Sena melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedang dan hanya membutuhkan waktu selama lima belas menit untuk sampai di rumah Bu Dila. Sena menghentikan mobilnya di gerbang rumah untuk meminta ijin ke pada Satpam agar di ijinkan masuk.
“Hallo pak Satpam, boleh saya masuk?” tanya Sena dengan senyum manisnya.
“Eh mbak Sena, boleh dong. Sebentar saya buka dulu gerbangnya,” sahut pak Satpam yang bernama pak Rudi dengan sedikit berlari kecil untuk membuka gerbang tersebut.
“Oke pak, terima kasih,” ucap Sena kembali melajukan mobilnya setelah gerbang tersebut di buka.
Sena memhentikan mobilnya lalu memakirkan di tempat parkir untuk tamu. Sena mengambil kue di samping kemudi, lantas dia membuka pintu mobilnya lalu turun dan berjalan menuju pintu rumah tersebut. Wanita berparas cantik itu menghentikan langkahnya ketika melihat anak bosnya Chika sedang mengomel sendiri di ruang tamu.
“Assalamualaikum,” ucap Sena sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah tersebut.
“Eh waalaikumsalam,” sahut Chika yang terkejut karena kedatangan tamu di rumah nya.
“Hey Chika, apa kabar?” tanya Sena tersenyum manis melihat terkejut nya Chika.
“Hey juga kak Sena. Kabar aku baik, kak Sena apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu,” sahut Chika antusias lalu menghampiri dan memeluk Sena.
“Alhamdulilah kakak juga baik dek. Apakah kamu ada masalah, mengapa marah-marah?” tanya Sena yang penasaran dengan Chika.
“Ah bukan masalah besar kak. Hanya saja aku merasa sebal dengan kak Gavin,” jawab Chika sambil memasang wajah cemberut.
“Kak Gavin?” tanya Sena lagi karena tidak tahu siapa itu Gavin. Selama Sena berkunjung ke rumah tersebut, tidak pernah bertemu dan Bu Dila tidak pernah cerita tentang anak laki-laki nya itu.
“Iya kak Gavin, anak Mama yang cowok kak. Yang sekarang menjadi Tentara,” jelas Chika lalu melepaskan pelukan pada Sena.
“Yang baru saja pulang dari tugas di Lebanon itu bukan dek?” tanya Sena memastikan kebenaran tentang Gavin.
“Betul itu kak,” ucap Chika sambil menunjukkan ibu jari nya.
“Ini kakak bawa kue pesanan Bu Dila untukkKakak kamu dek,” ujar Sena sambil memperlihatkan paper bag berisi kue pesanan bos nya.
“Wah kebetulan sekali kak, aku juga laper,” sambung Chika sambil memegang perut nya.
“Nanti di makan bareng-bareng ya kek. Kakak mau antar kue ini ke dapur dulu,” pamit Sena untuk meletakkan kue ke dapur.
“Oke kak,” balas Chika tersenyum senang.
Selang beberapa detik kepergian Sena, terdengar suara langkah kaki seseorang sedang berlari. Langkah kaki itu semakin dekat dengan suara teriakan wanita yang memanggil nama Kakaknya.
“Gavinn.” Teriak wanita itu.
Suara wanita itu tidak asing di telinga Chika. Chika sangat ingat siapa pemilik suara tersebut, Chika menunggu datangnya wanita itu ke dalam rumahnya. Setelah wanita itu datang dan Chika melihat nya, dugaan Chika memang benar adanya. Wanita itu adalah Kinar, mantan kakaknya yang belum lama ini di putuskan oleh Gavin.
“Bisa kah kamu bertamu di rumah orang menjaga sopan santun?” ujar Chika sambil menatapnya sinis.
“Gavin di mana Chika? Aku ingin bicara,” dengan nafas yang terengah-engah, Kinar berbalik tanya ke pada Chika tanpa menggubris pertanyaannya.
“Urusan kamu dengan kak Gavin sudah selesai. Tidak perlu kamu mencari kak Gavin, toh kak Gavin tidak ingin bertemu dengan mu lagi,” ucap Chika sedikit penekanan karena sikap Kinar yang tidak sopan.
“Tidak Chika, aku dan Gavin perlu bicara. Aku perlu meluruskan, ini hanya kesalah pahaman saja,” Kinar terus memohon agar Chika memberi tahu di mana keberadaan Gavin.
“Apakah kamu tidak mendengar yang aku katakan. Kak Gavin tidak ingin bertemu dengan mu, lebih baik kamu pulang sekarang!” usir Chika yang mulai geram dengan Kinar.
“Berani sekali kamu bilang seperti itu sama calon Ipar sendiri,” sambung Kinar dengan wajah yang memelas untuk mendapatkan simpati Chika.
“Aku tidak sudi memiliki Ipar seperti kamu. Sekali lagi aku bilang kamu pergi!” usir Chika lagi karena sudah muak dengan wajah memelas itu.
“Gavinnn,”
Kinar tidak peduli dengan omongan Chika, ia lantas berteriak kembali memanggil nama Gavin agar pria tampan itu keluar dan mendengarkan penjelasannya.
“Kamu memang wanita tuli dan tidak punya sopan santun!” geram Chika karena kelakuan Kinar yang semakin menjadi-jadi.
Keduanya saling beradu mulut, suara ribut itu terdengar hingga kamar Gavin. Mendengar suara ribut yang tak kunjung berhenti, akhirnya Gavin keluar kamar karena merasa terganggu.
“Mengapa ada keributan di rumah ini!” ucap Gavin yang tampak terlihat menahan amarah.
Melihat Gavin menampakkan batang hidung nya, Kinar langsung saja menghampiri Gavin. Wajah memelas dan menangis ia tunjukkan agar Gavin bersimpati dan memaafkan dirinya. Senjata itu selalu berhasil saat ia tunjukkan pada Gavin ketika ia sedang marah padanya. Gavin selalu tidak tega jika melihat Kinar menangis.
“Gavin tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk selingkuh. Aku terpaksa melakukan itu karena aku di ancam oleh Danis,” ucap Kinar bersimpuh di hadapan Gavin sambil menangis.
Melihat adegan di depan mata nya yang penuh dengan drama, membuat Chika jengah dan dia hanya diam menyaksikan kisah percintaan Kakaknya itu.
“Di ancam bagaimana Kinar?” tanya Gavin yang sedikit cemas.
“Usahaku kali ini seperti nya akan berhasil. Lihatlah Gavin cemas ketika aku mengatakan jika di ancam oleh Danis,” batin Kinar yang merasa yakin jika Gavin akan memaafkannya.
“Ya Danis mengancam ku, jika tidak menerima perasaan nya, aku akan di laporkan ke Polisi karena aku sudah menabrak nya waktu itu,” ujar Kinar yang menangis tersedu-sedu. “Kasihan sekali kamu. Lalu apa kah Danis terluka parah sampai dia mau melaporkan kamu ke kantor Polisi?” tanya Gavin cemas lalu menyuruh Kinar untuk berdiri. “Lumayan parah. Karena banyak luka yang di sekujur tubuh nya,” balas Kinar dengan air mata bohong. “Kasihan sekali kamu Kinar,” ucap Gavin sambil menatap Kinar tidak tega. “Tolong Gavin maafkan aku. Aku ingin kita seperti dulu, aku yakin kamu pun masih sayang dan mencintai aku,” sambung Kinar yang terus memohon pada Gavin. “Aku maafkan kamu Kinar,” ucap Gavin menatap Kinar. “Sungguh, kamu memaafkan aku Gavin,” sahut Kinar tersenyum senang karena Gavin memaafkan nya. Chika yang mel
Kinar di buat putus asa karena sikap Gavin pada nya. Karena perbuatannya, Kinar gagal mendapatkan Gavin. Tak hanya seorang Abdi Negara, Gavin adalah calon pemimpin perusahaan yang akan menggantikan Papa nya Arkana Elvaro Aditama saat pensiun nanti. Beliau adalah pemimpin perusahaan ternama yaitu City Grup dan beberapa perusahaan lain yang berada di luar Jakarta. Sedangkan Ibu nya yang bernama Kartika Ardila Wijaya merupakan pendiri bisnis kue Gachi. Toko kue milik keluarga Aditama tersebut telah sukses merajai pasar kue di Jakarta dan karena kesuksesan nya, GaChi telah membuka cabang lain di seluruh Indonesia. Atas latar belakang itulah yang membuat Kinar terus mengejar Gavin supaya kembali padanya. Namun akhirnya Kinar menyerah, usahanya gagal. Tak seperti biasanya, Gavin sangat sulit untuk di taklukkan. Gavin yang biasanya sangat mudah memaafkan kini sudah tidak peduli lagi dan mengusirnya pergi. Kinar merasa harga dirinya di permaluka
Di tempat lain, Sena tengah makan malam seorang diri. Sena yang tidak menyukai suasana yang sepi harus menyalakan TV agar ia merasa tidak kesepian. Saat makan sendiri di rumah, terkadang Sena teringat akan kenangan sewaktu makan bersama dengan Ayah, Bunda dan kedua Adiknya dengan penuh kehangatan dan keceriaan. Waktu begitu cepat berlalu, dua tahun adalah waktu yang singkat untuk Sena. Ya dua tahun yang lalu seluruh keluarganya meninggal karena kecelakaan. Sena masih ingat saat-saat terakhir kepergian keluarganya waktu itu. Kedua Adik kembarnya yang masih berumur sembilan tahun ingin bermain di mall, karena Sena ada jadwal kuliah di hari itu, akhirnya Ayah dan Bundanya yang mengantarkan ke mall. Namun saat perjalanan pulang dari mall, naas mobil yang di tumpangi keluarganya di tabrak truk berlawanan arah yang mengalami rem blong. Mobil keluarga mereka terjungkal sampai beberapa meter dan mobilnya rusak parah.
Pria yang bernama Bagas itu hanya terdiam dan masih menatap terkejut Sena yang secepat kilat meninggalkan dirinya. Wanita itu menghela napas lega karena bisa menjauh dari Bagas, ada sedikit sesal saat dia bertemu dengan Bagas yang tak lain mantan tunangannya. Rasa trauma yang selama ini ia kubur harus kembali muncul dalam sekejap. “Sena, kamu sedang apa? Apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Bu Dila dengan suara lembutnya. Suara dan sentuhan di pundaknya, membuat Sena terkejut saat sedang menetralkan perasaannya. “Ehh Bu Dila. Saya tidak apa-apa Bu, mungkin kecapean saja karena alhamdulilah toko hari ini ramai,” jawab Sena yang berusaha menyembunyikan perasaannya. “Jika memang kamu tidak enak badan, istirahatlah Sena,” perintah Bu Dila lembut. “Iya Bu,” jawab Sena sambil menganggukan kepalanya. Sena melanjutkan perkerjaannya sampai menjelang sore, pe
Sepanjang perjalanan di mobil Gavin hanya hening, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sena masih tidak menyangka jika hari ini bertemu dengan Bagas. Kecemasan dan ketakutannya kembali menguasai hatinya. Wanita cantik yang mempunyai lesung pipi itu takut jika Bagas akan kembali menerornya.Laki-laki kasar itu mulai menerornya setelah satu tahun kepergiannya. Ia mengirimkan pesan mengancam pada Sena. Tak jarang Bagas mengirimkan bunga ke rumahnya. Entah apa tujuan Bagas melakukan itu. Yang pasti teror itu membuatnya takut dan gelisah.Sedangkan laki-laki yang duduk di sampingnya, fokusnya harus terbagi menjadi dua. Setengah pikirannya fokus mengemudi sedangkan setengah pikirannya bertanya-tanya siapa pria yang berani kasar terhadap wanita yang kini bersamanya. Ingin bertanya pada Sena, namun rasanya tidak patut. Entah mengapa, Gavin ingin melindungi Sena.Tidak membutuhkan waktu lama, kini mobil yang mereka tumpangi
“Maaf, apakah Ibu tidak salah mengatakan itu pada saya,” ujar Sena yang ingin memastikan pernyataan Bu Dila padanya. “Tidak. Apakah kamu bersedia Sena?” tatapan mata berharap Bu Dila membuat Sena tidak enak hati untuk mengatakannya. “Maaf Bu Dila, bukan saya mau menolak. Tetapi saya belum siap untuk menikah. Lagi pula saya tidak mengenal pria yang akan di jodohkan pada saya. Saya takut jika kita berbeda cara pandang dan mungkin kami akan kesulitan dalam menjalani hidup berumah tangga,” sambung Sena dengan hati-hati agar Bu Dila tidak tersinggung. Dengan tersenyum, Bu Dila mencoba membujuk Sena agar bersedia jika ia di jodohkan,“Iya saya mengerti problem yang kamu maksud. Kamu percaya saya bukan Sena, sudah berapa lama kamu kenal saya. Saya menjodohkan kamu demi kebaikan kamu dan juga keluarga saya. Yang terpenting kamu dan laki-laki yang akan saya jodohkan bertemu terlebih dahulu. Jika memang kamu tidak menginginka
“Ma, ini terlalu cepat. Baru saja kemarin malam Papa mengatakan itu,” Gavin merasa keberatan dengan perintah Papa dan Mamanya kali ini. “Kamu menolak Gavin?” terdengar Bu Dila tidak menyukai perkataan Gavin. “Bukan seperti itu Ma. Hanya saja ini terlalu cepat, aku belum siap untuk itu,” Gavin menolak permintaan Mamanya. “Untuk kali ini tidak ada penolakan. Jangan membuat Papa dan Mama malu, Gavin. Susah payah Mama bujuk wanita itu untuk bertemu dengan kamu,” suara Bu Dila terdengar kesal. “Nanti Mama kirim lokasi cafenya, kamu harus datang, Assalamualaikum.” Bu Dila mematikan telfon tanpa mendengarkan persetujuan Gavin. Gavin merasa kesal, mengapa harus secepat itu orang tuanya mengenalkan wanita itu padanya. Bagaimana jika wanita yang akan di jodohkan padanya tidak seperti yang di harapkannya. Ah salahkan dirinya juga karena telah menerima tantangan dari Papanya waktu
Mendengar pernyataan Gavin, keluarga Aditama sangat bahagia. Keinginan mereka kali ini tidak di bantah oleh Gavin. Mereka akan mendapatkan menantu yang memang baik dan memiliki sifat yang penyabar. Sena di nilai mampu menjadi penenang Gavin yang mempunyai sifat keras kepala.“Mama lihat kamu sangat bahagia dengan perjodohan ini Gavin. Bukankah tadi siang kamu sempat menolaknya. Ah Mama tahu, apakah karena wanita itu adalah Sena, makanya kamu tidak bisa menolak?” sindir Bu Dila yang membuat Gavin salah tingkah. Apalagi, Sedari tadi Sena terus menatapnya.“Mama tidak perlu meledekku seperti itu,” Gavin menjawab ledekan Mama dengan tenang agar gaya coolnya tidak tercemar.“Tapi sepertinya Sena akan menolaknya Pa, Ma. Karena sedari tadi aku melihat Sena terus diam. Tatapan matanya juga seperti tidak menginginkan perjodohan ini,” tambah Gavin menatap Sena.Sena merasa g
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di lataran makam. Gavin memakirkan mobilnya lalu mengambil bunga di kursi belakang yang sebelumnya mereka beli saat di perjalanan. Mereka pun turun dan berjalan menuju makam keluarga Sena. Sesampainya di gerbang makam, langkah Sena terhenti dan mendekat pada Gavin lalu menggengam lengan Gavin dengan erat.Dengan spontan Gavin melihat ke arah Sena karena genggaman itu semakin erat. Wajah Sena terlihat ketakutan dengan sorot matanya yang tidak lepas dari satu titik. Gavin yang penasaran pun melihat ke arah Sena tuju. Dalam penglihatan Gavin, ada seorang laki-laki yang duduk di sebuah makam sambil tertunduk.“Sena, apakah ada sesuatu yang membuat kamu terganggu?” Gavin yang tidak mengerti dengan situasi itu akhirnya menanyakannya pada Sena.“Mas itu Bagas,” balas Sena terlihat panik dan mengeluarkan suara yang dapat di dengar oleh Bagas. Melihat Bagas, Sena merasa trauma dan takut jika Bagas akan menculiknya lagi.“Apa kamu tidak salah lihat?” tany
“Mas, apakah perkataanku membuat kamu merajuk?” ujar Sena sambil berbalik mengusap pipi Gavin dengan lembut. Sena ingin malam itu adalah malam di mana mereka saling mengutarakan perasaan.Pertanyaan Sena sama sekali tidak di hiraukan oleh Gavin. Pria itu justru berbalik badan sehingga membelakangi Sena. Sena yang mengetahui situasi itu hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya.“Mas, aku memang sempat ragu tentang pernikahan kita. Namun sikap yang selama ini kamu tunjukkan, membuat keraguanku semakin memudar dan aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan kamu untukku. Maaf jika kata-kataku tadi telah menyakiti hatimu,” tambah Sena mengatakan isi hatinya dengan tulus.“Aku percaya padamu mas. Berbalik badanlah, sikap kamu sangat lucu seperti anak kecil saja,” ujar Sena meledek Gavin sambil memberi sedikit sentuhan menggelitik di perutnya.“Apa yang kamu katakan itu tidak berbohong?” ujar Gavin yang belum mengubah posisi badannya. Gavin terlihat sedikit ragu dengan perkataan Sena,“Apakah k
Sudah beberapa tempat sudah Gavin telusuri namun tidak juga menemukan istrinya. Gavin sangat menyesal, Sena meninggalkan pesta pernikahan itu pasti semua itu karena ulahnya. Sembari Gavin berjalan untuk menemukan Sena, pria itu mengambil benda pipih disakunya. Gavin mencoba menghubungi ponsel Sena sambil pandangan matanya selalu awas.Sudah sekian kalinya Gavin menelfon Sena namun tidak kunjung diangkat. Gavin semakin khawatir dengan Sena karena belum juga mendapatkan kabar darinya. Gavin yang tidak ingin menyerah, terus mencoba menghubungi Sena.“Hallo,” akhirnya Sena mengangkat telfon Gavin. Terdengar suara lembut itu dari seberang telfon.“Sena, kamu dimana?” tanya Gavin yang masih cemas dengan Sena.“Aku dimobil mas sama papa dan mama,” jawab Sena.“Saya segera menyusul,” Gavin mematikan telefon dan berlari kecil untuk menyusul Sena. Gavin sudah tidak sabar untuk menjelaskan tentang kejadian dirinya bertemu dengan Kinar pada Sena. Chika yang sedari tadi mengikuti Gavin di belakang
Setelah beberapa langkah wanita itu membawa Gavin di tempat yang lebih sepi. Setelah mereka berhenti, wanita itu berbalik badan menghadap pada Gavin. Setelah Gavin benar-benar melihat dan memastikan bahwa wanita itu adalah Kinar, Gavin menepis tangannya yang masih di genggam oleh Kinar.“Gavin tolong dengarkan penjelasan aku, aku mohon,” ujar Kinar yang akhirnya mengeluarkan sepatah kata untuk berbicara dengan Gavin. Kinar kembali berusaha untuk menyakinkan Gavin untuk percaya padanya. Dan Kinar berusaha agar Gavin bersedia untuk kembali padanya.“Bicaralah,” beberapa kata Gavin menolak untuk bicara dengan Kinar pasti hasilnya akan tetap sama, Kinar pasti akan memaksanya untuk terus mendengarkan penjelasannya. Dengan sikap tenang dan santai Gavin mempersilahkan Kinar untuk membela diri.“Kamu tau Gavin, semenjak kita pisah aku sama sekali tidak semangat untuk menjalani kehidupan aku sehari-hari. Waktuku terasa hampa ketika kamu pergi menjauh dari hidup aku. Seandainya waktu itu kamu p
Hari semakin larut dan mereka sudah menyelesaikan makanan tanpa ada sisa. Kedua pasutri itu akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan, Gavin di temani oleh cerewetnya Sena. Istrinya banyak sekali bicara malam itu. Gavin sudah mulai terbiasa dengan ocehan istrinya tersebut dan Gavin mendengarkannya dengan senyum, menurutnya cerita Sena lucu. Namun tidak jarang Gavin juga bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada Sena. Hubungan yang semakin membaik dan dekat setelah beberapa bulan mengenal.Kurang lebih setengah jam mereka telah sampai di kediaman keluarga Aditama. Gavin dan Sena saling membantu untuk menurunkan barang bawaan mereka. Kedatangan Gavin dan Sena di sambut hangat oleh keluarga Aditama. Kepergian singkat mereka ternyata membuat rumah itu menjadi sunyi. Mereka kehilangan sosok yang mampu membuat rumah itu banyak kegiatan.“Akhirnya anak mama pulang juga,” sambut bu Dila sambil memeluk Gavin dan Sena secara bergantian.“Apa terjadi macet, sampai kalian pulang larut malam
Sudah beberapa baju Sena coba saat itu. Kini badannya sudah mulai lelah. Dengan memasang wajah kasihan, Sena berusaha membujuk Gavin agar menyudahi menjajal baju lain.”Mas aku lelah. Tolong sudahi untuk mencoba baju lain,” ucap Sena berharap. Membeli baju baru memang menyenangkan namun jika terlalu banyak seperti yang Gavin tunjuk, membuat Sena tidak sanggup.“Baiklah,” ujar Gavin tidak tega melihat wajah Sena yang sudah terlihat lemas.“Mbak, saya akan membeli semua baju yang sudah di coba istri saya,” ucap Gavin pada pelayan itu. Dengan senyum ramah pelayan itu mengangguk lalu memberikan arahan untuk Gavin dan Sena menuju kasir.“Mas itu telalu banyak, pilih satu saja,” tolak Sena. Dalam keadaan yang sudah lelah Sena masih saja berdebat dengan keinginan Gavin untuk membelikan sejumlah baju dan tas. “Tidak mengapa, kamu sudah menjadi bagian hidup saya jadi sudah kewajiban saya membahagiakan kamu,” jelas Gavin lalu berjalan menuju kasir untuk membayar.Pipi Sena merona tak kala men
Tak terasa waktu menonton telah selesai, kurang lebih satu jam Gavin dan Sena menikmati pemutaran film tersebut. Film komedi yang menarik untuk di tonton karena dapat membuat mood seseorang menjadi bagus. Setelah Gavin dan Sena keluar dari bioskop, kini mereka sedang berjalan-jalan keliling mall untuk menikmati dan melihat seisi mall itu.“Tadi filmnya seru ya Mas?” celetuk Sena bertanya pada Gavin. Sena ingin mengetahui kesan Gavin menonton film itu. Di lihat dari jalannya pemutaran film, seharusnya Gavin akan memuji kelucuan film itu.“Iya lumayan,” jawab Gavin. Jawaban Gavin tidak sesuai dengan dugaan Sena. Seperti biasa, Gavin menjawabnya dengan wajah yang datar.“Lumayan tapi sepanjang pemutaran film kamu tertawa terus mas,” goda Sena sambil singkutnya menyenggol badan Gavin. Godaan Sena membuat sikap Gavin berubah kikuk. Karena salah tingkahnya, Gavin tidak menjawab dan memilih u
Lomba hari kedua telah selesai dengan menyenangkan. Kejadian lucu selama lomba berlangsung membuat banyak gelak tawa terukir pada wajah perserta. Lomba bersama ibu-ibu memang memunculkan beragam ekspresi unik. Untuk lomba kali ini di menangkan oleh kelompok tiga, meskipun kelompok Sena tidak memenangkan lomba, itu tidak masalah untuknya. Yang terpenting baginya dengan lomba ini membuat dirinya dan bu Ulfa saling mengenal. Menurut Sena tidaklah buruk akrab bu Ulfa, mendekati bu Ulfa hanya perlu pendekatan dan juga perhatian.Saat ini Gavin tengah keluar ruangan untuk mencari udara segar setelah menyelesaikan pekerjaannya. Badannya kala itu terasa sangat pegal karena sepanjang hari selalu berhadapan dengan laptop dan berkutat dengan tumpukan kertas. Rasa lelahnya sedikit terobati ketika mendapati istrinya sedang beristirahat. Kegiatan lomba yang melelahkan itu membuat keringat Sena bercucuran di area sekitar wajah dan leher.Untuk merasakan an
Pagi itu Sena awali dengan bangun lebih awal, wanita itu memulai memasak untuk sarapan pagi. Sebelum menginap di asrama, Gavin sudah mempersiapkan kebutuhan sehari-hari. Sehingga Sena tidak perlu lagi keluar rumah untuk membelinya. Gavin yang sudah cocok dengan masakan istrinya, meminta Sena untuk memasak dan tidak ingin membeli makanan di luar rumah.Tangan lihai Sena membuat masakannya cepat matang dan siap di hidangkan. Selesai memasak ia membersihkan diri karena pagi ini akan mengikuti acara senam bersama dan lomba sesama ibu Persit. Sena sangat antusias mengikuti acara itu, berbaur dengan ibu Persit membuat harinya tidak jenuh. Dengan bergegas Sena mempersiapkan dirinya supaya tidak terlambat. Sena juga tidak ingin dianggap kurang disiplin apalagi menyandang status istri Kapten.“Mas sarapannya sudah aku siapkan di meja makan,” ucap Sena sedikit berteriak. Sena masih sibuk memoles wajahnya dengan make up tipis.