Share

1. Terlambat

Author: Ervin Warda
last update Last Updated: 2021-07-14 15:30:38

"BUN, AL BERANGKAT!" teriak Almera seraya berlari kencang menuju mobilnya berada.

Dengan kecepatan penuh Almera menjalankan mobilnya. Dia sudah terlambat, ini semua karena menonton drakor sampai lupa waktu.

"Duh, kenapa macet sih," gumam Almera seraya memperhatikan kendaraan di hadapannya yang sama sekali tidak bergerak.

"Sudah hampir jam 7 lagi." Almera terus melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

Almera melihat sekeliling, matanya langsung berbinar saat melihat ojek. Dengan cepat dia mengambil tasnya.

"Pak, ke UNJ," ucap Almera menepuk pundak Bapak ojek.

"Baik, Neng," jawab Bapak ojek dengan senang hati. Lumayan pagi-pagi sudah mendapat rezeki.

Setelah memakai helm, Almera segera menaiki motor. Tidak peduli meskipun rambutnya akan berantakan, dia sudah tidak ada waktu lagi.

"Pak, lebih cepat ya," pinta Almera karena jam pelajaran pertama sudah akan dimulai.

"Sabar atuh, Neng. Ini macet," sahut Bapak ojek.

"Saya juga tahu. Tarik saja gasnya, Pak," desak Almera.

"Tidak bisa, Neng."

"Pak, berhenti di pinggir situ," tunjuk Almera di halte bus.

Dengan patuh Bapak ojek meminggirkan motornya. Tanpa menunggu motornya berhenti sempurna, Almera sudah lebih dulu turun. Jika begini sifat bar-barnya akan keluar.

"Bapak, turun dulu sebentar," ucap Almera.

"Neng, mau mencuri motor saya ya?" tanya Bapak ojek was-was.

Astaga, pak. Orang secantik dirinya disangka mau mencuri motor? Uang ayahnya saja masih banyak, anak sultan dia mah. Bahkan, untuk membeli sepuluh motor seperti ini saja sangat mudah.

"Turun ya, Pak," ucap Almera dengan nada halus.

Walaupun masih terselip rasa takut Bapak ojek pun turun dari motornya dan berdiri di samping Almera.

Dengan cepat Almera menaiki motor, di bagian depan. "Ayo, Pak. Biar saya saja yang membawa."

"Tap-"

"Atau saya jual nih."

Karena tidak mau kehilangan motor satu-satunya si Bapak langsung berbonceng.

Almera terkekeh di dalam hati. Sebenarnya dirinya tidak pernah dan tidak bisa menaiki motor, ini baru pertama kali. Semoga saja dia selamat sampai tujuan.

"NENG, PELAN-PELAN!" Bapak ojek berpegangan di besi yang berada di belakang motor, saat Almera melajukan motornya dengan kencang.

Haha seru juga, gue berasa jadi falentino Rosa, Batin Almera tertawa girang.

Tanpa memperdulikan Bapak ojek yang dibonceng, Almera semakin menambah kecepatan.

"SERU, PAK. AYO BERDIRI, KITA TERIAK SAMA-SAMA!" teriak Almera tertawa girang.

"Seru gundulmu. Kalau mau berdiri ya berdiri saja sendiri, jangan ajak Bapak. Dasar anak muda sinting," gerutu Bapak ojek saking kesalnya dengan tingkah Almera. Baru kali ini dia mempunyai pelanggan seperti ini. Lain kali dia akan langsung pergi saja jika bertemu Almera. Bukannya mendapat uang, justru mendapat tiket lebih cepat ke akhirat.

Bruk!

Almera melotot, dirinya baru saja menabrak pos satpam yang berada di halaman kampus. Bisa mampus dia, untung saja dia tidak sampai terjatuh. Kenapa hari ini dirinya sial sekali.

"Al."

Merasa namanya dipanggil dirinya menoleh. Ternyata Widya - salah satu sahabatnya sejak SMA.

"Lo kenapa bisa nabrak?" tanya Widya.

"Motornya oleng," jawabnya enteng seraya turun dari motor dan merobohkannya, dia tidak tahu bagaimana cara mendongkrak motor.

"Bentar, bukannya lo enggak bisa naik motor ya?" tanya Widya dengan mata memicing.

"Memang enggak bisa," jawab Almera jujur.

"Terus kenapa sekarang lo naik motor?" tanya Widya heboh.

"Tadi gue itu naik ojek-"

Ucapan Almera terputus saat merasa seperti ada yang kurang.

"Tadi gue kesini sama bapak ojek loh, sekarang bapaknya dimana?" tanya Almera panik. Oh ya ampun, bagaimana ini? Dirinya tidak mau masuk penjara karena sudah menghilangkan si bapak ojek.

"Gimana dong, Wid?" tanya Almera gusar.

"Gue cari kesana dan lo cari sekitar sini," ucap Widya yang berjalan ke arah barat.

Almera melihat sekeliling. Disini hanya ada dirinya, sepeda motor yang penyok, dan kaki. Tunggu, apa tadi, kaki? Omg kenapa bisa ada kaki?

Dengan langkah pelan Almera mendekati pagar tempat kaki itu berada.

"Kaki asli ini," gumamnya dengan mencolek kaki itu.

"Ini saya, Neng." Almera mendengar suara yang sangat pelan. Bulu kudukku dibuat meremang. Apa ini kaki hantu?

"Neng."

"Astaghfirullah setan," ucap Almera kaget saat tiba-tiba ada yang duduk dan ternyata itu si bapak ojek.

"Bapak, ngapain tiduran di situ?" tanya Almera bingung.

"Ini semua gara-gara, Neng. Saya jadi terbang," sungut Bapak ojek.

"Wih, enak nih bisa terbang," ucap Almera heboh.

"Sudahlah, Neng. Saya pusing bicara sama kamu, mana motor saya," ucap Bapak ojek kesal.

"Itu, Pak," tunjuk Almera ke arah motor yang bagian depannya sudah penyok.

"Ya Allah Gusti," gumam Bapak ojek frustrasi.

"Hehe saya akan ganti rugi kok, Pak," ucap Almera tidak enak.

"Ya harus."

"Al," panggil Widya menepuk pundak Almera pelan.

"Sudah ketemu Bapak ojeknya?" tanya Widya.

"Sudah, dia Bapak ojeknya," jawab Almera.

"Kenapa enggak lo bantuin berdiri, Cantik," ucap Widya gregetan.

Almera menepuk jidat.

"Ayo, Pak. Saya bantu berdiri, lagian Bapak kenapa sampai jatuh sih." Almera membantu Bapak ojek berdiri.

"Saya jatuh juga karena kamu, Neng," gerutu Bapak ojek tidak terima.

"Memang lo yang salah, Al. Lagian lo 'kan enggak bisa naik motor, kenapa lo sok jagoan sih," ucap Widya membela Bapak ojek.

Almera menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bapaknya kalau nyetir lambat, masa enggak bisa nyalip mobil yang macet."

"Saya mencari aman, Neng. Kalau kecelakaan bagaimana? Sekarang saya minta ganti rugi," ucap Bapak ojek kesal. Padahal sudah jelas ini semua salah Almera, masih saja mencari alasan dengan menyalahkannya.

"Hayoloh, ganti rugi tuh. Bapak ini benar, lebih baik pelan tapi selamat. Daripada lo, udah enggak bisa naik motor sok-sokan lagi. Untung lo cuma nyusruk di pos satpam," gerutu Widya.

Almera mendengkus. Ini lagi, kenapa sahabatnya jadi membela Bapak ojek sih! Lagian ini 'kan bukan hanya salah dirinya, tetapi si Bapak juga.

"Nih, Pak." Almera menyodorkan uang berwarna merah sebanyak 10 lembar.

"Terima kasih, Neng. Lain kali, Neng naik motor sendiri saja ya. Nanti saya akan bilang ke teman ojek saya kalau jangan menerima pelanggan seperti, Neng," ungkap Bapak ojek kemudian berjalan menghampiri motornya yang tergeletak.

"Hahaha mampus lo." Widya tertawa ngakak melihat sahabatnya diomeli Bapak ojek.

"Tertawa aja terus, sampai gigi lo kering," ketus Almera berjalan meninggalkan Widya yang semakin tertawa ngakak.

"Kenapa gue sial sih! Untung gue enggak ada yang luka," gerutunya kesal.

"WOI LO BENERAN MAU KETAWA SAMPAI KERING?" teriak Almera saat menoleh ke belakang ternyata Widya masih tertawa bahkan sampai berjongkok.

"LO PAGI-PAGI SUDAH BIKIN NGAKAK." Widya membalas ucapan Almera dengan teriakan.

"Dih, gue bukan pelawak kali," gumam Almera menatap sinis Widya.

Dirinya menatap aneh Widya yang tidak berhenti tertawa. Padahal dirinya baru saja terjatuh, kenapa sahabatnya itu bisa tertawa sampai segitunya.

"Tungguin gue, Al," ucap Widya mencoba menetralkan napasnya akibat tertawa.

Belum berdiri sempurna Widya sudah tertawa lagi. Hari ini benar-benar lucu baginya, dia selalu terbayang adegan dimana Almera jatuh.

"GUE DO'AIN LO SAWAN YA!" teriak Almera yang sudah jengah dengan sahabatnya yang tidak berhenti tertawa itu.

Related chapters

  • Takdir Ikatan Suci   2. Dihukum

    Widya melotot kaget kala mengingat sesuatu. Dengan panik dia berlari melewati Almera.Melihat sahabatnya berlari dengan wajah panik, mau tidak mau Almera segera menyusul dengan wajah yang tidak kalah panik.Mereka berdua berlari menuju lantai atas, tanpa menghiraukan mahasiswi lain yang menatap mereka aneh."Lo kenapa lari?" tanya Widya setelah sampai di depan kelas."Gue ngikutin lo," jawab Almera dengan raut wajah polos."Ya ampun, Al. Lo sebenarnya kenapa sih? Dari tadi bikin gue mau ketawa terus," ucap Widya yang tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya pagi ini."Lo gila kal-"Tunggu, ini mereka sedang berada di depan kelas yang kondisi pintunya tertutup rapat. Yang berarti mereka sudah telat mengikuti mata pelajaran pagi ini. Duh, apakah tidak cukup kesialannya pagi ini?"Wid," panggil Almera menatap lurus pada pintu yang tertutup

    Last Updated : 2021-07-14
  • Takdir Ikatan Suci   3. Bapak Menyebalkan

    Mendengar ada yang menyapanya Almera menoleh. Wajahnya langsung cerah, senyumnya mengembang sempurna. Menambah kadar kecantikan yang dimiliki Almera."Hai juga, Rel," sahut Almera dengan semangat. Siapa yang tidak senang jika didatangi oleh Farrel Abdillah, seorang mahasiswa yang terkenal akan ketampanan dan kecerdasannya."Gue gabung boleh?" tanya Farrel meminta izin kepada mereka bertiga.Dengan cepat Almera mengangguk. "Boleh dong.""Jangan terlalu antusias. Lo harus sok jual mahal gitu," bisik Widya kesal."Enggak bisa, dia idaman banget," sahut Almera yang juga berbisik, namun bisa didengar oleh kedua sahabatnya. Widya dan Amel kompak memutar bola matanya malas. Dasar Almera, ada yang tampan sedikit langsung seperti cacing kepanasan."Gimana kuliah hari ini, Al?" tanya Farrel tersenyum manis."Alhamdulillah, lancar," jawab Almera dengan nada yang sangat lembut.Widya dan Amel pura-pura muntah. Lebay sekali sahabatnya

    Last Updated : 2021-07-14
  • Takdir Ikatan Suci   4. Tidak Suka Sayur

    Almera terpaku pada kertas yang tertempel di kaca bagian depan mobilnya. Rasa kesal yang tadinya sudah penuh semakin meluap-luap. Dia yakin bahwa yang menulis ini adalah bapak ojek yang tadi pagi."Waspada, jika ada yang bertemu dengan mobil ini segeralah pergi. Jangan sampai saudara-saudara ojek saya bertemu dengan pemilik mobil ini. Karena dia kurang waras," gumam Almera membaca tulisan yang tertera."Dasar bapak ojek sinting," umpat Almera menyobek kertas tersebut hingga menjadi kecil-kecil.Dengan napas yang masih memburu Almera memasuki mobilnya. Dia ingin cepat sampai di rumah, mungkin dengan berendam akan membuat tubuh dan pikirannya lebih rileks. Sungguh, hari ini sangat menguras emosinya. Untung saja jalan siang ini lumayan lenggang, jadi dia bisa cepat sampai di rumahnya dengan selamat. Jika tidak, sudah pasti dia akan menabrak seluruh kendaraan yang menghalangi jalannya.Almera memasuki rumah tanpa berkata apa pun. Dia terlalu malas untuk

    Last Updated : 2021-07-14
  • Takdir Ikatan Suci   5. Dijodohkan?

    Pagi hari, Almera beserta kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan pagi dengan tenang. Mereka makan begitu santai, tidak seperti pagi-pagi sebelumnya yang selalu terkejar oleh waktu."Al, hari ini ada rencana mau kemana?" tanya Ayah Grisham yang sudah menyelesaikan makannya."Enggak ada rencana, Yah." Almera menatap Ayahnya heran, tumben sekali."Sebentar lagi kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu yuk," ajak Bunda Tina.Almera menatap Ayah dan Bundanya bergantian. Kenapa sikap kedua orang tuanya berbeda, perasaannya mendadak tidak enak. Ada semut dibalik gula nih, batin Almera."Enggak, Al ada urusan," tolak Almera. Kebetulan sekali dia harus menyelesaikan urusannya dengan bapak menyebalkan itu, jadi bisa dibuat alasan."Kita ngobrol-ngobrol dulu aja yuk. Bunda sudah buatkan kue coklat kesukaan kamu loh," bujuk Bunda Tina dengan wajah memelas.Alm

    Last Updated : 2021-07-14
  • Takdir Ikatan Suci   6. Emosi

    "Ada apa ini?" Suara bariton membelah kerumunan.Almera menoleh. Dia kenal dengan seseorang itu. "Kak, lo kerja disini?" tanya Almera.Semua yang menyaksikan menjadi terkejut, terutama Chili. Dia sudah ketar-ketir takut jika Almera melaporkan perbuatannya."Iya, Dek. Kenapa?" tanya seseorang mengelus rambut Almera. Dia adalah Rizky Putra Rimata - kekasih Widya. Mereka sudah menjalin hubungan hampir satu tahun. Bahkan Rizky sudah menganggap Almera seperti adiknya sendiri."Sebagai apa?" tanya Almera penasaran. Siapa tahu dengan jabatan Kak Rizky bisa membantu dia menyelesaikan urusannya dengan Chili. Bukannya dia tidak mampu mengatasi sendiri, tetapi dia kesini ingin menemui bapak Romeo. Jika dia meladeni, bisa panjang urusannya dan itu akan menghambat urusan dia."Sekertaris ceo," jawab Rizky.Almera mengangguk mengerti, boleh juga. Almera melihat ke arah Chili yang wajahnya sudah pucat pasi. Di dalam hati Almera tersenyum miring, cuma

    Last Updated : 2021-07-15
  • Takdir Ikatan Suci   7. Gudang

    "Pak, buka pintunya!" teriak Almera memukul pintu besi yang tertutup."Kamu bersihkan ruangan itu." Suara Romeo dari luar pintu.Almera memperhatikan sekelilingnya, ternyata ini gudang. Terlihat dari banyaknya barang yang sudah tidak terpakai, sampai banyak yang berdebu. Almera bergidik, jadi dia harus membersihkan ini semua? Di rumahnya saja dia tidak pernah memasuki gudang apalagi membersihkannya. Sedangkan disini dia mendadak jadi office girl."Pak," panggil Almera, tetapi tidak ada sahutan dari luar. Itu tandanya bapak Romeo sudah pergi. Sekarang hanya ada dirinya sendiri disini."Sialan banget itu bapak. Sudah disuruh bersihkan gudang, eh dikunci juga," gerutu Almera berjalan mengambil sapu yang berada di pojok, sebelah lemari.Almera mulai menyapu lantai gudang yang sudah tidak terlihat lagi warnanya, saking banyaknya debu yang menempel. Karena ingin segera selesai dan pulang, Almera melakukan pekerjaannya dengan semangat.Hachim! 

    Last Updated : 2021-07-16
  • Takdir Ikatan Suci   8. Tidak Memiliki Perasaan

    "PAK!"Romeo yang sedang memacu langkahnya supaya segera sampai di gudang seketika berhenti mendadak. Siapa yang berteriak seperti itu? Sangat tidak sopan, apalagi dia sedang terburu-buru. Pikirannya bercabang, bagaimana keadaan perempuan itu? Bagaimana pun juga jika terjadi sesuatu pasti yang terkena adalah dia dan perusahaan."Ada apa?" tanya Romeo dengan nada datar. Ternyata yang berteriak tadi adalah Rizky, pantas saja begitu berani. Karena setahu dia, seluruh karyawan disini tidak ada yang berani memanggilnya dengan cara berteriak."Bapak, mau kemana?" tanya Rizky setelah sampai di depan Romeo dengan napas yang naik turun."Gudang," jawab Romeo singkat."Saya ikut ya, Pak," pinta Rizky.Romeo menaikkan sebelah alisnya. "Punya kaki sendiri, jalan sendiri. Kenapa masih izin?" Romeo langsung melenggang pergi meninggalkan Rizky yang terbengong. Sungguh sangat pedas

    Last Updated : 2021-07-17
  • Takdir Ikatan Suci   9. Desakan Perjodohan

    "Sudah tenang?" tanya Bunda Tina saat Almera selesai minum. Tadi setelah menunggu beberapa menit, tangis Almera mereda. Ayah dan Bunda pun membawa Almera masuk, tidak enak juga jika dilihat tetangga apalagi kondisi Almera yang berantakan.Almera mengangguk. Jujur saja saat ini dia berasa malu sekali. Kenapa tadi dia bisa kelepasan hingga menangis histeris seperti itu sih! Dulu dia akan menangis jika tidak dibuatkan kue coklat dan itu hanya menangis dalam diam, tidak seperti tadi. Namun dia tidak bisa berbohong bahwa sekarang hatinya terasa plong."Sekarang cerita, pelan-pelan aja," ucap Ayah Grisham. Dia cukup penasaran dengan alasan dibalik tangisan Almera tadi. Setahu dia, Almera itu anak yang kuat, bar-bar dan tidak mudah menangis. Sangat jarang sekali dia menunjukan kelemahannya, baru kali ini dia bersikap layaknya perempuan pada umumnya, menangis sampai histeris."Bunda, masih ingat sama cerita Al yang nabrak kemarin?" tanya Almera memulai pembicaraan. 

    Last Updated : 2021-07-17

Latest chapter

  • Takdir Ikatan Suci   85. Pertanyaan Mematikan

    Di sebuah ruangan berwarna abu-abu, terdapat seorang pria yang berdiri di dekat jendela. Romeo, pria yang dulunya bertubuh kekar kini semakin kurus. Rambut-rambut halus mulai tumbuh di sekitar dagunya. Bahkan kumisnya sudah tebal seperti bapak-bapak yang ada di warung kopi. Dengan tangan yang berada di saku celana, Romeo menatap kosong langit malam yang penuh bintang. Sudah pukul sepuluh malam, tetapi matanya enggan terpejam. Padahal besok pagi ada rapat penting. Ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa bulan lalu. Di saat Almera masih di sini dan dia melukainya seenak hati. Perasaan bencinya kepada Almera telah melebur menjadi penyesalan. Penyesalan yang sangat dalam. "Bahkan sampai saat ini pun saya belum bisa nemuin kamu," ujar Romeo tersenyum kecut. Hidup memang selalu berputar. Jika dulu nama Almera tidak pernah ada di pikirannya, maka sekarang tiada hari tanpa memikirkan perempuan itu. Semakin memikirkan maka semakin dalam dan besar pu

  • Takdir Ikatan Suci   84. Ayo Pacaran!

    "Wid, Widya," panggil Almera mengetuk pintu kamar Widya. Ketukan yang awalnya pelan semakin keras dan cepat saat tidak mendapat sahutan dari sahabatnya. "Widya! Widya!" teriak Almera tidak sabaran. Sedangkan di dalam kamar, Widya yang sedang tidur siang pun mulai terusik. Mengubah posisi tidurnya menjadi miring lalu menutup telinganya dengan bantal. Merasa tidak berguna, Widya melempar bantalnya asal dan kembali terlentang. Selanjutnya, dia menendang selimut lalu bangkit dengan mata yang memerah. Antara mengantuk dan marah. Widya membuka pintu kasar. "Apaan sih? Lo ganggu tidur gue tau nggak!" Bukannya merasa takut atau bersalah, Almera justru cengengesan tidak jelas. "Wid, jalan-jalan yuk!" ajak Almera antusias. Dengan gerakan malas, Widya menoleh ke dalam kamarnya, melihat jam yang menunjukkan pukul satu siang. Seketika matanya melotot. "Lo gila? Siang-siang gini lo ngajak gue jalan? Please deh, Al, lo jangan aneh-aneh. Ini panas ban

  • Takdir Ikatan Suci   83. Mangga Muda

    "Bagaimana?" tanya Romeo kepada Rizky yang berdiri di depannya. Saat ini keduanya berada di ruangan Romeo.Rizky mengernyit tidak paham. Ini Bosnya bertanya tentang apa sih? "Maaf, Pak, maksudnya apa ya?""Bagaimana kabar pencarian Almera? Apa sudah menemukan jejak?" tanya Romeo memperjelas, membuat bibir Rizky membentuk bulatan kecil seraya mengangguk pelan."Maaf, Pak. Belum ada," jawab Rizky menatap Romeo sendu. "Terakhir kali mereka berdua berada di rumah Widya."Romeo menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Punggung tegapnya dia sandarkan pada sandaran kursi. Perlahan matanya terpejam dengan tangan kanan yang memijat pelan pelipisnya. Kepalanya semakin sakit, begitu pula dengan rasa bersalah dan juga gelisah.Kapan dia bisa bertemu Almera? Harus berapa lama lagi dia menunggu kabar tentang keberadaan sang istri? Atau mungkin selamanya dia t

  • Takdir Ikatan Suci   82. Pelukan Kerinduan

    Hal yang paling membahagiakan bagi para orang tua adalah dengan kehadiran anggota keluarga baru. Apalagi seorang bayi mungil yang menggemaskan. Meskipun tidak ada hubungan darah, tetapi orang tua Widya begitu antusias saat mendengar kabar tentang kehamilan Almera. Mereka yang awalnya sedang perjalanan bisnis di Bandung langsung terbang ke Bali. Selama perjalanan, senyum Vania dan Efendi - orang tua Widya tidak luntur satu detik pun. Perasaan mereka benar-benar bahagia. Brak! Suara pintu yang dibuka kencang sukses membuat Almera yang sedang menonton kartun terlonjak kaget. Belum sempat melihat siapa pelakunya, Almera kembali dikejutkan dengan sebuah pelukan yang sangat erat. Sampai membuat badannya sedikit terhuyung. Tidak jauh berbeda dengan Almera, Widya dan Nenek Mia yang berada di dapur pun juga terkejut. Keduanya saling pandang lalu berjalan tergopoh-gopoh menuju tempat Almera dengan perasaan panik. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada ibu h

  • Takdir Ikatan Suci   81. Kita Saling Menguatkan

    "Nek, Widya mana?" tanya Almera kepada Nenek Mia yang sedang menata makanan di meja.Mendengar suara seseorang yang semalam membuatnya khawatir, lantas Nenek Mia menghentikan kegiatannya dan mendongak. Terlihat Almera yang memakai dress berwarna abu-abu selutut berdiri empat langkah di depannya."Kamu sudah bangun, Nak? Ayo makan dulu!" ajak Nenek Mia tanpa menjawab pertanyaan Almera. Kakinya bergerak gesit menghampiri Almera dan menuntunnya duduk. Senyumnya pun merekah bahagia.Semua rasa khawatir yang dia rasakan semalam langsung sirna.Almera duduk dengan wajah bingungnya. "Nenek, Widya mana?""Oh itu Widya lagi di toko," jawab Nenek Mia santai yang mendapat tatapan penuh binar dari Almera."Almera mau ke sana! Ayo, Nek! Al udah dari kemarin-kemarin pingin ke toko roti punya Nenek." Almera menatap antusias Nenek Mia yang hendak meng

  • Takdir Ikatan Suci   80. Tidak Bisa Menerima

    "Inget ya, Al, lo nggak boleh makan sembarangan. Harus banyak istirahat. Nggak boleh banyak pikiran," ucap Widya seraya menuntun Almera menaiki tangga menuju kamarnya. Sejak Almera sadar dan diperiksa bahwa sahabatnya itu hamil, Widya tidak berhenti mengeluarkan petuah-petuah dengan kalimat yang sama secara berulang. Terutama nenek Mia yang sangat antusias hingga langsung membuat kue untuk dibagikan ke tetangga. Sedangkan sang empu justru menutup mulut rapat-rapat dengan pandangan kosong. Pikiran dan perasaannya menjadi campur aduk. Meskipun sudah menikah dan menginginkan malaikat kecil hadir di rumah tangganya, tetapi tidak cara seperti ini. Calon anaknya hadir karena paksaan yang Romeo kira bahwa dirinya adalah Citra, kekasihnya. Bukan atas dasar saling mau dengan balutan cinta yang menggebu. Ada rasa terkejut, sedih, marah dan senang di hati Almera. Kenapa anak ini hadir di saat dirinya masih dibaluti rasa takut dan pergi dari Romeo? Bagaimana cara dia men

  • Takdir Ikatan Suci   79. Cinta Karena Terbiasa

    Di dalam ruangan yang tampak berantakan dengan kertas yang berhamburan, Romeo duduk termenung di meja kerjanya. Beberapa hari tidak datang ke kantor membuat mejanya dipenuhi tumpukan berkas. Karena memang sedang dalam kondisi hati dan pikiran yang kacau, akhirnya tanpa ragu Romeo melempar semua berkas-berkas tersebut. Sebenarnya laki-laki yang memakai kemeja biru muda itu sangat malas untuk bekerja. Dia hanya ingin mencari Almera. Namun, atas paksaan papanya dengan dalih akan membantu mencari Almera, akhirnya Romeo pun menurut. Meskipun sekarang yang dia lakukan hanya duduk termenung. Romeo menunduk dengan tangan yang memegang kening dan mata terpejam lelah. "Almera, maaf," gumamnya. Semenjak kepergian Almera, Romeo merasakan sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Hatinya terasa kosong seolah ada yang hilang. Bahkan Romeo tidak dapat tidur dengan nyenyak. Bagaimana tidak, setiap memejamkan mata selalu terbayang wajah Almera dari yang tersenyum hingga menangis.

  • Takdir Ikatan Suci   78. Tingkah Aneh Almera

    "Sini, Nak, makan!" Nenek Mia melambaikan tangannya memanggil Almera yang baru saja datang dari arah tangga. "Nenek hari ini masak sop buntut, perkedel sama sambal. Kata Widya, kamu suka sama sayur sop." Mendengar perkataan Nenek Mia, Almera langsung mengalihkan pandangannya ke meja makan. Benar, makanan yang disebut Nenek Mia sudah tertata rapi dan terlihat menggoda. "Widya mana, Nek?" tanya Almera setelah duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan. "Tadi pamitnya mau ke depan sebentar. Udah biarin aja. Sekarang kamu makan ya? Yang banyak, mau dihabisin juga nggak papa," jawab Nenek Mia seraya mengambil piring Almera lalu mengisinya dengan nasi yang lumayan banyak. Almera dibuat meringis melihat piringnya yang penuh. Porsi makannya tidak sebanyak itu! "Nek, udah nanti aku ambil sendiri aja kalau kurang. Ini kebanyakan," ungkap Almera mengambil alih piring tersebut. "Sekarang kamu makan gih! Nenek mau nyiram tanaman dulu." Tanpa

  • Takdir Ikatan Suci   77. Sadar

    Sesuai ajakan Widya kemarin, kini sepasang sahabat itu sedang berada di pantai. Sebenarnya, Almera ingin ke pantai ketika hari sudah menjelang sore. Namun apalah daya, Widya sang sahabat dengan tidak tahu dirinya justru membangunkan Almera dari pagi-pagi buta. Bahkan Nenek Mia saja lelah dengan tingkah Widya yang terus merengek untuk segera berangkat. Entah Widya yang memang tidak pernah ke pantai atau ada maksud terselubung hingga gadis itu begitu antusias. "Bagusnya kalau ke pantai itu sore-sore. Sekalian liat sunset," gerutu Almera menghentakkan kakinya kesal. Di dalam hati perempuan yang memakai kaos berwarna biru dan dipadukan dengan hotpants itu tidak berhenti untuk menyumpah serapahi sahabatnya. Bayangkan, Widya membangunkan dirinya dari mulai pukul empat pagi. Cara membangunkannya pun tidak ada sopan-sopannya. Mengguncang, menyiratkan air dan memutar musik dengan volume full tepat di telinganya. Sebenarnya Widya ini ingat tidak sih kalau Almer

DMCA.com Protection Status