Saat itu Xiao Feng terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka kecil akibat bertarung melawan Chen Yang dan Luo Shan. Setelah pertempuran sengit dengan Chen Yang dan Luo Shan itu, entah mengapa ia berhasil meloloskan diri. Serangan petir terakhirnya telah menciptakan ledakan besar yang cukup untuk mengalihkan perhatian keduanya. Namun, kekuatan itu menguras hampir seluruh energinya, membuat ia harus bertahan dalam kondisi tersebut.
"Feng, jangan sampai kau mati di sini," pikirnya sambil melesat menuju lokasi Bai Ling. Bayangan Bai Ling, yang kini dikepung oleh ancaman baru, terus membayangi benaknya, membuat ia hampir kehilangan akal sehat.
Dari kejauhan, Zhao Rui, yang sebelumnya hanya menjadi penonton pertarungan, menggertakkan giginya. Ia ingin membantu Xiao Feng saat melihat ketidakberdayaannya melawan dua Malaikat Kematian itu. Tapi kini, melihat Xiao Feng kabur, ia ragu.
"Dia terlalu keras kepala," gumam Zhao Rui sambil mengepalkan tinjunya. Namun, tatapannya b
Di tengah kekacauan yang terjadi, suara ledakan besar menggema dari arah barat. Tanah bergetar hebat, dan angin kencang berhembus menusuk tulang, membuat setiap orang di medan pertempuran refleks menoleh ke sumber suara. Bahkan Yang Huai, yang selama ini terlihat tenang dan penuh percaya diri, mendadak menghentikan gerakannya.“Apa itu?” tanya Wu Yue dengan nada penuh keterkejutan. Wajahnya tampak pucat,sedangkan matanya berusaha menembus kabut tebal yang berputar di kejauhan.Sementara Xiao Feng, yang berdiri sambil menahan rasa sakit di tubuhnya, menyipitkan mata, berusaha mengenali sosok yang muncul perlahan dari balik kabut. Aura yang dipancarkan begitu menekan, seolah-olah menghisap seluruh udara di sekitar. Di antara riuhnya medan pertempuran, semuanya mendadak hening seketika.Dari dalam kabut asap yang kian menipis, terlihat sebuah siluet melayang rendah di udara. Sosok itu tidak menggunakan jurus meringankan tubuh biasa; ada sesuatu ya
Beberapa saat yang lalu. Di tengah hutan yang gelap dan lebat, para budak yang sempat melarikan diri akhirnya berhenti di sebuah area terbuka kecil. Mereka duduk dengan napas tersengal, mencoba mengatur diri setelah pelarian panjang. Namun, ketenangan mereka tidak bertahan lama. Langkah kaki berat yang disertai aura gelap menyelimuti tempat itu.Feng Qian, Malaikat Kegelapan, muncul dengan senyuman dingin di wajahnya. Rambut hitam panjangnya berkibar di bawah angin malam, dan matanya yang penuh kebencian menatap para budak yang kini membeku ketakutan.“Jadi, kalian berpikir bisa lari dari kami?” Feng Qian berbicara dengan nada datar, namun ancaman dalam suaranya terasa nyata.Mendengar perkataan Feng Qian beberapa budak yang lebih lemah hanya bisa berlutut, menyerahkan diri mereka berfikir panjang seolah mereka bersiap menerima resiko akan tindakan mereka yang mencoba untuk melarikan diri. Tetapi di antara mereka, ada yang mencoba bangkit dan berlari
Setelah kepergian Feng Qian dan Zhou Rui, hutan yang sebelumnya terasa tegang kini dipenuhi keheningan. Xiao Feng dan Bai Ling berjalan mendekati para budak yang masih tampak ketakutan. Salah satu dari mereka, seorang gadis kecil bernama Xiaolian, berlari ke arah mereka. Wajahnya yang mungil menyiratkan kebahagiaan yang tulus saat melihat Xiao Feng dan Bai Ling telah kembali.“Paman Pendekar! Bibi Bai Ling! Kalian hebat sekali, seperti pahlawan dalam cerita!” seru Xiaolian dengan mata berbinar.Xiao Feng mengusap kepala gadis kecil itu dengan lembut, tetapi ketika Xiaolian teringat sesuatu, ekspresinya berubah drastis. Senyum di wajahnya memudar, tergantikan oleh duka mendalam.“Apa yang terjadi, Xiaolian?” tanya Bai Ling, suaranya lembut namun penuh perhatian.“Ayah… Ayahku… dia... dia sudah pergi, dibunuh oleh orang-orang jahat itu,” jawab Xiaolian, suaranya bergetar. Air mata mengalir di pipinya.
Disisi lain, tepatnya berada aula utama kediaman Keluarga Yan di Kota Naga Merah, suasana tegang terasa menyelimuti ruangan. Para tetua keluarga duduk dengan ekspresi murka, sementara Yan Heng, kepala keluarga, berjalan mondar-mandir seperti seekor harimau yang sedang mengamuk.“Kita telah dipermalukan! Ratusan prajurit kita mati sia-sia, bisnis kita hancur, dan Yang Huai, bersama kelima Malaikat Kematian itu, hanya bisa mundur tanpa perlawanan!” suaranya bergemuruh, menggema ke seluruh ruangan.Salah satu tetua yang lebih tua, Yan Xiang, mencoba menenangkan situasi. “Yang Huai memiliki alasan, Yan Heng. Menghadapi Naga Hitam bukanlah keputusan yang bijak. Jika dia memaksakan pertempuran, keluarga kita bisa saja kehilangan lebih dari ini.”Mendengar jawaban itu, Yan Heng berbalik dengan tatapan tajam. “Alasan? Kita membayar Yang Huai untuk melindungi keluarga Yan, bukan untuk lari seperti pengecut! Jika dia tidak mau bertarung, maka dia tidak berguna bagi kita!”
Xiao Feng dan Bai Ling melangkah perlahan menuju desa kecil yang terletak di lembah hijau. Desa itu tampak tenang, dengan hanya beberapa rumah beratap jerami yang berjajar di sepanjang jalan utama. Dari kejauhan, suara gemericik air sungai dan gesekan dedaunan ditiup angin menciptakan suasana damai.“Kita harus berhati-hati. Tempat ini mungkin terlihat tenang, tapi aku tidak yakin kita aman,” kata Bai Ling, matanya terus mengamati sekeliling.Mendengar perkataan Bai Ling barusan, Xiao Feng mengangguk. “Kita hanya perlu mendapatkan informasi tanpa membuat keributan. Jika Kelompok Bendera Lima Warna benar-benar bergerak, mereka pasti punya mata-mata di mana-mana.”Sementara itu, dari balik pepohonan yang rindang tampak dua orang berpakaian serba hitam, dengan kain penutup wajah dan simbol bendera kecil berwarna-warni di dada mereka, memperhatikan setiap langkah Xiao Feng dan Bai Ling dengan seksama, seolah menunggu sesuatu yang mungkin akan
Langit malam menggantung kelam di atas desa kecil itu, hanya diterangi oleh bulan sabit yang sinarnya redup tertutupi awan. Xiao Feng berdiri di ambang pintu, matanya tajam menatap ke arah kegelapan, mendengarkan setiap suara yang mencurigakan. Di belakangnya, Bai Ling dengan sigap memasang perangkap sederhana di sekitar rumah, menggunakan tali dan bel kecil yang ia temukan di dapur rumah.“Mereka pasti sedang mengatur strategi. Kita harus lebih dulu menyerang atau bersiap menghadapi kemungkinan terburuk,” kata Bai Ling, meluruskan punggungnya.Xiao Feng tersenyum tipis, tetapi matanya tetap tajam. “Mereka akan datang. Kita hanya perlu sedikit kesabaran.”Bai Ling menoleh padanya. “Aku tidak suka menunggu seperti ini. Kau yakin mereka akan datang malam ini?”Xiao Feng mengangguk. “Yakin. Tadi saat aku berada di kedai teh di sudut desa, aku merasakan ada yang aneh.”Bai Ling mengangkat alis, meminta pe
Wanita paruh baya itu mendekati Xiao Feng dengan langkah ragu. Matanya yang tampak basah dan wajahnya yang lelah menambah kesan rapuh. Dengan suara serak, ia berkata, “Tuan, terima kasih sudah melindungi desa kami. Tapi... bisakah kalian bermalam di sini hingga pagi? Aku takut mereka akan kembali menyerang.”Sebelumnya. Xiao Feng menatap wanita itu, matanya menyipit seolah mencoba membaca niat tersembunyi di balik permohonannya. Bai Ling, yang berdiri di sampingnya, merasakan sesuatu yang tidak beres, tetapi memilih untuk tidak langsung bicara.“Kami harus pergi sebelum fajar,” kata Xiao Feng singkat, tapi tetap menjaga nada tenangnya.Wanita itu tersenyum tipis. Namun, di balik senyum itu, ada sesuatu yang dingin, yang membuat Bai Ling merasa tidak nyaman.Tanpa aba-aba, wanita itu mengeluarkan belati dari balik kain lusuh yang dikenakannya dan mengarahkannya langsung ke dada Xiao Feng dengan kecepatan yang mengejutkan.&ld
Udara malam terasa berat dengan ketegangan yang mencekam. Pria tua berambut putih berdiri tegak di tengah lapangan desa, sorot matanya seperti memaku Xiao Feng di tempatnya. Sementara itu, Bai Ling berdiri di sisi Xiao Feng bersiap dengan kipas esnya yang berpendar dari pantulan cahaya bulan.Pria itu menatap Xiao Feng dan Bai Ling secara bergantian, menatap mereka dengan dingin sebelum akhirnya berkata.“Kau terlalu muda untuk menantang kami,” ucap pria tua itu, senyumnya mencemooh. Ia mengangkat tangannya, dan tanah di sekitarnya bergetar, memperlihatkan bahwa dirinya bukan lawan biasa.Mendengar perkataan pria tua itu barusan, Xiao Feng maju selangkah, tatapannya tajam seoalah ia akan melahap pria tua itu hidup. Namun sebelum itu terjadi Xiao Feng menjawab perkataan itu “Kau mengorbankan manusia tak bersalah demi ambisi kotor kalian. Hari ini, aku akan menghentikanmu.”Pria tua itu tertawa kecil. “Coba saja, bocah. L
Nyala api unggun di tengah gua kecil itu masih berkobar lembut, memancarkan cahaya hangat yang berpendar di dinding batu. Xiao Feng, dengan hati penuh harap, baru saja menyampaikan rencana untuk melanjutkan perjuangannya menghancurkan kelompok bendera lima warna yang masih tersisa. Namun, di tengah pembicaraan itu, Long Wei tampak termenung. Ia mengangkat wajahnya, matanya menyipit, memandang Xiao Feng dengan tatapan yang sulit diterjemahkan."Aku tidak yakin," ucap Long Wei akhirnya, memecah keheningan yang menggantung di udara.Semua mata langsung tertuju padanya. Yang Zhan, yang sejak tadi diam dengan tombaknya di tangan, mengangkat alisnya. "Tidak yakin? Maksudmu apa, Kakak Long Wei?"Long Wei menghela napas panjang, meletakkan pedangnya di tanah tepat berada di sampingnya. "Maksudku, kita hanya bertujuh di sini. Dan kau ingin kita menghadapi seluruh kelompok bendera lima warna? Kelompok itu bukan hanya sekelompok perampok biasa. Mereka memiliki ratusan, bah
Malam sudah larut ketika Xiao Feng dan Bai Ling duduk bersama lima kakak seperguruannya di sebuah gua kecil yang mereka temukan di lereng pegunungan utara. Nyala api unggun di tengah mereka memberikan kehangatan di tengah hawa dingin yang menusuk. Kelima pendekar itu, yang sebelumnya penuh amarah, kini menatap Xiao Feng dengan keraguan yang belum sepenuhnya hilang.Xiao Feng menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum mulai berbicara. Bai Ling duduk di sisinya, memberikan dukungan dalam keheningan."Aku tahu kalian sulit mempercayai apa yang akan aku ceritakan," kata Xiao Feng, memecah keheningan. Matanya menatap satu per satu wajah kakak seperguruannya. "Tapi aku tidak punya alasan untuk berbohong. Dengarkan aku hingga selesai."Long Wei, yang duduk dengan tangan terlipat di dadanya, menyeringai kecil. "Baiklah, Xiao Feng. Kami akan mendengar ceritamu. Tapi jangan berpikir kami akan mudah percaya."Xiao Feng mengangguk pelan. "Kalian semua
Langit sore mulai memerah saat Xiao Feng dan Bai Ling melintasi jalan setapak menuju pegunungan utara. Hembusan angin dingin dari puncak gunung terasa menusuk kulit, tetapi mereka terus melangkah, tekad mereka terlalu kuat untuk dihentikan oleh cuaca."Feng'Ge," Bai Ling memecah keheningan. "Kita hampir sampai. Kau siap untuk apa pun yang akan terjadi di sana?"Xiao Feng tersenyum tipis, menoleh ke arah Bai Ling. "Aku selalu siap, Bai'er. Tapi ingat, kita tidak tahu apa yang menunggu di sana. Bersiaplah untuk segalanya."Namun, sebelum Bai Ling sempat menjawab, suara langkah kaki berat terdengar dari arah depan. Xiao Feng menghentikan langkahnya, instingnya membuat tangan kirinya langsung bergerak ke gagang pedang yang tergantung di pinggang. Bai Ling juga berjaga-jaga, es tipis mulai terbentuk di sekeliling tangannya.Dari balik pepohonan, lima sosok muncul. Tubuh mereka tegap, masing-masing memancarkan aura yang kuat dan mengintimidasi. Pakaian mereka m
Setelah membebaskan para tahanan, mereka berdua hendak kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah hutan lebat mereka semua merasakan udara dingin mulai terasa menusuk kulit, seolah baru menemukan ketenangan yang berarti, namun ketenangan itu mendadak terpecah oleh suara gemuruh langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.Xiao Feng lalu memberikan perintah pada tahanan yang mereka lepaskan untuk segera bersembunyi, mencari tempat yang aman, "Pergilah dari sini... Kalian harus selamat."Mendengar perintah dari Xiao Feng, orang-orang itu segera pergi menjauh, seolah tidak ingin terlibat dari pertarungan yang akan segera terjadi."Feng'Ge," ucap Bai Ling, matanya memandang lurus ke depan. "Kau dengar itu?"Xiao Feng mengangguk pelan. Ia memicingkan matanya, memeriksa lingkungan sekitarnya. "Langkah kaki... banyak sekali. Mereka datang ke arah kita."Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul puluhan pria bersenjata. Mereka mengenakan pakaian khas dengan lambang bendera warna di dada mereka.
Xiao Feng bergerak perlahan menuju perkemahan, langkahnya begitu tenang tanpa suara sedikitpun. Bai Ling mengikuti di belakangnya, sembari mengeluarkan es dari tangannya yang berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai redup. Aroma asap yang bercampur dengan daging panggang semakin jelas, dan suara-suara tawa kasar dari sekelompok pria mulai terdengar."Bai'er," bisik Xiao Feng sambil berhenti di balik semak belukar. "Kita akan mendekat dari dua sisi. Kau ambil sisi kiri untuk memastikan mereka tidak melarikan diri."Bai Ling mengangguk, menatap Xiao Feng dengan penuh keyakinan. "Aku mengerti. Kau hati-hati."Xiao Feng menoleh ke arah wanita yang mereka bawa. "Tetap di sini. Jangan keluar sampai kami kembali."Wanita itu menggigit bibirnya, jelas khawatir, namun akhirnya mengangguk. "Baik, Tuan Pendekar. Tolong... selamatkan mereka."**Dari balik semak-semak, Xiao Feng dan Bai Ling akhirnya bisa melihat perkemahan itu dengan jelas. Sekelompok pria kasar duduk di sekitar api unggun,
Saat Xiao Feng dan Bai Ling hendak melangkah pergi, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menghampiri mereka dari belakang. Wanita muda yang sebelumnya mereka selamatkan berlari dengan wajah penuh kecemasan. Matanya merah, basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir.“Tuan pendekar!” panggilnya seraya berlutut di hadapan Xiao Feng. “Terima kasih telah menyelamatkan kami. Namun, aku memohon... tolong bantu aku sekali lagi. Ibu dan adik perempuanku dibawa oleh anggota mereka yang lain. Aku tak tahu harus bagaimana...”Xiao Feng menatap wanita itu dengan tatapan serius, sementara Bai Ling mengernyit, menatapnya penuh rasa iba. “Di mana mereka terakhir kali terlihat?” tanya Xiao Feng.Wanita itu menggeleng lemah. “Aku hanya mendengar salah satu dari mereka menyebut sebuah tempat di dekat lembah barat. Di sana mereka berencana mengumpulkan para tawanan lainnya.”Xiao Feng menarik napas panjang. “Baiklah, kami akan membantu. Tapi kau harus beristirahat dan kembali ke tempat yang ama
Matahari mulai terbenam di ufuk barat, menyelimuti dunia dalam semburat oranye yang perlahan memudar. Di tengah perjalanan mereka, Xiao Feng dan Bai Ling berjalan menyusuri jalan berbatu yang sunyi. Pepohonan di kiri dan kanan menjulang tinggi, menciptakan bayangan panjang yang mengintimidasi. Namun, di tengah ketenangan itu, sepasang mata dari balik rimbunan dedaunan terus mengintai mereka."Sialan... Dia jauh lebih kuat dari yang dikabarkan," gumam pria itu pelan, matanya tetap tertuju pada Xiao Feng. Setelah memastikan tidak tertangkap basah, dia segera bergerak pergi dengan langkah ringan, menghilang di antara pohon-pohon lebat. Beberapa saat kemudian, pria itu tiba di sebuah lokasi tersembunyi dan langsung melapor pada Yu Zhi, pemimpin kelompok bendera merah yang baru menggantikan Tianbao.“Ketua, aku sudah memastikan. Mereka bergerak ke arah utara, sepertinya mencari jejak kelompok kecil kita,” lapornya sambil berlutut.Yu Zhi yang sedang duduk di kursinya dengan angkuh setelah
Langit sore mulai berubah menjadi jingga keemasan ketika Xiao Feng dan Bai Ling berdiri di depan rumah utama desa. Keheningan mencekam menyelimuti mereka. Bau busuk dari mayat yang terkumpul di dalam ruangan mulai menyengat, membuat Bai Ling menutup hidungnya dengan lengan baju.“Feng'Ge,” ujar Bai Ling dengan nada serak. “Orang-orang desa ini... mereka semua korban. Kita harus melakukan sesuatu untuk memberi mereka penghormatan terakhir.”Xiao Feng mengangguk pelan. “Kita tidak bisa membiarkan mereka seperti ini. Mereka sudah cukup menderita.”Bai Ling berjalan ke arah pintu, memperhatikan tumpukan mayat yang kulit wajahnya telah dilucuti. Mata mereka yang kosong seakan berbicara, memohon keadilan atas apa yang telah terjadi. “Bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan hal sekeji ini?” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.Xiao Feng menghela napas panjang, tangannya menggenggam erat Pedang Pembalik Surga. “Ini adalah pekerjaan kelompok bendera lima warna itu. Mereka tak hanya meng
Xiao Feng berdiri di tengah medan pertempuran yang kini sunyi. Bau amis darah masih menyeruak di udara, menyatu dengan aroma dedaunan yang hancur akibat pertempuran. Puluhan, bahkan ratusan mayat musuh yang baru saja ia dan Bai Ling habisi tergeletak tak bernyawa. Bai Ling berdiri di sampingnya, tangan masih menggenggam pedang yang kini berlumuran darah beku."Apa yang akan kau lakukan dengan mayat-mayat ini?" tanya Bai Ling dengan suara tenang, namun sorot matanya menyiratkan kelelahan.Xiao Feng mengangkat wajahnya, memandang langit yang mulai diselimuti awan kelabu. Ia menghela napas panjang. "Aku akan membakar mereka. Dunia ini sudah cukup tercemar oleh dosa-dosa mereka. Biarkan api membersihkan semuanya."Ia kemudian mengangkat tangannya, energi petir mulai berkumpul di sekeliling tubuhnya. Udara di sekitar mereka terasa bergetar, membuat dedaunan bergemerisik. Namun, sebelum ia sempat melancarkan kekuatannya, suara gemuruh yang aneh mulai terdengar dari kejauhan."Xiao Feng," Ba