Farhan Dinata dan Raya Dinata adala dua nama dan dua orang yang berbeda. Hanya tubuh dan muka mereka yang sama. Selebihnya sifat dan karakter juga watak mereka berbeda jauh.
Farhan Dinata,
Seorang jenius yang mempunyai kemapuan IQ di atas rata-rata, besar di USA dan mendirikan perusahaan di bidang perangkat lunak, 6 tahun yang lalu.
Mempunyai saudara kembar yang sudah terpisah dari lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang berbeda.
Berpisah dari lahir dan baru akan dipertemukan 6 tahun yang lalu dengan saudara kembarnya,
Raya Dinata,
Seorang CEO perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman barang dengan sifatnya yang dingin da arogant. Merupakan putra kesayangan dari keluarga Dinata. Yang akan mewarisi seutuhnya kekayaan Dinata group.
Berniat akan mengadakan pertemuan dengan saudara kembarnya untuk pertama kalinya 6 tahun yang lalu. Namun sayang, musibah tidak bisa dihindarkan.
Pesawat yang ditumpangi
Hai pembaca yang budiman, Terima kasih banyak Mampir yuk ke novel saya yang lsin @Sang Kapten @Fatamorgana Terima kasih😊
Ray jalan dengan tergesa menuju ruangan kerjanya, itupun dia berjalan melalui parkiran bassemant. Di pelataran sudah membludak para awak media yang berjejal hanya untuk menunggu kedatangannya.Entah media berita mana yang menerbitkan berita hari ini tentang rahasia besar keluarga Dinata. Berita itu mencuat begitu sensasional. Mengupas tentang pembicaraan yang dilakukannya kemarin dengan saudara sepupunya."Clarissa! Tolong handel semua media berita yang menerbitkan berita tentang keluarga Dinata hari ini! Jangan sampai menyebarluas."Begitu titah Ray kepada seluruh karyawannya hari ini melalui sekertarisnya. Dia tak habis pikir siapa yang mencuri dengar tentang pembicaraannya dengan Careld kemarin hingga di terbitkan ke seluruh media berita.Dari karyawan sampai seluruh media berita dan masyarakat umum pasti sudah rame membicarakan tentang keluarganya.Berkali-kali ibunya menelponnya supaya cepat menghandel pemberitaan itu. Begitupun dengan Careld.
Dengan cepat aku merapikan diri. Masih dalam posisi berbaring, aku mendengar jelas suara itu milik siapa. Ray! Yah, itu Ray! Untuk apa dia kesini? Ada perlukah dengan dokter Careld? Ada perasaan sedikit bersalah kalau mengingat setiap kali aku bercumbu dengan dokter Careld. Lho! Untuk apa? Nggak perlu aku merasa bersalah, toh aku dan dia sudah bebas. Jadi aku mau sama siapa juga nggak ada hubungannya dia . Terkadang aku merasa aku punya dendam pada setiap laki-laki. Kenapa mereka menyakitiku. Rasanya aku ingin juga menyakiti mereka. Agar mereka merasakan hal yang sama kurasakan. "Untuk apa kamu ke sini, Ray? Di dalam ada Move. Bagaimana kalau dia nanti mendengar apa yang akan kamu bicarakan. Apalagi tentang kasus tadi siang." Aku mengerutkan dahi. Apa yang nggak boleh aku dengar? Terus ada kasus apa tadi siang, di mana? Akh! Aku makin penasaran. Namun kedua laki-laki itu segera pergi ke rumah utama. Aku penasaran sebenarnya apa yang terjadi ha
Dengan masih terpaku, Nathan, laki-laki dewasa itu menatap kepergian wanita yang sudah resmi menduduki hatinya dari pertama dia bertemu itu. Benarkah, yang dikatakannya tadi. Bahwa dia ingin dirinya membawa wanita itu pergi jauh dari orang-orang yang menyakitinya. Sebenarnya ada apa degan kehidupan seorang Move, seolah-olah wanita itu sangat menderita. Dari setiap ucapan yang keluar dari mulutnya selalu berupa penekanan bahwa dirinya sudah tidak ingin hidup bersama lingkaran setan. Yang tak mungkin dia lepaskan dengan mudah. Wanita itu seakan meminta bantuan padanya agar bisa terlepas dari sebentuk lingkaran kehidupan yang penuh dengan manipuladi dan skenario bahkan sempat terdengar publik bahwa dirinya menjadi korban konspirasi oleh beberapa orang yang menginginkan kehidupan pribadinya, tanpa terkecuali Raya Dinata. Move Herdianata, Seorang janda yang mandiri dan pekerja keras itu, merelakan hidupnya di skenario dam menjadi bahan konspirasi d
Hari itu juga aku menghilang mendadak. Bahkan ponsel genggam juga aku matiin. Tidak kerja dan juga sudah pindah rumah. Jujur saat ini aku hanya ingin sendiri, menghilang dan tidak ada yang menggangguku. Bahkan tidak ingin aku dengar kabar apapun dan dari siapapun. Tidak ingin pula dicari. Di tempat terpencil ini, aku mulai nyaman. Kabar terakhir dari Nathan, dia sudah terbang ke Los Angeles untuk pekerjaan dinasnya. Dan aku tak perlu apapun lagi dengan dia. Biaya ngontrak rumahnya sudah aku transfer untuk selama 6 bulan. Bulan setelahnya aku akan pergi dari kota ini, berpetualang kemanapun aku mau. Hatiku terperangah, bahkan kata kaget dan terkejut pun sudah tidak bisa menggambarkan reaksiku waktu itu. Ketika aku tahu rahasia besar apa yang disembunyikan oleh keluarga Dinata. Lebih mirisnya, aku yang jadi tokoh utama dari skenario juga konspirasi itu. Alangkah sakitnya aku menerima kenyataan itu. Kenapa aku bisa berurusan dengan orang-orang yang
Melihat notifikasi di ponselnya, jantung Ray seakan berhenti. Ada yang menusuk di ulu hatinya. Siapkah besok dia bertemu dengan sosok yang untuk pertama kali akan dia temuinya. Hatinya tiba-tiba didera kesakitan. Apakah ini cara terbaik. Ketika Move pergi menghilang untuk kesekian kalinya, seseorang yang seperti berhak sekali atas diri perempuan itu. Dengan gontai dia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja kerjanya, berusaha membagi berita itu pada keluarganya. "Ma!" suaranya terputus, ketila mendengar panggilannya di sahutin sang mama. "Besok dia, datang" ucapnya sekali lagi yang membuat suara mamanya tiba-tiba menghilang. Ray hanya menghela napas sesak mengetahui orang yang melahirkannya itu seolah sock mendengar kabar itu. Ray tahu betul, sebenarnya wanita separu baya itu juga tidak menginginkan pertemuan yang seperti ini. Untuk pertama kalinya, dia akan bertemu dengan orang yang sangat mirip dengan dirinya bahkan mungkin
Tenggorokan Ray seperti tercekat mendengar permintaan lawan bicaranya di seberang. Hatinya benar-benar berkecamuk. Harus jawab apa dia dengan permintaan laki-laki yang tak lain adalah Farhan Dinata saudara kembarnya. "Raya!" Panggil Farhan dari seberang telpon. "Eh, iya, Far sorry. Aku lagi di jalan, nanti Aku telpon kamu lagi. Bye! Klik." Sambungan telpon terputus. Ada titik keringat yang mengembun di dahinya yang bersih dan berwarna gading itu. "Ada apa?" tanya Careld dengan serius. "Dia minta nomor telpon Move." Careld memandang wajah sepupunya itu. Ada rasa iba tapi itu cukup buat menghukum Ray atas semua yang dilakukannya pada Move selama 6 tahun. "Itu hak dia, kasihlah. Toh nomor telpon itu juga nggak aktif sekarang." "Bukan itu masalahnya?" Careld kembali menatap dalam wajah Ray, dahinya berkerut tanda dia tak mengerti. "Dari mana dia tahu, kalau aku mengenal Move!" Deg! Benar! Darim
Pagi ini, keluarga Dinata menjadi trending topik di media berita. Kedatangan Farhan yang wajahnya bagai pinang dibelah dua benar-benar mengundang kekagetan semua orang. Semua orang tidak pernah menyangka kalau selama ini di keluarga Dinata ada anak kembar. Saudara kembar Raya Dina bernana Farhan Dinata. Yang tak sedikitpun mereka berbeda. Hanya saja kalau Raya Dinata sosok yang lebih angkuh dan dingin sedangkan Farhan Dinata adalah sosok yang ramah dan hangat. Murah senyum walau ada sisi kurangnya. Apapun yang menjadi keinginan seorang Farhan harus dia dapatkan. Media berita mana saja hari ini menerbitkan Headline yang sama. Berita yang menghebohkan masyarakat dan menjadi trending topik. Viral di media sosial manapun. Bahkan menggelar konferensi pers. Untuk menjelaskan duduk permasalahannya. Karena dengan kedatangan Farhan ternyata menimbulkan pro dan kontra. Banyak dari para pembaca media sosial yang pro dan kontra, mengomentari tentang kemanakah sel
Aku tercekat dengan tenggorokan kering, melihat sosok yang sudah tepat berada di hadapanku."Astaga! Ini siapa? Ray, kah? Farhan, kah?" Tiba-tiba aku merasa pening mendapati sosok di depanku ini tidak bergeming. Hanya tatapan dinginnya membuatku beringsut ke belakang.Tanpa diperintah sosok tampan itu berangsur mendekatiku. Mencoba menggapai tanganku. Tapi aku semakin terpojok. Mencari sesuatu yang mampu membuatku tenang.Ini sebenarnya siapa? Bahkan dalam keadaan seperti ini, pikiranku pun tak mampu ku ajak bekerja sama. Sungguh, aku tak mengenali siapa pria ini?Terlalu mirip! Sama bahkan. Dari garis rahangnya yang keras, lengkung hidungnya yang mancung, bahkan sinar pendar di matanya, pun sama warnanya. Coklat mengkilat.Sampai tubuhku menyentuh dinding belakang, laki-laki itu bahkan tak melepaskan ku. Tubuhku gemetar, kaki dan tanganku bergetar. Sesaat panik attack itu menderaku, mengkoyak keberanianku. Dengan bibir thremorku mencoba mencari ta
Hari itu akhirnya datang juga. Hari di mana aku jadi ratu sehari dan Ray jadi raja sehari. Bahagia? Tentu. Bahkan hanya air mata haru yang menjadi temanku.Laki-laki 7 tahunku . Ya Tuhan, akhirnya. Aku benar-benar pengen pingsan karena nggak kuatnya menahan kebahagiaanku.Bahagia! Benar-benar bahagia. Saat ijab kabul itu berlangsung dan jawaban sah itu terdengar, tubuh melemah seketika. Tangan dan kaki ku thremor tiba-tiba.Puji syukur ya Tuhan, semua atas keridhoanmu. Kedua tanganku lama banget tertengadah hingga kulihat imamku masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan."Sudah sah, Sayang," bisiknya sambil mengecup daun telingaku membuat buluku meremang seketika.Kucium punggung tangannya tanda aku sangat menghormatinya lantas dia menyesap bibirku sebentar sebelum selanjutnya kami kembali ke pesta."Ma, Pa," kucium satu per satu punggung tangan mereka lalu kupeluk orang tua itu yang sekarang sudah menjadi orang tuaku.Giliran Farh
Ray masih terengah saat tubuhnya mengejang di atas tubuhku. Berkali-kali dia mengecup bibirku. Dan mengendus leherku saat dia sudah berbaring di sebelahku. Mataku sudah terpejam saat tangannya kembali menyentuh puncak dadaku yang tak terlapisi kain sedikit pun. Pria itu memainjannya dan membuat ku mengerang pelan. "Besok kita pre wedding, aku nggak mau ada halangan lagi." Aku hanya mengangguk sambil menikmati sentuhannya yang mrmbuatku kembali menegang. "Aku mau secepatnya kita menikah, Sayang," ucapnya bergetar sambil mengulum dadaku yang sudah mengeras. "Hemmn," jawabku dengan gelisah. Karena sudah kurasakan milikku lembab lagi. "Oh, Ray," akhirnya lolos juga dari tadi yang kutahan. Desahan berat karena tangan dan mulut Ray yabg usil. Pria itu hanya tersenyum puas melihat ku tersiksa seperti itu. Tak menunggu lama ketika wajahnya kembali terbenam di kedua pahaku aku kembali mendapat pelepasan. Rasanya aku sudah tidak sanggup
Hari selanjutnya aku sudah pulang dari rumah sakit. Kali ini aku pulang je rumah Ray bukan ke apartemen Farhan. Apartemen Farhan di kosongin sementara waktu. Kalau lagi bisan aja pengen liburan di sana. "Duduk di sini dulu atau mau langsung ke kamar?" tanyanya masih menggendong tubuhku yang masih lemah. "Langsung ke kamar saja," jawabku masih melingkarkan tanganku di lehernya. Setelah sekian lama banyak peristiwa yabg terjadi, entah kenapa baru kali ini aku merasa sedekat ini dengan Ray. Rasanya aku sangat merindukan saat-saat pertama kali dulu kita saling menyayangi tanpa ada pertengkaran dan air mata. Rasanya dulu aku sangat polos mencintai dia tanpa ada yang mengganggu gugat. Agak terhenyak rasanya ketika pria tampanku itu membaringkan tubuhku di tempat tidurnya. Aku terbangun dari lamunanku. "Pesen bubur dulu, ya. Habis itu minum obat." "Ray, nggak usah. Aku bikin sendiri saja." Ray mendelikkan matanya. "Maksudnya aoa mau b
Dorr ... doorr! Suara tembakan itu persis hampir mengenai jantung buatan Farhan ketika tiba-tiba pria tampan itu menutup kembali pintu ruang kerjanya. Buru-buru dia menghubungi polisi dan menghubungi Ray agar cepat bersembunyi. [Ray! Bersembunyi! Mereka menggunaksn senjata api!] Teriakan Farhan cukup membuat Ray mengerti. Pria itu tidak mengibstrupsi saudara kembarnya karena dia harus mencari bantuan. Suasana malam itu kian huru-hara karena tiba-tiba dua orang asing masuk ke ruang kerja Farhan dengan sarkasnya menembakkan beberapa amunisi hingga membuat suasana gaduh. Tak selang lama polisi dapat melumpuhkan penjahat amatiran itu. Ray dan Farhan pergi ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. "Ulah siapa, menempatkan penjahat amatiran begitu, Far?" Ray tampak kesal karena malamnya ini terganggu dengan ulah para penjahat amatiran yang pada belum bisa menggunakan senjata api. "Aku tahu siapa orangnya. Ni! Tolong pelajari! Aku mau pula
Berkali-kali Renata menelan salivanya. Tak henti-hentinya dia menatap ke wajah sang penguasa itu. Terlihat lebih dingin dan arogan dari biasanya. Manusia dengan jantung buatan itu masih sebuk dengan segaja macam file dan berkas penting serta surat perjanjian kontrak kerja sama. Sedang di sebelahnya setumpuk kertas file yang iya yakini entah kapan selesainya. Tapi bukan itu yang membuat Renata menatap gelisah setumpuk file dan berkas itu. Tapi salah satu berkas dan file itu ada salinan surat kontrak yang suda ia rubah mengenai isi perjanjiannya dengan perusahaan papanya yang terbelit hutang yang banyak. "Renata! Kamu bisa pulabg duluan. Mungkin saya mau tidur dikantor saja untuk menyelesaikan pemeriksakaan berkas filenya." Suara bariton Farhan menggema di ruang kerjanya. "Astaga! Gila apa orabg ini. Mau lembur sampai tidur di kantor segala!" batin Renata ngedumel marah. Kalau sampai bosnya tidur di kantor otomatis berkas file itu pasti akan selesai diperiksa m
Farhan menatap wajah yang umurnya jauh di atasnya itu. Seorang yang seharusnya sudah bisa bersikap dewasa dan bijaksana. Namun sikap itu jauh dari wajah yang seoerti anak muda itu. Farhan menghela naoas dalam. Baru dia bertatapan secara langsung laki-laki yang sering menyiksa istrinya lahir dan batin. "Kalau hanya ingin bertemu dengan untuk menanyakan masalah Renata, Aku rasa Move sudah memberi tahumu." Pria dewasa itu menghela napas menatap pria yang mukanya sama persis dengan pria yang akan menikahi mantan istrinya. "Kamu tahu sekarang kondisi Move seperti apa?" tanya Farhan sambil memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku. Sejenak laki-laki yang tak lain Dimetri itu menyugar rambut hitamnya. Bukankah dia akan menikah. Sudah seharusnya kan dia berbahagia saat ini___ "Bukkkkk ...!" Pria bertubuh kekar itu sepoyongan, ada darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Sedang Farhan mengibas-ngibaskan tangannya. Ada rasa panas menjala
Teriakan Ray membuat seluruh penghuni ruangan itu tersentak. Semua tertuju pada tubuh Move yang kejang-kejang. Seketika senua yabg ada di ruangan di suruh keluar.Ray dengan paniknya tak bisa menenangkan perasaannya. Berkali-kali dua meraup mukanya. Bahkan semua orang mencoba untuk menenangkannya namun sia-sia.Seilah menunggu anteian lama sekali. Pintu ruangan itu tak kunjung dibuka. Padahal sudah hampir 30 menit. Dan ketika terdengar suara langkah kaki dari dalam menuju pintu keluar, Ray dengan segera menyambut dokter itu."Dok, bagaimana__"Sebaiknya, Bapak lihat sendiri keadaannya di dalam." Suara dokter itu membuat Ray terpana."Ray, sebaiknya kamu ke dalam duluan," ucap mamanya sambil memeluk putranya itu."Aku temani," kata Farhan masuk terlebih dahulu. Lalu di susul Ray.Kedua saudara kembar itu harap-harap cemas ketika memasuki ruangan itu. Beberapa suster sudah pergi meninggalkan mereka tapi di atas pembaringan p
Suara tangisan itu terdengar begitu keras hingga membuatku tersadar. Siapa yang menangis? Aku mencoba bangkit dari pembaringanku. Badanku rasanta remuk redam. Suara itu semakin terdengar di telingaku. Dan aku semakin penasaran. Sebenarnya siapa yang ditangisi? Apakah Ray? Apa calon suamiku itu tidak selamat? Astaga! Buruk sangka aja aku ini. Bagaimana tidak. Aku masih ingat betul bagaimana peristiwa itu terjadi. Ada beberapa mobil yang mengikuti kami ketika aku dan Ray akan mendatangi tempat pemotretan pre wedding kami. Dan tepat di kilometer 17 mobil-mobil itu menyenggol mobil Ray hingga mobil yang kami tumpangi masuk jurang. Itu artinya nyawa kami jadi taruhannya. Tetapi aku masih bisa merasakan sakit. Tandanya aku masih hidup. Nah! Apakah menangisi kematin Ray. Dengan buru-buru aku bangkit dari tidurku. "Ouw!" Kurasakan ada yang sakit di seluh badanku entah itu apa? Dan saat alu bisa melihat siapa yang menangis aku sangat terkejut. It
Melihat tangan thremor yang memegang gelas sampe jatuh ke lantai itu aku sudah nggak kaget. Setidaknya aku sudah bisa membuktikan bahwa semua yang diucapkan oleh Dimetri itu benar adanya.Bahwa Renata memang punya niat nggak baik dari awal datang ke Genius Group. Dua benar-benar wanita ular. Yang bisa bertahan saampai beberapa tahun di perusahaan Farhan hanya untuk menguasai secara garis besar sistem dan cara kerja Genius Group.Licik! Entah dia itu tangan kanan siapa yang di suruh untuk menyusup ke Genius Group. Yang pasti saat ini samua data perusaan dan sitem kinerja Genius Group sudah terbaca dan ia kuasain.Setidaknya kalau tencana ini bisa digagalkan tidak menutup kemungkinan Dinata Group jadi incaran selanjutnya."Renata, dengan reaksi kamu yang seperti ini, sudah cukup menjawab semua pertanyaan yang ada di otak aku. Aku punya bukti kejahatanmu, Renata." Seketika itu wajah Renata berubsh merah padam.Aku langsung beranjak berdiri. Tanpa memo