium punggung tangannya tanda aku sangat menghormatinya lantas dia menyesap bibirku sebentar sebelum selanjutnya kami kembali ke pesta."Ma, Pa," kucium satu per satu punggung tangan mereka lalu kupeluk orang tua itu yang sekarang sudah menjadi orang tuaku.Giliran Farh

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 143(S2)

    Ray masih terengah saat tubuhnya mengejang di atas tubuhku. Berkali-kali dia mengecup bibirku. Dan mengendus leherku saat dia sudah berbaring di sebelahku. Mataku sudah terpejam saat tangannya kembali menyentuh puncak dadaku yang tak terlapisi kain sedikit pun. Pria itu memainjannya dan membuat ku mengerang pelan. "Besok kita pre wedding, aku nggak mau ada halangan lagi." Aku hanya mengangguk sambil menikmati sentuhannya yang mrmbuatku kembali menegang. "Aku mau secepatnya kita menikah, Sayang," ucapnya bergetar sambil mengulum dadaku yang sudah mengeras. "Hemmn," jawabku dengan gelisah. Karena sudah kurasakan milikku lembab lagi. "Oh, Ray," akhirnya lolos juga dari tadi yang kutahan. Desahan berat karena tangan dan mulut Ray yabg usil. Pria itu hanya tersenyum puas melihat ku tersiksa seperti itu. Tak menunggu lama ketika wajahnya kembali terbenam di kedua pahaku aku kembali mendapat pelepasan. Rasanya aku sudah tidak sanggup

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 142(S2)

    Hari selanjutnya aku sudah pulang dari rumah sakit. Kali ini aku pulang je rumah Ray bukan ke apartemen Farhan. Apartemen Farhan di kosongin sementara waktu. Kalau lagi bisan aja pengen liburan di sana. "Duduk di sini dulu atau mau langsung ke kamar?" tanyanya masih menggendong tubuhku yang masih lemah. "Langsung ke kamar saja," jawabku masih melingkarkan tanganku di lehernya. Setelah sekian lama banyak peristiwa yabg terjadi, entah kenapa baru kali ini aku merasa sedekat ini dengan Ray. Rasanya aku sangat merindukan saat-saat pertama kali dulu kita saling menyayangi tanpa ada pertengkaran dan air mata. Rasanya dulu aku sangat polos mencintai dia tanpa ada yang mengganggu gugat. Agak terhenyak rasanya ketika pria tampanku itu membaringkan tubuhku di tempat tidurnya. Aku terbangun dari lamunanku. "Pesen bubur dulu, ya. Habis itu minum obat." "Ray, nggak usah. Aku bikin sendiri saja." Ray mendelikkan matanya. "Maksudnya aoa mau b

  • Takdir Yang Tertunda   Episode. 141(S2)

    Dorr ... doorr! Suara tembakan itu persis hampir mengenai jantung buatan Farhan ketika tiba-tiba pria tampan itu menutup kembali pintu ruang kerjanya. Buru-buru dia menghubungi polisi dan menghubungi Ray agar cepat bersembunyi. [Ray! Bersembunyi! Mereka menggunaksn senjata api!] Teriakan Farhan cukup membuat Ray mengerti. Pria itu tidak mengibstrupsi saudara kembarnya karena dia harus mencari bantuan. Suasana malam itu kian huru-hara karena tiba-tiba dua orang asing masuk ke ruang kerja Farhan dengan sarkasnya menembakkan beberapa amunisi hingga membuat suasana gaduh. Tak selang lama polisi dapat melumpuhkan penjahat amatiran itu. Ray dan Farhan pergi ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. "Ulah siapa, menempatkan penjahat amatiran begitu, Far?" Ray tampak kesal karena malamnya ini terganggu dengan ulah para penjahat amatiran yang pada belum bisa menggunakan senjata api. "Aku tahu siapa orangnya. Ni! Tolong pelajari! Aku mau pula

  • Takdir Yang Tertunda   Episode. 140(S2)

    Berkali-kali Renata menelan salivanya. Tak henti-hentinya dia menatap ke wajah sang penguasa itu. Terlihat lebih dingin dan arogan dari biasanya. Manusia dengan jantung buatan itu masih sebuk dengan segaja macam file dan berkas penting serta surat perjanjian kontrak kerja sama. Sedang di sebelahnya setumpuk kertas file yang iya yakini entah kapan selesainya. Tapi bukan itu yang membuat Renata menatap gelisah setumpuk file dan berkas itu. Tapi salah satu berkas dan file itu ada salinan surat kontrak yang suda ia rubah mengenai isi perjanjiannya dengan perusahaan papanya yang terbelit hutang yang banyak. "Renata! Kamu bisa pulabg duluan. Mungkin saya mau tidur dikantor saja untuk menyelesaikan pemeriksakaan berkas filenya." Suara bariton Farhan menggema di ruang kerjanya. "Astaga! Gila apa orabg ini. Mau lembur sampai tidur di kantor segala!" batin Renata ngedumel marah. Kalau sampai bosnya tidur di kantor otomatis berkas file itu pasti akan selesai diperiksa m

  • Takdir Yang Tertunda   Episode139(S2)

    Farhan menatap wajah yang umurnya jauh di atasnya itu. Seorang yang seharusnya sudah bisa bersikap dewasa dan bijaksana. Namun sikap itu jauh dari wajah yang seoerti anak muda itu. Farhan menghela naoas dalam. Baru dia bertatapan secara langsung laki-laki yang sering menyiksa istrinya lahir dan batin. "Kalau hanya ingin bertemu dengan untuk menanyakan masalah Renata, Aku rasa Move sudah memberi tahumu." Pria dewasa itu menghela napas menatap pria yang mukanya sama persis dengan pria yang akan menikahi mantan istrinya. "Kamu tahu sekarang kondisi Move seperti apa?" tanya Farhan sambil memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku. Sejenak laki-laki yang tak lain Dimetri itu menyugar rambut hitamnya. Bukankah dia akan menikah. Sudah seharusnya kan dia berbahagia saat ini___ "Bukkkkk ...!" Pria bertubuh kekar itu sepoyongan, ada darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Sedang Farhan mengibas-ngibaskan tangannya. Ada rasa panas menjala

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 138(S2)

    Teriakan Ray membuat seluruh penghuni ruangan itu tersentak. Semua tertuju pada tubuh Move yang kejang-kejang. Seketika senua yabg ada di ruangan di suruh keluar.Ray dengan paniknya tak bisa menenangkan perasaannya. Berkali-kali dua meraup mukanya. Bahkan semua orang mencoba untuk menenangkannya namun sia-sia.Seilah menunggu anteian lama sekali. Pintu ruangan itu tak kunjung dibuka. Padahal sudah hampir 30 menit. Dan ketika terdengar suara langkah kaki dari dalam menuju pintu keluar, Ray dengan segera menyambut dokter itu."Dok, bagaimana__"Sebaiknya, Bapak lihat sendiri keadaannya di dalam." Suara dokter itu membuat Ray terpana."Ray, sebaiknya kamu ke dalam duluan," ucap mamanya sambil memeluk putranya itu."Aku temani," kata Farhan masuk terlebih dahulu. Lalu di susul Ray.Kedua saudara kembar itu harap-harap cemas ketika memasuki ruangan itu. Beberapa suster sudah pergi meninggalkan mereka tapi di atas pembaringan p

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 137(S2)

    Suara tangisan itu terdengar begitu keras hingga membuatku tersadar. Siapa yang menangis? Aku mencoba bangkit dari pembaringanku. Badanku rasanta remuk redam. Suara itu semakin terdengar di telingaku. Dan aku semakin penasaran. Sebenarnya siapa yang ditangisi? Apakah Ray? Apa calon suamiku itu tidak selamat? Astaga! Buruk sangka aja aku ini. Bagaimana tidak. Aku masih ingat betul bagaimana peristiwa itu terjadi. Ada beberapa mobil yang mengikuti kami ketika aku dan Ray akan mendatangi tempat pemotretan pre wedding kami. Dan tepat di kilometer 17 mobil-mobil itu menyenggol mobil Ray hingga mobil yang kami tumpangi masuk jurang. Itu artinya nyawa kami jadi taruhannya. Tetapi aku masih bisa merasakan sakit. Tandanya aku masih hidup. Nah! Apakah menangisi kematin Ray. Dengan buru-buru aku bangkit dari tidurku. "Ouw!" Kurasakan ada yang sakit di seluh badanku entah itu apa? Dan saat alu bisa melihat siapa yang menangis aku sangat terkejut. It

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 136(S2)

    Melihat tangan thremor yang memegang gelas sampe jatuh ke lantai itu aku sudah nggak kaget. Setidaknya aku sudah bisa membuktikan bahwa semua yang diucapkan oleh Dimetri itu benar adanya.Bahwa Renata memang punya niat nggak baik dari awal datang ke Genius Group. Dua benar-benar wanita ular. Yang bisa bertahan saampai beberapa tahun di perusahaan Farhan hanya untuk menguasai secara garis besar sistem dan cara kerja Genius Group.Licik! Entah dia itu tangan kanan siapa yang di suruh untuk menyusup ke Genius Group. Yang pasti saat ini samua data perusaan dan sitem kinerja Genius Group sudah terbaca dan ia kuasain.Setidaknya kalau tencana ini bisa digagalkan tidak menutup kemungkinan Dinata Group jadi incaran selanjutnya."Renata, dengan reaksi kamu yang seperti ini, sudah cukup menjawab semua pertanyaan yang ada di otak aku. Aku punya bukti kejahatanmu, Renata." Seketika itu wajah Renata berubsh merah padam.Aku langsung beranjak berdiri. Tanpa memo

DMCA.com Protection Status