Beranda / Fiksi Remaja / Takdir Ikatan Suci / 3. Bapak Menyebalkan

Share

3. Bapak Menyebalkan

Penulis: Ervin Warda
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-14 15:32:39

Mendengar ada yang menyapanya Almera menoleh. Wajahnya langsung cerah, senyumnya mengembang sempurna. Menambah kadar kecantikan yang dimiliki Almera. 

"Hai juga, Rel," sahut Almera dengan semangat. Siapa yang tidak senang jika didatangi oleh Farrel Abdillah, seorang mahasiswa yang terkenal akan ketampanan dan kecerdasannya.

"Gue gabung boleh?" tanya Farrel meminta izin kepada mereka bertiga.

Dengan cepat Almera mengangguk. "Boleh dong."

"Jangan terlalu antusias. Lo harus sok jual mahal gitu," bisik Widya kesal.

"Enggak bisa, dia idaman banget," sahut Almera yang juga berbisik, namun bisa didengar oleh kedua sahabatnya. Widya dan Amel kompak memutar bola matanya malas. Dasar Almera, ada yang tampan sedikit langsung seperti cacing kepanasan.

"Gimana kuliah hari ini, Al?" tanya Farrel tersenyum manis.

"Alhamdulillah, lancar," jawab Almera dengan nada yang sangat lembut.

Widya dan Amel pura-pura muntah. Lebay sekali sahabatnya yang satu itu. Jika berbicara dengan cowok tampan suaranya langsung lembek seperti yupi. Lah, sedangkan dengan sahabatnya sendiri suaranya langsung ngegas seperti becak motor.

"Gue pergi dulu ya, Al. Ada kelas sebentar lagi, nanti gue chat lo," ucap Farrel.

"Iya, Farrel." 

"Bye semua," pamit Farrel seraya mengusap pucuk kepala Almera.

"Bye, jangan kembali lagi," sahut Amel saat Farrel sudah lumayan jauh, jadi Farrel tidak akan mendengar.

"Gue seneng banget," ucap Almera dengan nada tertahan. Ingin berteriak, tetapi malu. Nanti dia disangka sudah gila lagi. Sudah lama Almera menyukai Farrel, begitu pun sebaliknya. Hanya saja mereka berdua terlalu gengsi untuk mengungkapkan.

"Gila, lo," sinis Widya.

"Kalian kenapa sih?" tanya Almera sewot.

"Nah 'kan keluar suara aslinya," sindir Amel dengan terkekeh.

"Kenapa suara lo bisa berubah ya, Al?" tanya Widya dengan raut penasaran.

Almera mendengkus kesal. Selalu seperti ini, kedua sahabatnya akan meledeknya habis-habisan jika dia selesai berbicara dengan Farrel. Apa salah kalau dia berbicara lembut kepada lelaki yang disukainya, masa iya dia harus ketus. Nanti yang ada mereka kabur semua dan dia tidak mau menjadi perawan tua.

**

Jam kampus telah usai, saat ini Almera sedang berdiri di pinggir jalan. Sedari tadi dia menunggu taxi tetapi tidak ada yang lewat. Andai saja mobilnya tidak dia tinggalkan, pasti sekarang dirinya sudah bersantai di rumahnya.

Kenapa tidak ada angkutan umum sama sekali sih! Apa mereka sudah kaya, hingga cuti berjamaah seperti ini? Mana handphone nya lowbat lagi, lengkap sudah penderitaan mu Almera. Rasanya dia ingin menangis saja, sebanyak kendaraan yang lewat apa tidak ada yang mengenal dirinya?

"STOP!" teriak Almera melambaikan tangannya pada mobil yang baru saja ingin berjalan setelah menurunkan seorang wanita.

"Pak, ke lampu merah yang ada di jalan anggrek ya," ucap Almera yang sudah duduk tenang di belakang.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. 

Almera menatap takjub pada mobil yang ditumpanginya saat ini. Ini mobil mahal, jarang sekali dirinya mendapati taxi sekeren ini. Wah, supirnya pun berpakaian mewah. Ya ampun, apakah ini yang dinamakan pelangi setelah hujan? Setelah mengalami beberapa kesialan akhirnya dia mendapat kebahagiaan dengan menaiki taxi semewah ini? Ini adalah pengalaman yang paling terindah baginya.

"Terima kasih, Pak. Ini uangnya," ucap Almera menyodorkan uang berwarna merah.

"Saya bukan bapak-bapak dan mobil saya bukan taxi." Kalimat dengan nada datar itu membuat Almera merinding. Kenapa menjadi horor seperti ini.

"Tetapi tadi ada yang turun dari mobil ini," ucap Almera menutupi rasa takutnya.

"Tadi karyawan saya." Lelaki itu menoleh ke arah Almera. Sejenak Almera terpana dengan wajah tampan dari lelaki yang berada di hadapannya saat ini. Terlihat sangat dewasa, dengan wajah tampan putih bersihnya. Sejak kapan ada lelaki setampan ini?

"Khem," dehamnya.

"Perkenalkan nama saya Leonvi Romeo Kinsey, jadi saya bukan supir taxi," ucap lelaki yang ternyata bernama Romeo.

Wajah Almera memerah malu. Dia bukan anak bodoh yang tidak tahu siapa itu Leonvi Romeo Kinsey. Lelaki di hadapannya ini merupakan CEO dari perusahaan ternama - Kinsey company dan dia baru saja menyebutnya supir taxi? Oh good apa lagi ini. Seharusnya dari awal dia sadar bahwa tidak ada taxi dengan mobil sekeren ini. 

"Ma - af, Pak. Saya tidak tahu," ucap Almera gugup. Jika kedua sahabatnya tahu bahwa dirinya gugup pasti mereka menertawakannya. Karena ini adalah pertama kalinya seorang Almera Shakayla Anindya gugup.

"Dengan gampangnya kamu minta maaf setelah mengira bahwa saya supir taxi? Saya juga mengantarkan kamu sampai tujuan," ucap Romeo datar.

"Loh, salah Bapak juga. Kenapa tidak bilang dari awal, kalau Bapak bukan supir taxi," tandas Almera dengan berani. Hilang sudah rasa takut yang sempat hinggap tadi, kini dia akan menunjukkan sifat aslinya. Dia tidak akan diam saja jika ada yang menyudutkannya, sekarang sudah tidak jaman wanita yang lemah. Semua wanita harus tangguh dan berani.

"Kamu memarahi saya?" tanya Romeo mengangkat sebelah alisnya.

"Iya lah, Bapak yang salah," ketus Almera.

"Kenapa saya? Kamu yang salah dan perlu kamu tahu, bahwa perjalanan tadi tidak gratis," ucap Romeo tersenyum miring.

Almera memundurkan posisi duduknya. Kenapa Bapak ini menjadi menyeramkan jika tersenyum seperti itu. 

"Bapak, mau saya bayar berapa?" tanya Almera dengan nada pelan.

"Saya tidak mau uang kamu," jawab Romeo yang masih mempertahankan senyum miringnya.

Pikiran Almera semakin kalut, apa maksud dari tidak mau uang? Apa Bapak ini mau menjual organ tubuhnya? Oh Tuhan, sampai kapan kesialan ini terjadi? Dia masih ingin menyelesaikan kuliahnya, menggapai cita-cita, dan dia belum bertemu dengan jodohnya.

"Bapak, mau menjual ginjal saya?" tanya Almera dengan tangan yang sudah berkeringat dingin. Sungguh, ini sangat menakutkan.

"Saya mau jasa kamu," jawab Romeo.

"SAYA BUKAN JALANG YA, PAK!" seru Almera marah. Dia tidak terima jika harga dirinya diinjak-injak seperti ini. Walau mau dibayar 2 triliun sekali pun dia tidak akan mau. Harga diri harga mati baginya, semua ini hanya untuk suaminya kelak.

"Siapa yang bilang kamu jalang? Lagian kamu tidak cocok, badan kamu saja datar seperti papan," jawab Romeo tersenyum meremehkan.

"Dasar Bapak mesum," gerutu Almera kesal.

"Saya mau kamu besok datang ke kantor saya," ucap Romeo menyodorkan kartu namanya.

"Tidak mau, saya sudah kaya, Pak. Uang ayah saya saja sudah banyak, maklum anak sultan," sahut Almera sombong.

Romeo semakin mendatarkan wajahnya. Dirinya pusing menghadapi menghadapi perempuan di hadapannya ini. Kenapa masih ada makhluk seperti ini? 

"Saya mau kamu mencuci mobil saya." Romeo mencodongkan badannya, hingga jarak keduanya semakin dekat. "Tidak menerima penolakan," tegasnya.

"Jangan lupa bernapas," lanjut Romeo menjauhkan badannya.

Almera mendengkus kesal, tetapi tak urung wajahnya memerah. Jantungnya pun berpacu lebih kencang dan itu semua karena si Bapak menyebalkan.

"Ya," jawab Almera singkat kemudian dengan cepat turun dari mobil. Dirinya tidak kuat jika harus berlama-lama dengan dia. 

"Ish, kenapa harus bertemu bapak itu sih," gerutu Almera berjalan mendekati mobilnya.

"Sepertinya gue harus minta do'a penolak kesialan deh sama bunda." Sebelum memasuki mobilnya Almera melirik sinis ke arah Romeo. Wajah itu, akan selalu dia ingat sebagai Bapak menyebalkan.

"Jangan lupa besok ya, Papan," ucap Romeo yang kemudian melesat pergi.

Almera melongo di tempatnya. Emosinya mendidih, kepalanya seakan berasap. Bapak itu bilang apa, papan? Almera menunduk guna melihat badannya sendiri. Badan seksi seperti ini dibilang papan, dasar bapak mesum.

Saat akan membuka pintu mobil, tatapan Almera terpaku pada kertas yang tertempel pada kaca bagian depan mobilnya.

Bab terkait

  • Takdir Ikatan Suci   4. Tidak Suka Sayur

    Almera terpaku pada kertas yang tertempel di kaca bagian depan mobilnya. Rasa kesal yang tadinya sudah penuh semakin meluap-luap. Dia yakin bahwa yang menulis ini adalah bapak ojek yang tadi pagi."Waspada, jika ada yang bertemu dengan mobil ini segeralah pergi. Jangan sampai saudara-saudara ojek saya bertemu dengan pemilik mobil ini. Karena dia kurang waras," gumam Almera membaca tulisan yang tertera."Dasar bapak ojek sinting," umpat Almera menyobek kertas tersebut hingga menjadi kecil-kecil.Dengan napas yang masih memburu Almera memasuki mobilnya. Dia ingin cepat sampai di rumah, mungkin dengan berendam akan membuat tubuh dan pikirannya lebih rileks. Sungguh, hari ini sangat menguras emosinya. Untung saja jalan siang ini lumayan lenggang, jadi dia bisa cepat sampai di rumahnya dengan selamat. Jika tidak, sudah pasti dia akan menabrak seluruh kendaraan yang menghalangi jalannya.Almera memasuki rumah tanpa berkata apa pun. Dia terlalu malas untuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • Takdir Ikatan Suci   5. Dijodohkan?

    Pagi hari, Almera beserta kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan pagi dengan tenang. Mereka makan begitu santai, tidak seperti pagi-pagi sebelumnya yang selalu terkejar oleh waktu."Al, hari ini ada rencana mau kemana?" tanya Ayah Grisham yang sudah menyelesaikan makannya."Enggak ada rencana, Yah." Almera menatap Ayahnya heran, tumben sekali."Sebentar lagi kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu yuk," ajak Bunda Tina.Almera menatap Ayah dan Bundanya bergantian. Kenapa sikap kedua orang tuanya berbeda, perasaannya mendadak tidak enak. Ada semut dibalik gula nih, batin Almera."Enggak, Al ada urusan," tolak Almera. Kebetulan sekali dia harus menyelesaikan urusannya dengan bapak menyebalkan itu, jadi bisa dibuat alasan."Kita ngobrol-ngobrol dulu aja yuk. Bunda sudah buatkan kue coklat kesukaan kamu loh," bujuk Bunda Tina dengan wajah memelas.Alm

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • Takdir Ikatan Suci   6. Emosi

    "Ada apa ini?" Suara bariton membelah kerumunan.Almera menoleh. Dia kenal dengan seseorang itu. "Kak, lo kerja disini?" tanya Almera.Semua yang menyaksikan menjadi terkejut, terutama Chili. Dia sudah ketar-ketir takut jika Almera melaporkan perbuatannya."Iya, Dek. Kenapa?" tanya seseorang mengelus rambut Almera. Dia adalah Rizky Putra Rimata - kekasih Widya. Mereka sudah menjalin hubungan hampir satu tahun. Bahkan Rizky sudah menganggap Almera seperti adiknya sendiri."Sebagai apa?" tanya Almera penasaran. Siapa tahu dengan jabatan Kak Rizky bisa membantu dia menyelesaikan urusannya dengan Chili. Bukannya dia tidak mampu mengatasi sendiri, tetapi dia kesini ingin menemui bapak Romeo. Jika dia meladeni, bisa panjang urusannya dan itu akan menghambat urusan dia."Sekertaris ceo," jawab Rizky.Almera mengangguk mengerti, boleh juga. Almera melihat ke arah Chili yang wajahnya sudah pucat pasi. Di dalam hati Almera tersenyum miring, cuma

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Takdir Ikatan Suci   7. Gudang

    "Pak, buka pintunya!" teriak Almera memukul pintu besi yang tertutup."Kamu bersihkan ruangan itu." Suara Romeo dari luar pintu.Almera memperhatikan sekelilingnya, ternyata ini gudang. Terlihat dari banyaknya barang yang sudah tidak terpakai, sampai banyak yang berdebu. Almera bergidik, jadi dia harus membersihkan ini semua? Di rumahnya saja dia tidak pernah memasuki gudang apalagi membersihkannya. Sedangkan disini dia mendadak jadi office girl."Pak," panggil Almera, tetapi tidak ada sahutan dari luar. Itu tandanya bapak Romeo sudah pergi. Sekarang hanya ada dirinya sendiri disini."Sialan banget itu bapak. Sudah disuruh bersihkan gudang, eh dikunci juga," gerutu Almera berjalan mengambil sapu yang berada di pojok, sebelah lemari.Almera mulai menyapu lantai gudang yang sudah tidak terlihat lagi warnanya, saking banyaknya debu yang menempel. Karena ingin segera selesai dan pulang, Almera melakukan pekerjaannya dengan semangat.Hachim! 

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Takdir Ikatan Suci   8. Tidak Memiliki Perasaan

    "PAK!"Romeo yang sedang memacu langkahnya supaya segera sampai di gudang seketika berhenti mendadak. Siapa yang berteriak seperti itu? Sangat tidak sopan, apalagi dia sedang terburu-buru. Pikirannya bercabang, bagaimana keadaan perempuan itu? Bagaimana pun juga jika terjadi sesuatu pasti yang terkena adalah dia dan perusahaan."Ada apa?" tanya Romeo dengan nada datar. Ternyata yang berteriak tadi adalah Rizky, pantas saja begitu berani. Karena setahu dia, seluruh karyawan disini tidak ada yang berani memanggilnya dengan cara berteriak."Bapak, mau kemana?" tanya Rizky setelah sampai di depan Romeo dengan napas yang naik turun."Gudang," jawab Romeo singkat."Saya ikut ya, Pak," pinta Rizky.Romeo menaikkan sebelah alisnya. "Punya kaki sendiri, jalan sendiri. Kenapa masih izin?" Romeo langsung melenggang pergi meninggalkan Rizky yang terbengong. Sungguh sangat pedas

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Takdir Ikatan Suci   9. Desakan Perjodohan

    "Sudah tenang?" tanya Bunda Tina saat Almera selesai minum. Tadi setelah menunggu beberapa menit, tangis Almera mereda. Ayah dan Bunda pun membawa Almera masuk, tidak enak juga jika dilihat tetangga apalagi kondisi Almera yang berantakan.Almera mengangguk. Jujur saja saat ini dia berasa malu sekali. Kenapa tadi dia bisa kelepasan hingga menangis histeris seperti itu sih! Dulu dia akan menangis jika tidak dibuatkan kue coklat dan itu hanya menangis dalam diam, tidak seperti tadi. Namun dia tidak bisa berbohong bahwa sekarang hatinya terasa plong."Sekarang cerita, pelan-pelan aja," ucap Ayah Grisham. Dia cukup penasaran dengan alasan dibalik tangisan Almera tadi. Setahu dia, Almera itu anak yang kuat, bar-bar dan tidak mudah menangis. Sangat jarang sekali dia menunjukan kelemahannya, baru kali ini dia bersikap layaknya perempuan pada umumnya, menangis sampai histeris."Bunda, masih ingat sama cerita Al yang nabrak kemarin?" tanya Almera memulai pembicaraan. 

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Takdir Ikatan Suci   10. Rencana

    "Sayang."Almera menoleh, ternyata Ayahnya yang memanggilnya. Dia semakin dibuat takut, bagaimana ini?"Bagaimana?" tanya Ayah Grisham.Almera yang sudah tahu kemana arah pembicaraan sang Ayah hanya terdiam kaku. Pikirannya mendadak blank, dia tidak bisa memikirkan alasan apa yang pas untuk menolak perjodohan ini."Perjodohan maksudnya kita pendekatan gitu 'kan, Yah?" tanya Almera. Siapa tahu jawaban Ayah berbeda dengan Bundanya."Iya, pendekatan setelah menikah," jawab Ayah Grisham tersenyum.Seperti ada bom yang meledak di dadanya, jantung Almera langsung berdegup kencang dua kali lipat. Dia berharap jawaban Ayah berbeda dengan Bundanya dan ternyata memang berbeda, saking berbedanya hampir membuat dia terjengkang karena terkejut. Ternyata tebakannya tidak salah."Kalian mau ngusir Al secara halus ya?" tanya Almera dengan wajah yang seolah tersakiti. Siapa tahu bakat aktingnya berguna disaat seperti ini, membantunya untuk kelua

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • Takdir Ikatan Suci   11. Kabur dan Ketemu

    Ayah Grisham terus mencoba menghubungi nomor Almera, tetapi selalu diluar jangkauan. Sedari tadi Bunda Tina tidak berhenti menangis. Dia khawatir, apalagi sekarang sudah malam. Kemana perginya Almera? "Bun, apa Almera kabur karena tidak mau dijodohkan?" tanya Ayah Grisham mendudukkan dirinya di samping Bunda Tina yang bersandar lemas di sofa. "Enggak tahu. Ayo cari Al, Yah," ucap Bunda Tina pelan. Tenaga dia seakan terkuras karena memikirkan putri bungsunya itu. "Kita cari kemana, Bun?" tanya Ayah Grisham frustrasi. Sudah malam begini dia harus mencari Almera kemana? Sedangkan rumah sahabat Almera saja dia tidak tahu. ** Sedangkan yang dikhawatirkan justru asik berjoget ria. Ya, dia Almera. Dia memutuskan untuk kabur dari rumah, hanya dengan cara seperti ini dia bisa menolak perjodohan sialan itu dan disinilah dia berada sekarang, di rumah Widya. Tadi Widya sedang asik memutar musik dengan berjoget, lalu Almera datang secara tiba-tiba tanpa me

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19

Bab terbaru

  • Takdir Ikatan Suci   85. Pertanyaan Mematikan

    Di sebuah ruangan berwarna abu-abu, terdapat seorang pria yang berdiri di dekat jendela. Romeo, pria yang dulunya bertubuh kekar kini semakin kurus. Rambut-rambut halus mulai tumbuh di sekitar dagunya. Bahkan kumisnya sudah tebal seperti bapak-bapak yang ada di warung kopi. Dengan tangan yang berada di saku celana, Romeo menatap kosong langit malam yang penuh bintang. Sudah pukul sepuluh malam, tetapi matanya enggan terpejam. Padahal besok pagi ada rapat penting. Ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa bulan lalu. Di saat Almera masih di sini dan dia melukainya seenak hati. Perasaan bencinya kepada Almera telah melebur menjadi penyesalan. Penyesalan yang sangat dalam. "Bahkan sampai saat ini pun saya belum bisa nemuin kamu," ujar Romeo tersenyum kecut. Hidup memang selalu berputar. Jika dulu nama Almera tidak pernah ada di pikirannya, maka sekarang tiada hari tanpa memikirkan perempuan itu. Semakin memikirkan maka semakin dalam dan besar pu

  • Takdir Ikatan Suci   84. Ayo Pacaran!

    "Wid, Widya," panggil Almera mengetuk pintu kamar Widya. Ketukan yang awalnya pelan semakin keras dan cepat saat tidak mendapat sahutan dari sahabatnya. "Widya! Widya!" teriak Almera tidak sabaran. Sedangkan di dalam kamar, Widya yang sedang tidur siang pun mulai terusik. Mengubah posisi tidurnya menjadi miring lalu menutup telinganya dengan bantal. Merasa tidak berguna, Widya melempar bantalnya asal dan kembali terlentang. Selanjutnya, dia menendang selimut lalu bangkit dengan mata yang memerah. Antara mengantuk dan marah. Widya membuka pintu kasar. "Apaan sih? Lo ganggu tidur gue tau nggak!" Bukannya merasa takut atau bersalah, Almera justru cengengesan tidak jelas. "Wid, jalan-jalan yuk!" ajak Almera antusias. Dengan gerakan malas, Widya menoleh ke dalam kamarnya, melihat jam yang menunjukkan pukul satu siang. Seketika matanya melotot. "Lo gila? Siang-siang gini lo ngajak gue jalan? Please deh, Al, lo jangan aneh-aneh. Ini panas ban

  • Takdir Ikatan Suci   83. Mangga Muda

    "Bagaimana?" tanya Romeo kepada Rizky yang berdiri di depannya. Saat ini keduanya berada di ruangan Romeo.Rizky mengernyit tidak paham. Ini Bosnya bertanya tentang apa sih? "Maaf, Pak, maksudnya apa ya?""Bagaimana kabar pencarian Almera? Apa sudah menemukan jejak?" tanya Romeo memperjelas, membuat bibir Rizky membentuk bulatan kecil seraya mengangguk pelan."Maaf, Pak. Belum ada," jawab Rizky menatap Romeo sendu. "Terakhir kali mereka berdua berada di rumah Widya."Romeo menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Punggung tegapnya dia sandarkan pada sandaran kursi. Perlahan matanya terpejam dengan tangan kanan yang memijat pelan pelipisnya. Kepalanya semakin sakit, begitu pula dengan rasa bersalah dan juga gelisah.Kapan dia bisa bertemu Almera? Harus berapa lama lagi dia menunggu kabar tentang keberadaan sang istri? Atau mungkin selamanya dia t

  • Takdir Ikatan Suci   82. Pelukan Kerinduan

    Hal yang paling membahagiakan bagi para orang tua adalah dengan kehadiran anggota keluarga baru. Apalagi seorang bayi mungil yang menggemaskan. Meskipun tidak ada hubungan darah, tetapi orang tua Widya begitu antusias saat mendengar kabar tentang kehamilan Almera. Mereka yang awalnya sedang perjalanan bisnis di Bandung langsung terbang ke Bali. Selama perjalanan, senyum Vania dan Efendi - orang tua Widya tidak luntur satu detik pun. Perasaan mereka benar-benar bahagia. Brak! Suara pintu yang dibuka kencang sukses membuat Almera yang sedang menonton kartun terlonjak kaget. Belum sempat melihat siapa pelakunya, Almera kembali dikejutkan dengan sebuah pelukan yang sangat erat. Sampai membuat badannya sedikit terhuyung. Tidak jauh berbeda dengan Almera, Widya dan Nenek Mia yang berada di dapur pun juga terkejut. Keduanya saling pandang lalu berjalan tergopoh-gopoh menuju tempat Almera dengan perasaan panik. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada ibu h

  • Takdir Ikatan Suci   81. Kita Saling Menguatkan

    "Nek, Widya mana?" tanya Almera kepada Nenek Mia yang sedang menata makanan di meja.Mendengar suara seseorang yang semalam membuatnya khawatir, lantas Nenek Mia menghentikan kegiatannya dan mendongak. Terlihat Almera yang memakai dress berwarna abu-abu selutut berdiri empat langkah di depannya."Kamu sudah bangun, Nak? Ayo makan dulu!" ajak Nenek Mia tanpa menjawab pertanyaan Almera. Kakinya bergerak gesit menghampiri Almera dan menuntunnya duduk. Senyumnya pun merekah bahagia.Semua rasa khawatir yang dia rasakan semalam langsung sirna.Almera duduk dengan wajah bingungnya. "Nenek, Widya mana?""Oh itu Widya lagi di toko," jawab Nenek Mia santai yang mendapat tatapan penuh binar dari Almera."Almera mau ke sana! Ayo, Nek! Al udah dari kemarin-kemarin pingin ke toko roti punya Nenek." Almera menatap antusias Nenek Mia yang hendak meng

  • Takdir Ikatan Suci   80. Tidak Bisa Menerima

    "Inget ya, Al, lo nggak boleh makan sembarangan. Harus banyak istirahat. Nggak boleh banyak pikiran," ucap Widya seraya menuntun Almera menaiki tangga menuju kamarnya. Sejak Almera sadar dan diperiksa bahwa sahabatnya itu hamil, Widya tidak berhenti mengeluarkan petuah-petuah dengan kalimat yang sama secara berulang. Terutama nenek Mia yang sangat antusias hingga langsung membuat kue untuk dibagikan ke tetangga. Sedangkan sang empu justru menutup mulut rapat-rapat dengan pandangan kosong. Pikiran dan perasaannya menjadi campur aduk. Meskipun sudah menikah dan menginginkan malaikat kecil hadir di rumah tangganya, tetapi tidak cara seperti ini. Calon anaknya hadir karena paksaan yang Romeo kira bahwa dirinya adalah Citra, kekasihnya. Bukan atas dasar saling mau dengan balutan cinta yang menggebu. Ada rasa terkejut, sedih, marah dan senang di hati Almera. Kenapa anak ini hadir di saat dirinya masih dibaluti rasa takut dan pergi dari Romeo? Bagaimana cara dia men

  • Takdir Ikatan Suci   79. Cinta Karena Terbiasa

    Di dalam ruangan yang tampak berantakan dengan kertas yang berhamburan, Romeo duduk termenung di meja kerjanya. Beberapa hari tidak datang ke kantor membuat mejanya dipenuhi tumpukan berkas. Karena memang sedang dalam kondisi hati dan pikiran yang kacau, akhirnya tanpa ragu Romeo melempar semua berkas-berkas tersebut. Sebenarnya laki-laki yang memakai kemeja biru muda itu sangat malas untuk bekerja. Dia hanya ingin mencari Almera. Namun, atas paksaan papanya dengan dalih akan membantu mencari Almera, akhirnya Romeo pun menurut. Meskipun sekarang yang dia lakukan hanya duduk termenung. Romeo menunduk dengan tangan yang memegang kening dan mata terpejam lelah. "Almera, maaf," gumamnya. Semenjak kepergian Almera, Romeo merasakan sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Hatinya terasa kosong seolah ada yang hilang. Bahkan Romeo tidak dapat tidur dengan nyenyak. Bagaimana tidak, setiap memejamkan mata selalu terbayang wajah Almera dari yang tersenyum hingga menangis.

  • Takdir Ikatan Suci   78. Tingkah Aneh Almera

    "Sini, Nak, makan!" Nenek Mia melambaikan tangannya memanggil Almera yang baru saja datang dari arah tangga. "Nenek hari ini masak sop buntut, perkedel sama sambal. Kata Widya, kamu suka sama sayur sop." Mendengar perkataan Nenek Mia, Almera langsung mengalihkan pandangannya ke meja makan. Benar, makanan yang disebut Nenek Mia sudah tertata rapi dan terlihat menggoda. "Widya mana, Nek?" tanya Almera setelah duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan. "Tadi pamitnya mau ke depan sebentar. Udah biarin aja. Sekarang kamu makan ya? Yang banyak, mau dihabisin juga nggak papa," jawab Nenek Mia seraya mengambil piring Almera lalu mengisinya dengan nasi yang lumayan banyak. Almera dibuat meringis melihat piringnya yang penuh. Porsi makannya tidak sebanyak itu! "Nek, udah nanti aku ambil sendiri aja kalau kurang. Ini kebanyakan," ungkap Almera mengambil alih piring tersebut. "Sekarang kamu makan gih! Nenek mau nyiram tanaman dulu." Tanpa

  • Takdir Ikatan Suci   77. Sadar

    Sesuai ajakan Widya kemarin, kini sepasang sahabat itu sedang berada di pantai. Sebenarnya, Almera ingin ke pantai ketika hari sudah menjelang sore. Namun apalah daya, Widya sang sahabat dengan tidak tahu dirinya justru membangunkan Almera dari pagi-pagi buta. Bahkan Nenek Mia saja lelah dengan tingkah Widya yang terus merengek untuk segera berangkat. Entah Widya yang memang tidak pernah ke pantai atau ada maksud terselubung hingga gadis itu begitu antusias. "Bagusnya kalau ke pantai itu sore-sore. Sekalian liat sunset," gerutu Almera menghentakkan kakinya kesal. Di dalam hati perempuan yang memakai kaos berwarna biru dan dipadukan dengan hotpants itu tidak berhenti untuk menyumpah serapahi sahabatnya. Bayangkan, Widya membangunkan dirinya dari mulai pukul empat pagi. Cara membangunkannya pun tidak ada sopan-sopannya. Mengguncang, menyiratkan air dan memutar musik dengan volume full tepat di telinganya. Sebenarnya Widya ini ingat tidak sih kalau Almer

DMCA.com Protection Status