Beranda / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 205 : Kemarahan Langit Tak Terhentikan

Share

Bab 205 : Kemarahan Langit Tak Terhentikan

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 20:46:38

Saat ini, Xiao Feng berdiri di tengah reruntuhan bangunan yang hangus. Tubuhnya penuh luka, akibat pertarungan yang tampak berat sebelah itu. Sementara itu,Wu Yue juga terluka cukup parah, tampak pria itu sedang berdiri dengan kaki terpincang-pincang berada tidak jauh di depannya. Udara di sekitar mereka penuh dengan energi liar yang dipancarkan dari kekuatan mereka masing-masing. Namun salah satu dari mereka tampak tersenyum sinis.

“Kau memang tangguh, Xiao Feng. Tapi jangan kira aku akan menyerah begitu saja!” Dengan tarikan napas dalam, Wu Yue mengangkat kedua tangannya. Angin yang sebelumnya hanya melingkar di sekelilingnya kini berubah menjadi pusaran tornado. “Tornado Pemenggal Langit!”

Pusaran angin raksasa meluncur ke arah Xiao Feng, menelan setiap reruntuhan yang ada di jalannya.

Melihat kekuatan yang begitu besar menuju padanya, Xiao Feng memejamkan mata sesaat, merasakan aliran energi dari Kristal Naga yang bersinar di dalam tubuhnya. “Angin melawan angin?” gumamnya pelan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 206: Ratu Es Melawan Tetua Lima Elemen

    Bai Ling berdiri tegak di tengah medan pertempuran yang telah berubah menjadi arena es yang dingin dan membekukan. Tubuhnya penuh keringat dingin, bukan karena takut, tetapi akibat energi yang ia keluarkan untuk melawan Yang Huai, tetua terkuat dari Kota Naga Merah. Udara di sekitar mereka penuh ketegangan, bercampur antara suhu beku dan panas membara dari kekuatan lima elemen yang dikuasai Yang Huai.“Rupanya kau adalah Ratu Es dari Utara, kau memang berbakat nona muda,” ujar Yang Huai dengan suara rendah namun menggema. “Tapi kau terlalu muda untuk melawanku. Aku telah menguasai kelima elemen selama puluhan tahun, jauh sebelum kau berada didunia ini.”Bai Ling tidak menjawab ia tahu ini adalah pertarungan hidup dan mati, ia tidak ingin terus bergantung pada Xiao Feng, maka dari itu ia mempertaruhkan semuanya dalam pertarungan ini. Dengan tatapan dingin, ia membuka kipas esnya lebar-lebar. Udara di sekitarnya langsung dipenuhi serpihan salju kecil dan dalam satu gerak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 207: Harapan

    Saat itu Xiao Feng terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka kecil akibat bertarung melawan Chen Yang dan Luo Shan. Setelah pertempuran sengit dengan Chen Yang dan Luo Shan itu, entah mengapa ia berhasil meloloskan diri. Serangan petir terakhirnya telah menciptakan ledakan besar yang cukup untuk mengalihkan perhatian keduanya. Namun, kekuatan itu menguras hampir seluruh energinya, membuat ia harus bertahan dalam kondisi tersebut."Feng, jangan sampai kau mati di sini," pikirnya sambil melesat menuju lokasi Bai Ling. Bayangan Bai Ling, yang kini dikepung oleh ancaman baru, terus membayangi benaknya, membuat ia hampir kehilangan akal sehat.Dari kejauhan, Zhao Rui, yang sebelumnya hanya menjadi penonton pertarungan, menggertakkan giginya. Ia ingin membantu Xiao Feng saat melihat ketidakberdayaannya melawan dua Malaikat Kematian itu. Tapi kini, melihat Xiao Feng kabur, ia ragu."Dia terlalu keras kepala," gumam Zhao Rui sambil mengepalkan tinjunya. Namun, tatapannya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 207: Kemunculan Naga Hitam

    Di tengah kekacauan yang terjadi, suara ledakan besar menggema dari arah barat. Tanah bergetar hebat, dan angin kencang berhembus menusuk tulang, membuat setiap orang di medan pertempuran refleks menoleh ke sumber suara. Bahkan Yang Huai, yang selama ini terlihat tenang dan penuh percaya diri, mendadak menghentikan gerakannya.“Apa itu?” tanya Wu Yue dengan nada penuh keterkejutan. Wajahnya tampak pucat,sedangkan matanya berusaha menembus kabut tebal yang berputar di kejauhan.Sementara Xiao Feng, yang berdiri sambil menahan rasa sakit di tubuhnya, menyipitkan mata, berusaha mengenali sosok yang muncul perlahan dari balik kabut. Aura yang dipancarkan begitu menekan, seolah-olah menghisap seluruh udara di sekitar. Di antara riuhnya medan pertempuran, semuanya mendadak hening seketika.Dari dalam kabut asap yang kian menipis, terlihat sebuah siluet melayang rendah di udara. Sosok itu tidak menggunakan jurus meringankan tubuh biasa; ada sesuatu ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 208: Jalan yang Berliku

    Beberapa saat yang lalu. Di tengah hutan yang gelap dan lebat, para budak yang sempat melarikan diri akhirnya berhenti di sebuah area terbuka kecil. Mereka duduk dengan napas tersengal, mencoba mengatur diri setelah pelarian panjang. Namun, ketenangan mereka tidak bertahan lama. Langkah kaki berat yang disertai aura gelap menyelimuti tempat itu.Feng Qian, Malaikat Kegelapan, muncul dengan senyuman dingin di wajahnya. Rambut hitam panjangnya berkibar di bawah angin malam, dan matanya yang penuh kebencian menatap para budak yang kini membeku ketakutan.“Jadi, kalian berpikir bisa lari dari kami?” Feng Qian berbicara dengan nada datar, namun ancaman dalam suaranya terasa nyata.Mendengar perkataan Feng Qian beberapa budak yang lebih lemah hanya bisa berlutut, menyerahkan diri mereka berfikir panjang seolah mereka bersiap menerima resiko akan tindakan mereka yang mencoba untuk melarikan diri. Tetapi di antara mereka, ada yang mencoba bangkit dan berlari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 210: Harapan di Tengah Duka

    Setelah kepergian Feng Qian dan Zhou Rui, hutan yang sebelumnya terasa tegang kini dipenuhi keheningan. Xiao Feng dan Bai Ling berjalan mendekati para budak yang masih tampak ketakutan. Salah satu dari mereka, seorang gadis kecil bernama Xiaolian, berlari ke arah mereka. Wajahnya yang mungil menyiratkan kebahagiaan yang tulus saat melihat Xiao Feng dan Bai Ling telah kembali.“Paman Pendekar! Bibi Bai Ling! Kalian hebat sekali, seperti pahlawan dalam cerita!” seru Xiaolian dengan mata berbinar.Xiao Feng mengusap kepala gadis kecil itu dengan lembut, tetapi ketika Xiaolian teringat sesuatu, ekspresinya berubah drastis. Senyum di wajahnya memudar, tergantikan oleh duka mendalam.“Apa yang terjadi, Xiaolian?” tanya Bai Ling, suaranya lembut namun penuh perhatian.“Ayah… Ayahku… dia... dia sudah pergi, dibunuh oleh orang-orang jahat itu,” jawab Xiaolian, suaranya bergetar. Air mata mengalir di pipinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 211: Murka di Balik Kota Naga Merah

    Disisi lain, tepatnya berada aula utama kediaman Keluarga Yan di Kota Naga Merah, suasana tegang terasa menyelimuti ruangan. Para tetua keluarga duduk dengan ekspresi murka, sementara Yan Heng, kepala keluarga, berjalan mondar-mandir seperti seekor harimau yang sedang mengamuk.“Kita telah dipermalukan! Ratusan prajurit kita mati sia-sia, bisnis kita hancur, dan Yang Huai, bersama kelima Malaikat Kematian itu, hanya bisa mundur tanpa perlawanan!” suaranya bergemuruh, menggema ke seluruh ruangan.Salah satu tetua yang lebih tua, Yan Xiang, mencoba menenangkan situasi. “Yang Huai memiliki alasan, Yan Heng. Menghadapi Naga Hitam bukanlah keputusan yang bijak. Jika dia memaksakan pertempuran, keluarga kita bisa saja kehilangan lebih dari ini.”Mendengar jawaban itu, Yan Heng berbalik dengan tatapan tajam. “Alasan? Kita membayar Yang Huai untuk melindungi keluarga Yan, bukan untuk lari seperti pengecut! Jika dia tidak mau bertarung, maka dia tidak berguna bagi kita!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 212: Bayangan di Balik Pepohonan

    Xiao Feng dan Bai Ling melangkah perlahan menuju desa kecil yang terletak di lembah hijau. Desa itu tampak tenang, dengan hanya beberapa rumah beratap jerami yang berjajar di sepanjang jalan utama. Dari kejauhan, suara gemericik air sungai dan gesekan dedaunan ditiup angin menciptakan suasana damai.“Kita harus berhati-hati. Tempat ini mungkin terlihat tenang, tapi aku tidak yakin kita aman,” kata Bai Ling, matanya terus mengamati sekeliling.Mendengar perkataan Bai Ling barusan, Xiao Feng mengangguk. “Kita hanya perlu mendapatkan informasi tanpa membuat keributan. Jika Kelompok Bendera Lima Warna benar-benar bergerak, mereka pasti punya mata-mata di mana-mana.”Sementara itu, dari balik pepohonan yang rindang tampak dua orang berpakaian serba hitam, dengan kain penutup wajah dan simbol bendera kecil berwarna-warni di dada mereka, memperhatikan setiap langkah Xiao Feng dan Bai Ling dengan seksama, seolah menunggu sesuatu yang mungkin akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 213: Serangan di Tengah Malam

    Langit malam menggantung kelam di atas desa kecil itu, hanya diterangi oleh bulan sabit yang sinarnya redup tertutupi awan. Xiao Feng berdiri di ambang pintu, matanya tajam menatap ke arah kegelapan, mendengarkan setiap suara yang mencurigakan. Di belakangnya, Bai Ling dengan sigap memasang perangkap sederhana di sekitar rumah, menggunakan tali dan bel kecil yang ia temukan di dapur rumah.“Mereka pasti sedang mengatur strategi. Kita harus lebih dulu menyerang atau bersiap menghadapi kemungkinan terburuk,” kata Bai Ling, meluruskan punggungnya.Xiao Feng tersenyum tipis, tetapi matanya tetap tajam. “Mereka akan datang. Kita hanya perlu sedikit kesabaran.”Bai Ling menoleh padanya. “Aku tidak suka menunggu seperti ini. Kau yakin mereka akan datang malam ini?”Xiao Feng mengangguk. “Yakin. Tadi saat aku berada di kedai teh di sudut desa, aku merasakan ada yang aneh.”Bai Ling mengangkat alis, meminta pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21

Bab terbaru

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 225: Kota Lanzhou dan Awal Misi Baru

    Malam itu, api unggun mulai mengecil, tetapi semangat diskusi mereka semakin membara. Xiao Feng duduk bersila di dekat api, wajahnya penuh perhatian mendengarkan informasi yang dibagikan oleh keempat kakak seperguruannya. Qing Yue, dengan tangan terlipat di dada, memulai penjelasan."Kami sudah mencari keberadaanmu selama bertahun-tahun, Xiao Feng. Dalam perjalanan itu, kami mendengar banyak tentang kelompok yang memperjualbelikan orang untuk dijadikan budak. Awalnya, kami pikir mereka bagian dari kelompok bendera lima warna, tetapi ternyata lebih dari itu. Ada banyak kelompok kecil lainnya yang memanfaatkan kekacauan ini," pungkasnya.Yang Zhan, yang tombaknya selalu berada dalam jangkauan, menyambung, "Kami menemukan salah satu tempat itu di kota Lanzhou. Sebuah kota yang dipenuhi oleh aktivitas gelap. Mereka menjual budak, senjata, dan segala macam barang haram. Dan yang paling parah, mereka melakukannya di depan mata penguasa kota yang sepertinya terlibat atau seti

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 224: Perpecahan di Tengah Malam

    Nyala api unggun di tengah gua kecil itu masih berkobar lembut, memancarkan cahaya hangat yang berpendar di dinding batu. Xiao Feng, dengan hati penuh harap, baru saja menyampaikan rencana untuk melanjutkan perjuangannya menghancurkan kelompok bendera lima warna yang masih tersisa. Namun, di tengah pembicaraan itu, Long Wei tampak termenung. Ia mengangkat wajahnya, matanya menyipit, memandang Xiao Feng dengan tatapan yang sulit diterjemahkan."Aku tidak yakin," ucap Long Wei akhirnya, memecah keheningan yang menggantung di udara.Semua mata langsung tertuju padanya. Yang Zhan, yang sejak tadi diam dengan tombaknya di tangan, mengangkat alisnya. "Tidak yakin? Maksudmu apa, Kakak Long Wei?"Long Wei menghela napas panjang, meletakkan pedangnya di tanah tepat berada di sampingnya. "Maksudku, kita hanya bertujuh di sini. Dan kau ingin kita menghadapi seluruh kelompok bendera lima warna? Kelompok itu bukan hanya sekelompok perampok biasa. Mereka memiliki ratusan, bah

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 223: Kebenaran di Balik Perjalanan

    Malam sudah larut ketika Xiao Feng dan Bai Ling duduk bersama lima kakak seperguruannya di sebuah gua kecil yang mereka temukan di lereng pegunungan utara. Nyala api unggun di tengah mereka memberikan kehangatan di tengah hawa dingin yang menusuk. Kelima pendekar itu, yang sebelumnya penuh amarah, kini menatap Xiao Feng dengan keraguan yang belum sepenuhnya hilang.Xiao Feng menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum mulai berbicara. Bai Ling duduk di sisinya, memberikan dukungan dalam keheningan."Aku tahu kalian sulit mempercayai apa yang akan aku ceritakan," kata Xiao Feng, memecah keheningan. Matanya menatap satu per satu wajah kakak seperguruannya. "Tapi aku tidak punya alasan untuk berbohong. Dengarkan aku hingga selesai."Long Wei, yang duduk dengan tangan terlipat di dadanya, menyeringai kecil. "Baiklah, Xiao Feng. Kami akan mendengar ceritamu. Tapi jangan berpikir kami akan mudah percaya."Xiao Feng mengangguk pelan. "Kalian semua

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 222: Pertemuan yang Tak Terduga

    Langit sore mulai memerah saat Xiao Feng dan Bai Ling melintasi jalan setapak menuju pegunungan utara. Hembusan angin dingin dari puncak gunung terasa menusuk kulit, tetapi mereka terus melangkah, tekad mereka terlalu kuat untuk dihentikan oleh cuaca."Feng'Ge," Bai Ling memecah keheningan. "Kita hampir sampai. Kau siap untuk apa pun yang akan terjadi di sana?"Xiao Feng tersenyum tipis, menoleh ke arah Bai Ling. "Aku selalu siap, Bai'er. Tapi ingat, kita tidak tahu apa yang menunggu di sana. Bersiaplah untuk segalanya."Namun, sebelum Bai Ling sempat menjawab, suara langkah kaki berat terdengar dari arah depan. Xiao Feng menghentikan langkahnya, instingnya membuat tangan kirinya langsung bergerak ke gagang pedang yang tergantung di pinggang. Bai Ling juga berjaga-jaga, es tipis mulai terbentuk di sekeliling tangannya.Dari balik pepohonan, lima sosok muncul. Tubuh mereka tegap, masing-masing memancarkan aura yang kuat dan mengintimidasi. Pakaian mereka m

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 220: Amukan Seratus Pedang

    Setelah membebaskan para tahanan, mereka berdua hendak kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah hutan lebat mereka semua merasakan udara dingin mulai terasa menusuk kulit, seolah baru menemukan ketenangan yang berarti, namun ketenangan itu mendadak terpecah oleh suara gemuruh langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.Xiao Feng lalu memberikan perintah pada tahanan yang mereka lepaskan untuk segera bersembunyi, mencari tempat yang aman, "Pergilah dari sini... Kalian harus selamat."Mendengar perintah dari Xiao Feng, orang-orang itu segera pergi menjauh, seolah tidak ingin terlibat dari pertarungan yang akan segera terjadi."Feng'Ge," ucap Bai Ling, matanya memandang lurus ke depan. "Kau dengar itu?"Xiao Feng mengangguk pelan. Ia memicingkan matanya, memeriksa lingkungan sekitarnya. "Langkah kaki... banyak sekali. Mereka datang ke arah kita."Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul puluhan pria bersenjata. Mereka mengenakan pakaian khas dengan lambang bendera warna di dada mereka.

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 219: Serangan di Perkemahan Lembah Barat

    Xiao Feng bergerak perlahan menuju perkemahan, langkahnya begitu tenang tanpa suara sedikitpun. Bai Ling mengikuti di belakangnya, sembari mengeluarkan es dari tangannya yang berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai redup. Aroma asap yang bercampur dengan daging panggang semakin jelas, dan suara-suara tawa kasar dari sekelompok pria mulai terdengar."Bai'er," bisik Xiao Feng sambil berhenti di balik semak belukar. "Kita akan mendekat dari dua sisi. Kau ambil sisi kiri untuk memastikan mereka tidak melarikan diri."Bai Ling mengangguk, menatap Xiao Feng dengan penuh keyakinan. "Aku mengerti. Kau hati-hati."Xiao Feng menoleh ke arah wanita yang mereka bawa. "Tetap di sini. Jangan keluar sampai kami kembali."Wanita itu menggigit bibirnya, jelas khawatir, namun akhirnya mengangguk. "Baik, Tuan Pendekar. Tolong... selamatkan mereka."**Dari balik semak-semak, Xiao Feng dan Bai Ling akhirnya bisa melihat perkemahan itu dengan jelas. Sekelompok pria kasar duduk di sekitar api unggun,

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 218: Misi Penyelamatan yang Baru

    Saat Xiao Feng dan Bai Ling hendak melangkah pergi, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menghampiri mereka dari belakang. Wanita muda yang sebelumnya mereka selamatkan berlari dengan wajah penuh kecemasan. Matanya merah, basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir.“Tuan pendekar!” panggilnya seraya berlutut di hadapan Xiao Feng. “Terima kasih telah menyelamatkan kami. Namun, aku memohon... tolong bantu aku sekali lagi. Ibu dan adik perempuanku dibawa oleh anggota mereka yang lain. Aku tak tahu harus bagaimana...”Xiao Feng menatap wanita itu dengan tatapan serius, sementara Bai Ling mengernyit, menatapnya penuh rasa iba. “Di mana mereka terakhir kali terlihat?” tanya Xiao Feng.Wanita itu menggeleng lemah. “Aku hanya mendengar salah satu dari mereka menyebut sebuah tempat di dekat lembah barat. Di sana mereka berencana mengumpulkan para tawanan lainnya.”Xiao Feng menarik napas panjang. “Baiklah, kami akan membantu. Tapi kau harus beristirahat dan kembali ke tempat yang ama

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 217: Perkemahan di Utara

    Matahari mulai terbenam di ufuk barat, menyelimuti dunia dalam semburat oranye yang perlahan memudar. Di tengah perjalanan mereka, Xiao Feng dan Bai Ling berjalan menyusuri jalan berbatu yang sunyi. Pepohonan di kiri dan kanan menjulang tinggi, menciptakan bayangan panjang yang mengintimidasi. Namun, di tengah ketenangan itu, sepasang mata dari balik rimbunan dedaunan terus mengintai mereka."Sialan... Dia jauh lebih kuat dari yang dikabarkan," gumam pria itu pelan, matanya tetap tertuju pada Xiao Feng. Setelah memastikan tidak tertangkap basah, dia segera bergerak pergi dengan langkah ringan, menghilang di antara pohon-pohon lebat. Beberapa saat kemudian, pria itu tiba di sebuah lokasi tersembunyi dan langsung melapor pada Yu Zhi, pemimpin kelompok bendera merah yang baru menggantikan Tianbao.“Ketua, aku sudah memastikan. Mereka bergerak ke arah utara, sepertinya mencari jejak kelompok kecil kita,” lapornya sambil berlutut.Yu Zhi yang sedang duduk di kursinya dengan angkuh setelah

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 216: Upacara di Bawah Langit Kelam

    Langit sore mulai berubah menjadi jingga keemasan ketika Xiao Feng dan Bai Ling berdiri di depan rumah utama desa. Keheningan mencekam menyelimuti mereka. Bau busuk dari mayat yang terkumpul di dalam ruangan mulai menyengat, membuat Bai Ling menutup hidungnya dengan lengan baju.“Feng'Ge,” ujar Bai Ling dengan nada serak. “Orang-orang desa ini... mereka semua korban. Kita harus melakukan sesuatu untuk memberi mereka penghormatan terakhir.”Xiao Feng mengangguk pelan. “Kita tidak bisa membiarkan mereka seperti ini. Mereka sudah cukup menderita.”Bai Ling berjalan ke arah pintu, memperhatikan tumpukan mayat yang kulit wajahnya telah dilucuti. Mata mereka yang kosong seakan berbicara, memohon keadilan atas apa yang telah terjadi. “Bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan hal sekeji ini?” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.Xiao Feng menghela napas panjang, tangannya menggenggam erat Pedang Pembalik Surga. “Ini adalah pekerjaan kelompok bendera lima warna itu. Mereka tak hanya meng

DMCA.com Protection Status