William duduk di kursi kebesarannya, pikirannya kini tengah memikirkan Marsha. Tadi malam Marsha mengunci diri di kamar tamu. Bahkan paginya, Marsha sudah lebih dulu berangkat. William merasa bersalah karena berkata kasar pada Marsha. Ya, memang sebenarnya William sangat marah pada Marsha, karena Marsha mencampuri urusan pribadinya. Tapi tidak bisa di tutupi jika William juga merasa bersalah karena terlalu kasar pada Marsha. William melirik arlojinya, sekarang sudah pukul enam sore. Itu artinya Marsha sedang di jalan pulang. William memutuskan akan berbicara dengan Marsha saat dia sudah tiba di rumah. Tidak lama kemudian, terdengar dering ponsel, William mengambil ponselnya di atas meja. Dia menatap ke layar ternyata pesan masuk dari Marsha. DIa mengusap layar ponsel untuk membuka pesan, dan langsung membaca pesan.Marsha : William, aku akan menginap di rumah Karin. Kau tidak perlu mencari ku. Aku baik-baik saja.William : Tidak boleh, aku tidak mengizinkanmu menginap.Marsha : Aku h
"Aku tetap ingin menginap di rumah Karin! Cepat kau putar arah ke rumah Karin! Kenapa kau selalu mengatur hidupku!" sentak Marsha. Dia tetap ingin menginap di rumah Karin. Dia ingin menenangkan diri. "Aku sudah mengatakan padamu bukan? Jika aku tidak mengizinkanmu menginap di rumah karin!" geram Wiliam. Dia berusaha menahan emosinya, dia tidak ingin membentak Marsha. "Apa kau tidak bisa membaca pesanku? Disitu tertulis aku bukan meminta izin padamu. Tapi aku memberitahumu jika aku akan menginap di rumah Karin. Tidak perduli kau mengizinkan atau tidak! Ini hidupku! Aku memiliki kebebasan untuk mengatur hidup ku!" sentak Marsha. Dia sudah kehilangan kesabarannya bersama William. "Kita bicara ketika kita di rumah Marsha!" Seru William meninggikan suaranya. Dia menambah kecepatan mobilnya. Hingga membuat Marsha ketakutan karena William mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Tidak lama kemudian, mobil William sudah tiba di mansion. Marsha turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam
Kesokan hari, setelah pertengkaran dengan William, Marsha berusaha untuk melupakan hatinya yang terluka. Tidak tahu kenapa Marsha sungguh tidak nyaman. Dia sangat tidak suka ketika William mengakui padanya jika sudah memiliki kekasih. Dengan cepat dia segera menepis perasannya. Marsha harus mengingat jika pernikahannya dengan William hanya sebatas kontrak perjanjian.Kali ini Marsha kembali berusaha hanya memirkan Raymond. Namun, tidak bisa dipungkiri, dia tidak bisa lagi memikirkan Raymond. Padahal dulunya Marsha selalu memikirkan Raymond. Marsha berusaha untuk melupakan dan menepis perasaan yang tidak masuk akal ini. Tidak mungkin Marsha membiarkan dirinya jatuh cinta pada William. Dia harus tahu, jika yang William cintai adalah Alice. William sudah memiliki kekasih. Marsha yakin, Alice adalah wanita dewasa yang cantik. Berbeda dengan dirinya yang masih muda. Marsha berjalan menuju ruang makan. Dia melihat William yang tengah menikmati sarapan. Tanpa menyapa sedikit pun, dian angsu
William duduk di kursi kebesarannya, dia baru saja selesai meeting. Pikirannya tidak berhenti memikirkan perkataan Marsha tadi malam. Teringat jelas perkataan Marsha jika Marsha menunggu Raymond kembali padanya. Jika William mengingat itu, dia langsung mengepalkan tangannya. Dia benci jika Marsha masih memikirkan pria yang pergi tanpa memberi kabar sedikit pun. Hari ini William harus menjemput Alice. Tapi dia sendiri tidak ingin menjemput Alice. Dulu biasanya William selalu senang ketika menjemput kekasihnya. Tapi entah kenapa kali ini dia merasa enggan untuk menjemput kekasihnya itu. Alice memang gadis yang sangat cantik. Dia wanita dewasa yang umurnya sama dengan William. Pekerjaan Alice sebagai seorang artis, membuat Lukas ayah William tidak pernah merestui Alice menjadi menantunya. Lukas jauh lebih memilih Marsha, karena Marsha adalah gadis polos yang sangat cantik, lahir dari keluarga baik-baik. Itulah yang membuat Lukas memilih Marsha. Terdengar suara ketukan pintu, membuat Wi
"Alice, jangan samakan Milan dengan Toronto. Di sini tempat tinggal keluargaku. Aku tidak ingin ada pemberitaan macam-macam tentang diriku," seru William yang mulai malas menanggami ucapan Alice."Kalau begitu, kenapa kau tidak mengenalkan aku dengan keluargamu? Kita sudah menjalin hubungan lama William!" balas Alice.William membuang napas kasar. "Aku belum bisa mengenalkanmu pada keluargaku. Banyak hal yang harus aku katakan padamu Alice.""Ada apa? Kau ingin mengatakan apa?" tanya Alice menatap serius Wlliam."Banyak hal yang harus kau ketahui, mungkin kau belum melihat berita di media tentang diriku." tukas William dingin.Alice mengerutkan dahinya. "Apa yang kau maksud William? Aku tidak mengerti." "Aku dijodohkan dengan anak sahabat ayahku, Dia anak dari Mario Nicholas, Aku rasa kau pernah mendengar nama Mario Nicholas. Beberapa bulan terakhir Mario Nicholas mampu membawa perusahaannya berada di puncak," jawab William menatap lekat manik mata Alice. "Dan aku sudah menikah denga
"Pa, aku tidak mau pa. papa tahu kan aku ini masih belum lulus kuliah? usia ku masih sangat muda untuk menikah. Aku tidak mau paa..." kata Marsha dengan nada memohon pada ayahnya."Papa tidak mau tahu, kau harus menikah dengan William. Anak sahabat papa itu bukan pria sembarangan Marsha, papa memberikan masa depan yang baik untuk mu!" seru Mario dengan nada penekanan dan tidak ingin di bantah."Ma, bantuin aku ma. Jangan diam saja ma, aku tidak mau menikah muda mah," bujuk Marsha dengan penuh permohonan pada Clara."Sayang, apa yang di katakan papa itu benar. Kau pasti akan bahagia dengan William. Dia anak dari Paman Lukas. kau tahu kan Paman Lukas pemilik Geovan Group? masa depan mu akan sangat baik jika kau menikah dengan William sayang," ujar Clara dengan suara lembut."Kenapa mama sama saja dengan papa!" ucap Marsha ketus."Marsha, meskipun nanti kamu menikah dengan William. Kau akan tetap bisa melanjutkan kuliah mu, jadi papa tidak ingin mendengar alasan apapun dari mu. Kau akan
Marsha yang baru saja kembali dari kampus. Dia memutuskan mendengarkan saran dari Karin. Paling tidak Marsha bertemu dahulu dengan anak dari Geovan Group. Akhirnya Marsha mengatakan pada kedua orang tuanya jika ia mau untuk di pertemukan terlebih dahulu dengan sosok William Geovan.Kedua orang tuanya pun sangat bahagia dengan keputusan Marsha ini. Tapi Marsha sudah mengatakan pada orang tuanya, jika dia hanya ingin bertemu terlebih dahulu. Marsha ingin tahu apakah pria yang di jodohkan padanya menyukai perjodohan ini. Marsha sangat berharap pria itu tidak menyukai perjodohan ini.Entah harus bicara apa dengan Raymond. Karena Raymond sebenarnya tahu jika Marsha menyukai Raymond. Hanya saja Marsha menolak Raymond karena larangan dari orang tuanya, yang tidak memperbolehkan dirinya memiliki seorang kekasih.Raymond pernah mengatakan pada Marsha, jika dia akan menunggu Marsha hingga Marsha siap untuk menerima dirinya. Dan Marsha sudah berencana menerima Raymond saat dirinya lulus kuliah n
Siang itu William baru saja kembali dari Italia. William memegang perusahaan keluarganya yang berada di Italia. Karena keinginan ayahnya untuk ia pindah ke Kanada tahun ini. Dengan terpaksa William pun akhirnya kembali ke Kanada."William," panggil Lukas saat melihat William baru saja tiba di rumah.William langsung menoleh dan menatap Lukas "Ya, ada apa?""Kemarilah, ada hal penting yang harus papa bicarakan dengan mu," ujar Lukas dan William langsung berjalan mendekat ke arah orang tuanya."William, apa kau masih ingat dengan sahabat lama papa yang bernama Mario Nicholas?" tanya Lukas menatap lekat William."Ya, aku mengingatnya. Paman Mario yang istrinya adalah orang Indonesia itu?" tanya William. Lukas mengangguk."Papa sudah memutuskan akan menjodohkanmu dengan anak dari sahabat papa itu, namanya Marsha. Papa yakin kau pasti akan menyukai gadis itu." Lukas berkata dengan yakin."Tunggu, maksud papa jadi papa memintaku kembali ke Kanada hanya karena papa ingin menjodohkanku dengan