Saat ini Xiao Feng berdiri di tengah ruangan batu kuno, tubuhnya gemetar saat energi listrik berwarna biru menyelimuti tubuhnya. Di tangannya tergenggam Kristal Naga yang telah ia dapatkan atas arahan Bai Lian sebelumnya, sebuah artefak yang berkilau dengan cahaya yang menyilaukan. Bai Lian berdiri tidak jauh darinya, mengamati dengan ekspresi penuh keyakinan. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri, jika kali ini ia akan memastikan Xiao Feng telah menyelesaikan semua ujian darinya."Rasakan kekuatan itu mengalir di tubuhmu," ujar Bai Lian, suaranya seperti angin yang berdesir. "Tapi jangan biarkan ia menguasaimu, lakukan seperti yang kau lakukan sebelumnya. Kau harus menjadi tuannya kali ini."Xiao Feng memejamkan mata, mencoba menyelaraskan dirinya dengan energi yang melonjak dari kristal itu. Petir kecil memancar dari tubuhnya, menciptakan suara “Crack, crack!” di udara. Setiap lonjakan membuat otot-ototnya terasa seperti terbakar, namun bersamaan dengan itu, kekuatan yang luar bias
Fajar mulai menyingsing di ufuk timur, menandai awal perjalanan panjang bagi Xiao Feng. Pagi itu Ia berdiri di depan Bai Lian yang sudah menunggunya lebih awal. Beruntung ia tidak membuat Bai Lian menunggu lebih lama untuk memberikan salam perpisahan terakhir. “Terima kasih atas bimbinganmu, Bai Lian. Aku tidak akan melupakan pelajaran ini,” katanya sambil menundukkan kepala dengan hormat.Melihat sikap Xiao Feng dengan tulus, Bai Lian tersenyum tipis. “Kau telah menunjukkan potensi besar, Xiao Feng. Namun ingat, perjalananmu masih panjang. Jangan terlalu cepat merasa puas dengan kekuatan yang telah kau peroleh.”Xiao Feng mengangguk, mendengar perkataan Bai Lian barusan. Ia kemudian menoleh kearah gurunya, Xiao Chen, yang berdiri tidak jauh darinya, melihat wajah gurunya itu ingin rasanya ia mengeluarkan air mata, namun ia tahan dengan kuat perasaan itu. "Guru, apakah kau tidak akan ikut bersamaku ke Liyue?" tanya pemuda itu penuh harap.Xiao Chen menghela napas panjang, setelah meli
Langit senja kota Liyue dihiasi oleh awan kelabu yang seakan mencerminkan suasana hati penduduknya. Saat ini Xiao Feng berjalan di antara deretan rumah kayu yang berjajar rapi saat ia pertama kali tiba di kota tersebut, namun tatapan mata orang-orang di sekitarnya terasa seperti penuh ketakutan. Banyak yang menundukkan kepala, bahkan menghindari pandangannya."Kenapa kota ini terasa begitu suram?" pikir Xiao Feng sambil terus berjalan.Saat ia melewati pasar, ia melihat beberapa penjaga berseragam gelap dengan lambang ular emas berdiri di sudut jalan. Mereka memegang tombak dan pedang, wajah mereka keras tanpa senyuman. Penduduk yang berjualan tampak gelisah setiap kali penjaga itu mendekat.Tiba-tiba, seorang penjaga menghampiri seorang pedagang buah yang sedang membereskan dagangannya. “Hei, kau!” suara kasar penjaga itu membuat pedagang gemetar.“A-ada apa, Tuan?” jawab pedagang itu gugup.“Upeti hari ini. Jangan lupa! Kalau tidak, kau tahu akibatnya.”Pedagang itu segera menyerahk
Malam menjelang di kota Liyue, dengan cahaya lentera yang berkelip-kelip di sepanjang jalan utama. Xiao Feng mengenakan jubah hitam panjang untuk menyembunyikan dirinya, memadukan gerakannya dengan bayang-bayang malam. Tujuannya malam ini adalah menyusup ke markas Klan Ular Emas, tempat Lei Kun memerintah dengan tangan besi.Ia telah mengamati gerak-gerik para penjaga selama beberapa jam, mencatat pola patroli mereka dan menemukan celah dalam pengawasan. Dengan lincah, ia melompati pagar tinggi yang mengelilingi markas besar. Sepasang mata elangnya mengawasi setiap sudut, memastikan ia tidak terdeteksi.Setelah masuk, Xiao Feng bergerak dengan tenang di lorong panjang yang diterangi oleh obor di dinding. Udara di dalam gedung terasa berat, seperti memancarkan aura kegelapan yang menyelimuti setiap sudut.Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia bersembunyi di balik pilar besar, menahan napas, sambil mendengarkan percakapan dua penjaga yang lewat.“Aku dengar Lei Kun sed
Ruangan besar itu dipenuhi percikan petir yang saling beradu. Xiao Feng dan Lei Kun berdiri saling berhadapan, aura petir di sekitar mereka membentuk medan energi yang menghentikan aliran udara di ruangan. Tombak Lei Kun berkilauan, sementara Xiao Feng memegang pedangnya dengan tangan yang mantap, zirah besinya berkilau samar di bawah cahaya lentera.Lei Kun tersenyum licik. "Jadi, kau juga seorang pengguna petir. Menarik. Tapi kau masih terlalu muda untuk menghadapi seseorang sepertiku."Xiao Feng membalas senyum itu. "Mungkin kau harus merasakan kekuatan sejati dari Kitab Dewa Naga."Hal itu membuat pria besar itu menaikkan alisnya, ia sedikit berkeringat ketika mendengar Kitab Dewa Naga, tentu saja ia mengetahui legenda tentang kitab tersebut. Kitab yang diperebutkan banyak pendekar hebat di dunia persilataan.Lei Kun melompat maju, tombaknya menghantam dengan kecepatan kilat. “Wsuhh!” Suara angin memecah keheningan saat ujung tombak hampir menyentuh tubuh Xiao Feng. Namun, zirah b
Xiao Feng menerima undangan pria tua yang ia temui di kedai teh beberapa hari yang lalu, seorang yang kelihatannya tak hanya ramah tapi juga memiliki kebijaksanaan tersirat. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Li Zhong, mantan pendekar yang kini memilih hidup sederhana sebagai pemilik penginapan kecil di pinggiran kota Liyue.“Terima kasih atas keberanianmu melawan Lei Kun dan menyelamatkan kota ini,” ujar Li Zhong sambil tersenyum lemah. “Mungkin malam ini kau bisa beristirahat sejenak di tempatku. Penginapanku sederhana, tapi cukup nyaman.”Xiao Feng yang masih merasa lelah dari pertarungan sebelumnya mengangguk pelan. “Aku akan menerima tawaranmu. Namun, kota ini masih dalam bahaya. Aku bisa merasakannya.”Li Zhong tertawa kecil. “Kau benar, Pendekar Muda. Tapi malam ini, nikmatilah makanan dan minuman sebagai tanda terima kasih kami.”Penginapan Li Zhong ternyata lebih luas dari perkiraan. Xiao Feng dijamu dengan makanan lezat, mulai dari ikan panggang hingga sup herbal yang m
Pagi di kota Liyue terasa berbeda. Udara yang semula terasa berat kini mulai ringan, seolah bebannya telah terangkat. Penduduk kota tampak lebih bersemangat, meski bekas-bekas kekacauan masih terlihat di beberapa sudut kota.Xiao Feng duduk di beranda penginapan Li Zhong, menyesap teh hangat sambil menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.“Hup! Hup!”Suara derap langkah kuda terdengar dari kejauhan. Sekelompok orang dengan baju zirah putih keemasan, membawa panji besar dengan simbol matahari yang bersinar, memasuki kota Liyue.Penduduk yang melihat mereka berbisik-bisik. “Itu mereka, Fajar Keemasan! Kelompok besar yang terkenal karena perjuangan mereka untuk kedamaian.” Ujar salah satu orang.Xiao Feng memperhatikan dengan seksama, kedatangan sekelompok orang tersebut. Dari cara mereka membawa diri dan barisan yang teratur, jelas bahwa mereka adalah kelompok yang terlatih dan terorganisir.Kelompok itu berhenti di tengah alun-alun. Pem
Langkah Xiao Feng perlahan melewati hutan lebat yang seolah tak pernah berakhir. Pepohonan tua dengan dahan-dahan menjulang tinggi menciptakan bayang-bayang gelap di bawah cahaya rembulan. Meski malam terasa tenang, ada sesuatu yang ganjil di udara, seperti bisikan hutan yang memanggilnya untuk tetap waspada.Tiba-tiba, jeritan minta tolong memecah keheningan. "Tolong! Siapa pun, tolong saya!" Suara itu terdengar putus asa, datang dari arah utara.Tanpa ragu, Xiao Feng melangkah cepat menuju sumber suara. Di tengah area terbuka yang kecil, dia melihat sekelompok pria kasar mengepung seorang lelaki tua yang memeluk erat kantong barangnya.“Hei, serahkan itu! Jangan bikin susah!” bentak salah satu perampok dengan nada mengancam.Lelaki tua itu menggeleng panik. “Tolong... ini semua yang saya punya... jangan ambil ini!”Perampok itu tertawa kasar. “Kalau begitu, nyawamu yang akan kami ambil!”“Berhenti di sana,” suara tegas Xiao Feng terdengar, membuat semua orang di tempat itu menoleh.
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela