Home / Young Adult / Takdir Ikatan Suci / 4. Tidak Suka Sayur

Share

4. Tidak Suka Sayur

Author: Ervin Warda
last update Last Updated: 2021-07-14 15:33:21

Almera terpaku pada kertas yang tertempel di kaca bagian depan mobilnya. Rasa kesal yang tadinya sudah penuh semakin meluap-luap. Dia yakin bahwa yang menulis ini adalah bapak ojek yang tadi pagi.

"Waspada, jika ada yang bertemu dengan mobil ini segeralah pergi. Jangan sampai saudara-saudara ojek saya bertemu dengan pemilik mobil ini. Karena dia kurang waras," gumam Almera membaca tulisan yang tertera.

"Dasar bapak ojek sinting," umpat Almera menyobek kertas tersebut hingga menjadi kecil-kecil. 

Dengan napas yang masih memburu Almera memasuki mobilnya. Dia ingin cepat sampai di rumah, mungkin dengan berendam akan membuat tubuh dan pikirannya lebih rileks. Sungguh, hari ini sangat menguras emosinya. Untung saja jalan siang ini lumayan lenggang, jadi dia bisa cepat sampai di rumahnya dengan selamat. Jika tidak, sudah pasti dia akan menabrak seluruh kendaraan yang menghalangi jalannya.

Almera memasuki rumah tanpa berkata apa pun. Dia terlalu malas untuk mengeluarkan suara, emosinya masih belum surut. Daripada nanti dirinya terbawa emosi dan berakhir menyakiti orang lain, lebih baik dia mendinginkan pikirannya dulu.

Tina - Bunda Almera yang sedang membaca majalah di ruang tamu dibuat bingung dengan tingkah putri bungsunya itu. Tidak biasanya dia langsung nyelonong begitu saja. Apa mungkin Almera tidak melihat dirinya yang sedang duduk disini? Daripada pusing karena memikirkan kelakuan Almera, lebih baik dirinya melanjutkan membaca majalah.

**

"Huh, segarnya," gumam Almera keluar dari kamar mandi setelah merendam sekitar 30 menit.

Almera menuruni tangga untuk menuju meja makan, perutnya sudah meronta-ronta meminta untuk diisi.

"Bun," panggil Almera.

"Apa, Al?" tanya Bunda Tina yang sibuk memotong buah.

"Al mau makan," ucap Almera.

"Mau makan sama apa? Bunda masak sayur sop, ayam goreng, sama capcay." Bunda Tina berjalan menghampiri Almera.

"Sama sop. Tetapi kuahnya aja ya, Bun," pinta Almera memelas. Dirinya sangat tidak suka dengan yang namanya sayur, rasanya tidak enak sama sekali. Terkadang dia dipaksa untuk memakan sayur dengan alasan supaya sehat dan berakhir dengan muntah, karena dirinya tidak bisa menelan sayur itu.

"Dikasih sayur sedikit ya," ucap Bunda Tina mencoba membujuk Almera.

"Al bukan kambing, Bun," sahut Almera memanyunkan bibirnya.

"Makan sayur bukan berarti kambing, Sayang. Pakai sayur ya?"

"Enggak, Al mau makan kuah sop nya aja," tolak Almera. Meskipun mau dibujuk seratus kali pun dia tidak akan mau memakan sayur-sayur itu. Lebih baik dia hanya memakan kerupuk daripada sayur. Rasanya menggelikan dan susah ditelan.

"Iya iya." Bunda Tina pasrah. Membiarkan Almera mau memakan apa saja, yang penting dia makan nasi. Sedari kecil Almera memang susah sekali dibujuk untuk memakan sayur. Melihat ada satu sayur saja dia langsung tidak mau makan, sebelum diganti dengan yang baru.

"Nih," ucap Bunda Tina menyodorkan sepiring nasi ke hadapan Almera. Karena sudah sangat lapar, Almera langsung melahap makanannya. 

"Tumben kamu makannya lahap gitu," celetuk Bunda Tina yang memperhatikan cara makan Almera.

"Kesabaran Al sedang diuji dalam sehari ini, Bun," ucap Almera setelah menelan makanan yang berada di mulutnya.

"Diuji bagaimana?" tanya Bunda Tina penasaran.

"Bentar, Al mau minum dulu." Almera mengambil minum dan menenggaknya hingga tandas.

"Bun, hari ini Al sial terus," adu Almera.

"Sial bagaimana?" tanya Bunda Tina penasaran hingga berpindah di kursi sebelah Almera, agar bisa mendengarkan cerita Almera dengan leluasa.

"Tadi Al naik ojek, Bun. Terus nabrak pos satpam," ucap Almera. Jika mengingat hal itu membuatnya kesal dan malu, kenapa dia bisa senekat itu untuk menaiki motor? Namun jika dipikir-pikir lagi dia sangat hebat, karena tanpa belajar pun dia sudah bisa menaiki motor, apalagi jika belajar. Ada gunanya juga dia bar-bar.

"Wah, tukang ojek mana itu? Kamu enggak papa 'kan?" tanya Bunda Tina melihat-lihat badan Almera.

"Al enggak papa, Bun," jawab Almera jujur. Karena memang dirinya tidak apa-apa, tanpa goresan sedikit pun.

"Kalau enggak bisa naik motor kenapa menjadi ojek sih," gerutu Bunda Tina dengan dada yang naik turun. Dia tidak terima jika putri bungsunya terjatuh, untung saja tidak ada yang terluka. Kalau ada, sudah pastikan dia akan meminta suaminya untuk menutup semua pangkalan ojek dan membeli kantor ojek online.

Almera meringis, ternyata Bundanya salah paham.

"Bunda, bukan ojeknya yang membuat Al jatuh," ucap Almera dengan nada pelan.

"Terus siapa? Wah, apa kamu ditabrak orang?" tanya Bunda Tina heboh.

Almera menggeleng. "Bukan, tetapi Al yang nabrak. Karena Al yang nyetir," ucap Almera jujur.

Bunda Tina melongo tidak percaya. Sejak kapan Almera bisa menyetir motor? Karena sedari dulu memang tidak ada yang mempunyai motor disini. Jangankan menyetir, menaiki motor saja baru Almera rasakan ketika kuliah.

"Bunda lupa kalau anak bungsu Bunda bisa copslay jadi cowok," sindir Bunda Tina melangkah ke kamarnya, meninggalkan Almera sendirian di meja makan.

"BUNDA!" teriak Almera tidak terima. Meskipun terkadang dia bar-bar, namun tidak sampai seperti cowok juga. Kenapa hari ini banyak sekali orang yang menyebalkan. Sepertinya dia harus order kesabaran, karena stok miliknya sudah hampir habis. Semoga besok tidak sial seperti hari ini. Bisa terkena struk ringan dia, sehari saja sudah membuat kepalanya berasap, apalagi setiap hari.

Almera berjalan menuju kamarnya dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Sesekali matanya melirik ke arah kamar sang bunda, berharap bundanya itu keluar dan menenangkan dia.

Ternyata berharap itu tidak enak, terbukti dengan bundanya yang tidak kunjung keluar kamar.

Almera mencebikkan bibirnya kesal dan berjalan cepat menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.

"Kesal, kesal, kesal," gerutu Almera menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Apa? Mau bikin gue kesal juga?" tanya Almera pada boneka Panda yang berada di ujung ranjangnya.

"Kok lo enggak jawab sih." Almera bangkit dan mengambil boneka itu.

"Sini, gue cekik lo." Dengan gregetan Almera mencekik leher boneka panda nya. Anggap saja dia sedang menyalurkan emosi, karena jika dipendam tidak baik untuk kesehatan. Dia tidak mau menanggung resiko dengan memendam emosi. Masa iya masih muda sudah darah tinggi.

Almera menghentikan aktivitasnya kala mengingat sesuatu. Dengan cepat Almera melompat dari tempat tidur dan mencari keberadaan tasnya. 

"Tenang dulu Almera, kalau grasak-grusuk itu tas enggak akan ketemu," gumam Almera mencoba tenang. Memang benar, jika kita mencari sesuatu dengan cara yang terburu-buru tidak akan ketemu, walaupun benda yang kita cari ada di depan mata. Setelah merasa tenang Almera mencari keberadaan tasnya lagi dan ternyata berada di nakas samping tempat tidur. Nah, 'kan. Padahal tadi dirinya sudah mencari kesini, namun tidak kelihatan karena mencarinya dalam keadaan tidak tenang. 

"Huh, besok gue harus ke kantor bapak itu lagi," keluh Almera setelah membaca sebuah kartu nama.

Related chapters

  • Takdir Ikatan Suci   5. Dijodohkan?

    Pagi hari, Almera beserta kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan pagi dengan tenang. Mereka makan begitu santai, tidak seperti pagi-pagi sebelumnya yang selalu terkejar oleh waktu."Al, hari ini ada rencana mau kemana?" tanya Ayah Grisham yang sudah menyelesaikan makannya."Enggak ada rencana, Yah." Almera menatap Ayahnya heran, tumben sekali."Sebentar lagi kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu yuk," ajak Bunda Tina.Almera menatap Ayah dan Bundanya bergantian. Kenapa sikap kedua orang tuanya berbeda, perasaannya mendadak tidak enak. Ada semut dibalik gula nih, batin Almera."Enggak, Al ada urusan," tolak Almera. Kebetulan sekali dia harus menyelesaikan urusannya dengan bapak menyebalkan itu, jadi bisa dibuat alasan."Kita ngobrol-ngobrol dulu aja yuk. Bunda sudah buatkan kue coklat kesukaan kamu loh," bujuk Bunda Tina dengan wajah memelas.Alm

    Last Updated : 2021-07-14
  • Takdir Ikatan Suci   6. Emosi

    "Ada apa ini?" Suara bariton membelah kerumunan.Almera menoleh. Dia kenal dengan seseorang itu. "Kak, lo kerja disini?" tanya Almera.Semua yang menyaksikan menjadi terkejut, terutama Chili. Dia sudah ketar-ketir takut jika Almera melaporkan perbuatannya."Iya, Dek. Kenapa?" tanya seseorang mengelus rambut Almera. Dia adalah Rizky Putra Rimata - kekasih Widya. Mereka sudah menjalin hubungan hampir satu tahun. Bahkan Rizky sudah menganggap Almera seperti adiknya sendiri."Sebagai apa?" tanya Almera penasaran. Siapa tahu dengan jabatan Kak Rizky bisa membantu dia menyelesaikan urusannya dengan Chili. Bukannya dia tidak mampu mengatasi sendiri, tetapi dia kesini ingin menemui bapak Romeo. Jika dia meladeni, bisa panjang urusannya dan itu akan menghambat urusan dia."Sekertaris ceo," jawab Rizky.Almera mengangguk mengerti, boleh juga. Almera melihat ke arah Chili yang wajahnya sudah pucat pasi. Di dalam hati Almera tersenyum miring, cuma

    Last Updated : 2021-07-15
  • Takdir Ikatan Suci   7. Gudang

    "Pak, buka pintunya!" teriak Almera memukul pintu besi yang tertutup."Kamu bersihkan ruangan itu." Suara Romeo dari luar pintu.Almera memperhatikan sekelilingnya, ternyata ini gudang. Terlihat dari banyaknya barang yang sudah tidak terpakai, sampai banyak yang berdebu. Almera bergidik, jadi dia harus membersihkan ini semua? Di rumahnya saja dia tidak pernah memasuki gudang apalagi membersihkannya. Sedangkan disini dia mendadak jadi office girl."Pak," panggil Almera, tetapi tidak ada sahutan dari luar. Itu tandanya bapak Romeo sudah pergi. Sekarang hanya ada dirinya sendiri disini."Sialan banget itu bapak. Sudah disuruh bersihkan gudang, eh dikunci juga," gerutu Almera berjalan mengambil sapu yang berada di pojok, sebelah lemari.Almera mulai menyapu lantai gudang yang sudah tidak terlihat lagi warnanya, saking banyaknya debu yang menempel. Karena ingin segera selesai dan pulang, Almera melakukan pekerjaannya dengan semangat.Hachim! 

    Last Updated : 2021-07-16
  • Takdir Ikatan Suci   8. Tidak Memiliki Perasaan

    "PAK!"Romeo yang sedang memacu langkahnya supaya segera sampai di gudang seketika berhenti mendadak. Siapa yang berteriak seperti itu? Sangat tidak sopan, apalagi dia sedang terburu-buru. Pikirannya bercabang, bagaimana keadaan perempuan itu? Bagaimana pun juga jika terjadi sesuatu pasti yang terkena adalah dia dan perusahaan."Ada apa?" tanya Romeo dengan nada datar. Ternyata yang berteriak tadi adalah Rizky, pantas saja begitu berani. Karena setahu dia, seluruh karyawan disini tidak ada yang berani memanggilnya dengan cara berteriak."Bapak, mau kemana?" tanya Rizky setelah sampai di depan Romeo dengan napas yang naik turun."Gudang," jawab Romeo singkat."Saya ikut ya, Pak," pinta Rizky.Romeo menaikkan sebelah alisnya. "Punya kaki sendiri, jalan sendiri. Kenapa masih izin?" Romeo langsung melenggang pergi meninggalkan Rizky yang terbengong. Sungguh sangat pedas

    Last Updated : 2021-07-17
  • Takdir Ikatan Suci   9. Desakan Perjodohan

    "Sudah tenang?" tanya Bunda Tina saat Almera selesai minum. Tadi setelah menunggu beberapa menit, tangis Almera mereda. Ayah dan Bunda pun membawa Almera masuk, tidak enak juga jika dilihat tetangga apalagi kondisi Almera yang berantakan.Almera mengangguk. Jujur saja saat ini dia berasa malu sekali. Kenapa tadi dia bisa kelepasan hingga menangis histeris seperti itu sih! Dulu dia akan menangis jika tidak dibuatkan kue coklat dan itu hanya menangis dalam diam, tidak seperti tadi. Namun dia tidak bisa berbohong bahwa sekarang hatinya terasa plong."Sekarang cerita, pelan-pelan aja," ucap Ayah Grisham. Dia cukup penasaran dengan alasan dibalik tangisan Almera tadi. Setahu dia, Almera itu anak yang kuat, bar-bar dan tidak mudah menangis. Sangat jarang sekali dia menunjukan kelemahannya, baru kali ini dia bersikap layaknya perempuan pada umumnya, menangis sampai histeris."Bunda, masih ingat sama cerita Al yang nabrak kemarin?" tanya Almera memulai pembicaraan. 

    Last Updated : 2021-07-17
  • Takdir Ikatan Suci   10. Rencana

    "Sayang."Almera menoleh, ternyata Ayahnya yang memanggilnya. Dia semakin dibuat takut, bagaimana ini?"Bagaimana?" tanya Ayah Grisham.Almera yang sudah tahu kemana arah pembicaraan sang Ayah hanya terdiam kaku. Pikirannya mendadak blank, dia tidak bisa memikirkan alasan apa yang pas untuk menolak perjodohan ini."Perjodohan maksudnya kita pendekatan gitu 'kan, Yah?" tanya Almera. Siapa tahu jawaban Ayah berbeda dengan Bundanya."Iya, pendekatan setelah menikah," jawab Ayah Grisham tersenyum.Seperti ada bom yang meledak di dadanya, jantung Almera langsung berdegup kencang dua kali lipat. Dia berharap jawaban Ayah berbeda dengan Bundanya dan ternyata memang berbeda, saking berbedanya hampir membuat dia terjengkang karena terkejut. Ternyata tebakannya tidak salah."Kalian mau ngusir Al secara halus ya?" tanya Almera dengan wajah yang seolah tersakiti. Siapa tahu bakat aktingnya berguna disaat seperti ini, membantunya untuk kelua

    Last Updated : 2021-07-18
  • Takdir Ikatan Suci   11. Kabur dan Ketemu

    Ayah Grisham terus mencoba menghubungi nomor Almera, tetapi selalu diluar jangkauan. Sedari tadi Bunda Tina tidak berhenti menangis. Dia khawatir, apalagi sekarang sudah malam. Kemana perginya Almera? "Bun, apa Almera kabur karena tidak mau dijodohkan?" tanya Ayah Grisham mendudukkan dirinya di samping Bunda Tina yang bersandar lemas di sofa. "Enggak tahu. Ayo cari Al, Yah," ucap Bunda Tina pelan. Tenaga dia seakan terkuras karena memikirkan putri bungsunya itu. "Kita cari kemana, Bun?" tanya Ayah Grisham frustrasi. Sudah malam begini dia harus mencari Almera kemana? Sedangkan rumah sahabat Almera saja dia tidak tahu. ** Sedangkan yang dikhawatirkan justru asik berjoget ria. Ya, dia Almera. Dia memutuskan untuk kabur dari rumah, hanya dengan cara seperti ini dia bisa menolak perjodohan sialan itu dan disinilah dia berada sekarang, di rumah Widya. Tadi Widya sedang asik memutar musik dengan berjoget, lalu Almera datang secara tiba-tiba tanpa me

    Last Updated : 2021-07-19
  • Takdir Ikatan Suci   12. Pertemuan Dua Keluarga

    Setelah drama kabur dan saling meminta maaf, Almera kembali ke rumah dengan kedua orang tuanya."Bun," panggil Almera yang tidur di paha Bunda Tina."Ada apa hm?" tanya Bunda Tina menunduk.Almera merubah posisi menjadi duduk. "Nikahnya masih lama 'kan, Bun?" tanya Almera. Meskipun dia sudah menerima perjodohan ini, tetapi rasanya masih belum siap jika harus menikah begitu cepat."Nanti malam kita bertemu sama keluarga calon kamu untuk membahas lebih lanjut," jawab Bunda Tina tersenyum lembut.Badan Almera langsung tegak. Nanti malam akan bertemu dengan calonnya? Kenapa dia menjadi ragu dan takut? Bagaimana jika calonnya itu bapak-bapak tua berjenggot yang sudah beristri, atau om-om pedofil dengan perut buncitnya."AAAA!" teriak Almera tiba-tiba yang membuat Bunda Tina terlonjak kaget."Anak ini ... mau buat Bunda terkena serangan jantung, iya?" Bunda Tina menjewer telinga Almera saking kesalnya. Anaknya yang satu ini selalu membuat d

    Last Updated : 2021-07-20

Latest chapter

  • Takdir Ikatan Suci   85. Pertanyaan Mematikan

    Di sebuah ruangan berwarna abu-abu, terdapat seorang pria yang berdiri di dekat jendela. Romeo, pria yang dulunya bertubuh kekar kini semakin kurus. Rambut-rambut halus mulai tumbuh di sekitar dagunya. Bahkan kumisnya sudah tebal seperti bapak-bapak yang ada di warung kopi. Dengan tangan yang berada di saku celana, Romeo menatap kosong langit malam yang penuh bintang. Sudah pukul sepuluh malam, tetapi matanya enggan terpejam. Padahal besok pagi ada rapat penting. Ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa bulan lalu. Di saat Almera masih di sini dan dia melukainya seenak hati. Perasaan bencinya kepada Almera telah melebur menjadi penyesalan. Penyesalan yang sangat dalam. "Bahkan sampai saat ini pun saya belum bisa nemuin kamu," ujar Romeo tersenyum kecut. Hidup memang selalu berputar. Jika dulu nama Almera tidak pernah ada di pikirannya, maka sekarang tiada hari tanpa memikirkan perempuan itu. Semakin memikirkan maka semakin dalam dan besar pu

  • Takdir Ikatan Suci   84. Ayo Pacaran!

    "Wid, Widya," panggil Almera mengetuk pintu kamar Widya. Ketukan yang awalnya pelan semakin keras dan cepat saat tidak mendapat sahutan dari sahabatnya. "Widya! Widya!" teriak Almera tidak sabaran. Sedangkan di dalam kamar, Widya yang sedang tidur siang pun mulai terusik. Mengubah posisi tidurnya menjadi miring lalu menutup telinganya dengan bantal. Merasa tidak berguna, Widya melempar bantalnya asal dan kembali terlentang. Selanjutnya, dia menendang selimut lalu bangkit dengan mata yang memerah. Antara mengantuk dan marah. Widya membuka pintu kasar. "Apaan sih? Lo ganggu tidur gue tau nggak!" Bukannya merasa takut atau bersalah, Almera justru cengengesan tidak jelas. "Wid, jalan-jalan yuk!" ajak Almera antusias. Dengan gerakan malas, Widya menoleh ke dalam kamarnya, melihat jam yang menunjukkan pukul satu siang. Seketika matanya melotot. "Lo gila? Siang-siang gini lo ngajak gue jalan? Please deh, Al, lo jangan aneh-aneh. Ini panas ban

  • Takdir Ikatan Suci   83. Mangga Muda

    "Bagaimana?" tanya Romeo kepada Rizky yang berdiri di depannya. Saat ini keduanya berada di ruangan Romeo.Rizky mengernyit tidak paham. Ini Bosnya bertanya tentang apa sih? "Maaf, Pak, maksudnya apa ya?""Bagaimana kabar pencarian Almera? Apa sudah menemukan jejak?" tanya Romeo memperjelas, membuat bibir Rizky membentuk bulatan kecil seraya mengangguk pelan."Maaf, Pak. Belum ada," jawab Rizky menatap Romeo sendu. "Terakhir kali mereka berdua berada di rumah Widya."Romeo menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Punggung tegapnya dia sandarkan pada sandaran kursi. Perlahan matanya terpejam dengan tangan kanan yang memijat pelan pelipisnya. Kepalanya semakin sakit, begitu pula dengan rasa bersalah dan juga gelisah.Kapan dia bisa bertemu Almera? Harus berapa lama lagi dia menunggu kabar tentang keberadaan sang istri? Atau mungkin selamanya dia t

  • Takdir Ikatan Suci   82. Pelukan Kerinduan

    Hal yang paling membahagiakan bagi para orang tua adalah dengan kehadiran anggota keluarga baru. Apalagi seorang bayi mungil yang menggemaskan. Meskipun tidak ada hubungan darah, tetapi orang tua Widya begitu antusias saat mendengar kabar tentang kehamilan Almera. Mereka yang awalnya sedang perjalanan bisnis di Bandung langsung terbang ke Bali. Selama perjalanan, senyum Vania dan Efendi - orang tua Widya tidak luntur satu detik pun. Perasaan mereka benar-benar bahagia. Brak! Suara pintu yang dibuka kencang sukses membuat Almera yang sedang menonton kartun terlonjak kaget. Belum sempat melihat siapa pelakunya, Almera kembali dikejutkan dengan sebuah pelukan yang sangat erat. Sampai membuat badannya sedikit terhuyung. Tidak jauh berbeda dengan Almera, Widya dan Nenek Mia yang berada di dapur pun juga terkejut. Keduanya saling pandang lalu berjalan tergopoh-gopoh menuju tempat Almera dengan perasaan panik. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada ibu h

  • Takdir Ikatan Suci   81. Kita Saling Menguatkan

    "Nek, Widya mana?" tanya Almera kepada Nenek Mia yang sedang menata makanan di meja.Mendengar suara seseorang yang semalam membuatnya khawatir, lantas Nenek Mia menghentikan kegiatannya dan mendongak. Terlihat Almera yang memakai dress berwarna abu-abu selutut berdiri empat langkah di depannya."Kamu sudah bangun, Nak? Ayo makan dulu!" ajak Nenek Mia tanpa menjawab pertanyaan Almera. Kakinya bergerak gesit menghampiri Almera dan menuntunnya duduk. Senyumnya pun merekah bahagia.Semua rasa khawatir yang dia rasakan semalam langsung sirna.Almera duduk dengan wajah bingungnya. "Nenek, Widya mana?""Oh itu Widya lagi di toko," jawab Nenek Mia santai yang mendapat tatapan penuh binar dari Almera."Almera mau ke sana! Ayo, Nek! Al udah dari kemarin-kemarin pingin ke toko roti punya Nenek." Almera menatap antusias Nenek Mia yang hendak meng

  • Takdir Ikatan Suci   80. Tidak Bisa Menerima

    "Inget ya, Al, lo nggak boleh makan sembarangan. Harus banyak istirahat. Nggak boleh banyak pikiran," ucap Widya seraya menuntun Almera menaiki tangga menuju kamarnya. Sejak Almera sadar dan diperiksa bahwa sahabatnya itu hamil, Widya tidak berhenti mengeluarkan petuah-petuah dengan kalimat yang sama secara berulang. Terutama nenek Mia yang sangat antusias hingga langsung membuat kue untuk dibagikan ke tetangga. Sedangkan sang empu justru menutup mulut rapat-rapat dengan pandangan kosong. Pikiran dan perasaannya menjadi campur aduk. Meskipun sudah menikah dan menginginkan malaikat kecil hadir di rumah tangganya, tetapi tidak cara seperti ini. Calon anaknya hadir karena paksaan yang Romeo kira bahwa dirinya adalah Citra, kekasihnya. Bukan atas dasar saling mau dengan balutan cinta yang menggebu. Ada rasa terkejut, sedih, marah dan senang di hati Almera. Kenapa anak ini hadir di saat dirinya masih dibaluti rasa takut dan pergi dari Romeo? Bagaimana cara dia men

  • Takdir Ikatan Suci   79. Cinta Karena Terbiasa

    Di dalam ruangan yang tampak berantakan dengan kertas yang berhamburan, Romeo duduk termenung di meja kerjanya. Beberapa hari tidak datang ke kantor membuat mejanya dipenuhi tumpukan berkas. Karena memang sedang dalam kondisi hati dan pikiran yang kacau, akhirnya tanpa ragu Romeo melempar semua berkas-berkas tersebut. Sebenarnya laki-laki yang memakai kemeja biru muda itu sangat malas untuk bekerja. Dia hanya ingin mencari Almera. Namun, atas paksaan papanya dengan dalih akan membantu mencari Almera, akhirnya Romeo pun menurut. Meskipun sekarang yang dia lakukan hanya duduk termenung. Romeo menunduk dengan tangan yang memegang kening dan mata terpejam lelah. "Almera, maaf," gumamnya. Semenjak kepergian Almera, Romeo merasakan sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Hatinya terasa kosong seolah ada yang hilang. Bahkan Romeo tidak dapat tidur dengan nyenyak. Bagaimana tidak, setiap memejamkan mata selalu terbayang wajah Almera dari yang tersenyum hingga menangis.

  • Takdir Ikatan Suci   78. Tingkah Aneh Almera

    "Sini, Nak, makan!" Nenek Mia melambaikan tangannya memanggil Almera yang baru saja datang dari arah tangga. "Nenek hari ini masak sop buntut, perkedel sama sambal. Kata Widya, kamu suka sama sayur sop." Mendengar perkataan Nenek Mia, Almera langsung mengalihkan pandangannya ke meja makan. Benar, makanan yang disebut Nenek Mia sudah tertata rapi dan terlihat menggoda. "Widya mana, Nek?" tanya Almera setelah duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan. "Tadi pamitnya mau ke depan sebentar. Udah biarin aja. Sekarang kamu makan ya? Yang banyak, mau dihabisin juga nggak papa," jawab Nenek Mia seraya mengambil piring Almera lalu mengisinya dengan nasi yang lumayan banyak. Almera dibuat meringis melihat piringnya yang penuh. Porsi makannya tidak sebanyak itu! "Nek, udah nanti aku ambil sendiri aja kalau kurang. Ini kebanyakan," ungkap Almera mengambil alih piring tersebut. "Sekarang kamu makan gih! Nenek mau nyiram tanaman dulu." Tanpa

  • Takdir Ikatan Suci   77. Sadar

    Sesuai ajakan Widya kemarin, kini sepasang sahabat itu sedang berada di pantai. Sebenarnya, Almera ingin ke pantai ketika hari sudah menjelang sore. Namun apalah daya, Widya sang sahabat dengan tidak tahu dirinya justru membangunkan Almera dari pagi-pagi buta. Bahkan Nenek Mia saja lelah dengan tingkah Widya yang terus merengek untuk segera berangkat. Entah Widya yang memang tidak pernah ke pantai atau ada maksud terselubung hingga gadis itu begitu antusias. "Bagusnya kalau ke pantai itu sore-sore. Sekalian liat sunset," gerutu Almera menghentakkan kakinya kesal. Di dalam hati perempuan yang memakai kaos berwarna biru dan dipadukan dengan hotpants itu tidak berhenti untuk menyumpah serapahi sahabatnya. Bayangkan, Widya membangunkan dirinya dari mulai pukul empat pagi. Cara membangunkannya pun tidak ada sopan-sopannya. Mengguncang, menyiratkan air dan memutar musik dengan volume full tepat di telinganya. Sebenarnya Widya ini ingat tidak sih kalau Almer

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status