“Ma, ini terlalu cepat. Baru saja kemarin malam Papa mengatakan itu,” Gavin merasa keberatan dengan perintah Papa dan Mamanya kali ini.
“Kamu menolak Gavin?” terdengar Bu Dila tidak menyukai perkataan Gavin.
“Bukan seperti itu Ma. Hanya saja ini terlalu cepat, aku belum siap untuk itu,” Gavin menolak permintaan Mamanya.
“Untuk kali ini tidak ada penolakan. Jangan membuat Papa dan Mama malu, Gavin. Susah payah Mama bujuk wanita itu untuk bertemu dengan kamu,” suara Bu Dila terdengar kesal.
“Nanti Mama kirim lokasi cafenya, kamu harus datang, Assalamualaikum.” Bu Dila mematikan telfon tanpa mendengarkan persetujuan Gavin.
Gavin merasa kesal, mengapa harus secepat itu orang tuanya mengenalkan wanita itu padanya. Bagaimana jika wanita yang akan di jodohkan padanya tidak seperti yang di harapkannya. Ah salahkan dirinya juga karena telah menerima tantangan dari Papanya waktu
Mendengar pernyataan Gavin, keluarga Aditama sangat bahagia. Keinginan mereka kali ini tidak di bantah oleh Gavin. Mereka akan mendapatkan menantu yang memang baik dan memiliki sifat yang penyabar. Sena di nilai mampu menjadi penenang Gavin yang mempunyai sifat keras kepala.“Mama lihat kamu sangat bahagia dengan perjodohan ini Gavin. Bukankah tadi siang kamu sempat menolaknya. Ah Mama tahu, apakah karena wanita itu adalah Sena, makanya kamu tidak bisa menolak?” sindir Bu Dila yang membuat Gavin salah tingkah. Apalagi, Sedari tadi Sena terus menatapnya.“Mama tidak perlu meledekku seperti itu,” Gavin menjawab ledekan Mama dengan tenang agar gaya coolnya tidak tercemar.“Tapi sepertinya Sena akan menolaknya Pa, Ma. Karena sedari tadi aku melihat Sena terus diam. Tatapan matanya juga seperti tidak menginginkan perjodohan ini,” tambah Gavin menatap Sena.Sena merasa g
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan pulang. Mobil mewah milik Gavin menerjang dataran kota Jakarta. Di dalam mobil tersebut, mereka diam tanpa mengeluarkan sepatah kata. Di dalam pikiran mereka banyak sebuah pertanyaan yang tersimpan di dalamnya. Ingin bertanya, namun mereka urungkan karena rasa canggung yang menguasai. Tidak terasa mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan rumah Sena. Kedua insan yang baru saja terikat dalam perjodohan tersebut keluar dari mobil itu. Sepatah kata mereka lontarkan sebelum perpisahan sesaat. “Terimakasih Mas sudah mengantarkan aku,” Sena memperlihatkan senyum ramah pada Gavin. “Iya Sena,” Gavin membalas senyuman Sena. Senyuman manis yang membuat Sena semain terpesona pada Gavin. “Besok saya akan jemput kamu untuk mempersiapkan pernikahan kita,” tambah Gavin mengingatkan Sena untuk melengkapi syarat-syarat pengajuan pernikahan, mengingat Gavin adalah
Hari semakin cepat berlalu. Persiapan menuju hari bahagia itu semakin dekat. Rasa lelah tidak begitu mereka rasakan karena semua persiapan sudah ada yang menghendel. Pak Arka dan Bu Dila sudah mempercayakan orang suruhannya untuk mengantur segala sesuatu. Seperti gedung, dekor, catering sampai souvenir. Sena dan Gavin hanya datang membawa badan saja untuk masalah pernikahan mereka. Gavin dan Sena saat ini sedang mengikuti tahapan akhir serangkaian pemeriksaan dan tes dalam mengajukan syarat pernikahan yaitu Menghadap Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad untuk menerima pengarahan dan mendapatkan ijin menikah. Banyak wejangan yang mereka terima dari Panglima Divisi Infantri. Mereka memberikan pengarahan dan gambaran kehidupan setelah menikah. Terutama kepada Sena yang akan menjadi istri seorang Abdi Negara. IstriprajuritTNImemiliki tanggung jawab yang tidak mudah. Mereka harus mendampingi kinerja sang suami dan turut berga
Gavin saat ini tengah memarkirkan mobilnya. Setelah tugasnya selesai di kantor, Gavin memilih pulang untuk istirahat. Badan yang sudah terasa pegal, Gavin ingin segera menuju kamarnya. Namun langkah kakinya harus terhenti ketika melihat seorang wanita sedang duduk di halaman belakang. Wanita itu duduk sambil memegang tangannya yang mengeluarkan darah. Penasaran dengan sosok wanita itu, Gavin mengubah arah kakinya menuju keberadaan wanita tersebut. Baru beberapa langkah Gavin berjalan, Chika menabrak tubuh Gavin dari arah belakang. Tanpa meminta maaf, Chika berlari menghampiri Sena sambil membawa kotak P3K. “Kak sini tangannya, biar aku obati,” Chika duduk di sebelah Sena lalu membuka kotak P3K untuk mencari cairan anti septik. Mengetahui wanita itu adalah Sena, dengan langkah lebar Gavin berjalan dan segera mengambil obat itu dari tangan Chika. Di hadapan Sena, Gavin mensejajarkan duduknya dan mulai memeriksa tanga
Waktu bergerak begitu cepat. Hari pun cepat berlalu. Tak terasa pernikahan Sena dan Gavin sudah sampai di depan mata. Kata orang pernikahan adalah hari yang bahagia. Namun berbeda dengan yang Sena rasakan saat ini. Ada rasa yang tidak bisa ia jelaskan. Sedih, senang, takut dan ragu membuat hatinya bergejolak. Tidak lama lagi Sena akan menyandang gelar sebagai Nyonya Gavin. Menyandang gelar tersebut seperti beban tersendiri untuk Sena. Beban karena di samping Gavin adalah seorang Kapten, Gavin juga akan menjadi penerus perusahaan milik keluarganya. Acara akad nikah akan dilangsungkan di rumah kediaman Sena dengan penghulu sebagai walinya. Sena tampil cantik dengan riasan hijab Solo. Sena sengaja memilih berhijab saat akad karena jika suatu hari kelak ia memutuskan mengenakan hijab, foto pengantinnya tetap layak untuk dipajang. Walaupun entah kapan, karena saat ini Sena belum berfikir untuk menutup auratnya dengan sempurna. “Saudara Gavin
Gavin berdiri dengan gagah dan tampan mengenakan seragam dinasnya. Sedangkan Sena tampil cantik mengenakan gaun pilihannya yang dipadukan dengan anting-anting mewah berliontin berlian serta sebuah mahkota kecil yang tersemat di atas kepalanya. Lagi, Gavin menatap Sena terpesona yang bak putri dari negri dongeng. Pesta pernikahan Gavin dan Sena sangatlah megah, dekorasi yang di penuhi bunga putih dan hijau menambah kesan elegan pada ruangan itu. Banyak tamu undangan dari kalangan para pejabat dan pembinis menghadiri pernikahan putra sulung pembisnis Arkana Elvaro Aditama tersebut. Acara prosesi pedang pora pun di mulai, acara Pedang Pora merupakan acara yang di lakukan oleh Perwira untuk melepas masa lajang dan upacara ini hanya di lakukan satu kali seumur hidup. Kini seluruh pandangan tamu undangan tertuju pada Gavin dan Sena. Para undangan menatap takjub Gavin dan Sena karena mereka pasangan suami istri yang serasi. Gavin dan Sena berja
Sebuah sentuhan di pundak Gavin menyadarkannya dari lamunan. Sudah beberapa kali Sena memanggil namanya namun tidak kunjung ada respon dari Gavin. Sena telah menyelesaikan kegiatan mandinya dan berniat memanggil Gavin untuk bergantian dengannya. “Mas melamun? Apa yang Mas lakukan dengan ponselku?” Sena menatap Gavin penuh curiga setelah Gavin tertanggkap basah sedang menggenggam ponselnya. “Ah tidak. Hanya saja ponsel kamu terus berbunyi, saya pikir ada sesuatu yang penting. Makanya saya berniat mengangkatnya, namun ketika akan saya angkat, telfon itu sudah mati,” balas Gavin mencoba tenang saat tatapan curiga Sena. “Baiklah. Aku sudah selesai mandinya Mas. Sekarang gantian Mas untuk mandi,” perintah Sena yang di angguki oleh Gavin. Wanita itu kini sedang membuka lemari pakaian, di carinya mukena untuk Sena sholat. Sena melakukan sholat dengan khusyuk. Menurutnya dengan sholat, Sena merasakan
Membutuhkan waktu tiga jam untuk sampai di Bogor dari hotel tempat mereka menginap. Sena yang masih terlelap akhirnya di bangunkan Gavin. Dengan sedikit tepukan dibahunya sudah cukup membangunkan Sena dari tidurnya. Sepanjang perjalanan Sena memang sering tidur untuk memulihkan badannya. Sebelumnya, Sena terlebih dahulu meminta ijin pada Gavin untuk beristirahat. Dengan pengertian, Gavin memaklumi istrinya tersebut karena badan Sena kurang fit. “Kita sudah sampai, ayo turun,” ajak Gavin pada Sena yang terlihat sedang mengumpulkan separuh nyawanya. Sena mengucek mata agar penglihatannya lebih jelas. Setelah di rasa cukup, Sena turun dari mobil. Pengelihatan Sena seketika segar dengan pemandangan alam yang memanjakan. Kabut yang turun dan mengenai kulit, membuat hawa dingin yang menusuk. Meskipun begitu, Sena sangat menyukainya. Tidak jauh berbeda dengan Sena, Gavin memandang pemandangan sekitar. Rasa ten
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di lataran makam. Gavin memakirkan mobilnya lalu mengambil bunga di kursi belakang yang sebelumnya mereka beli saat di perjalanan. Mereka pun turun dan berjalan menuju makam keluarga Sena. Sesampainya di gerbang makam, langkah Sena terhenti dan mendekat pada Gavin lalu menggengam lengan Gavin dengan erat.Dengan spontan Gavin melihat ke arah Sena karena genggaman itu semakin erat. Wajah Sena terlihat ketakutan dengan sorot matanya yang tidak lepas dari satu titik. Gavin yang penasaran pun melihat ke arah Sena tuju. Dalam penglihatan Gavin, ada seorang laki-laki yang duduk di sebuah makam sambil tertunduk.“Sena, apakah ada sesuatu yang membuat kamu terganggu?” Gavin yang tidak mengerti dengan situasi itu akhirnya menanyakannya pada Sena.“Mas itu Bagas,” balas Sena terlihat panik dan mengeluarkan suara yang dapat di dengar oleh Bagas. Melihat Bagas, Sena merasa trauma dan takut jika Bagas akan menculiknya lagi.“Apa kamu tidak salah lihat?” tany
“Mas, apakah perkataanku membuat kamu merajuk?” ujar Sena sambil berbalik mengusap pipi Gavin dengan lembut. Sena ingin malam itu adalah malam di mana mereka saling mengutarakan perasaan.Pertanyaan Sena sama sekali tidak di hiraukan oleh Gavin. Pria itu justru berbalik badan sehingga membelakangi Sena. Sena yang mengetahui situasi itu hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya.“Mas, aku memang sempat ragu tentang pernikahan kita. Namun sikap yang selama ini kamu tunjukkan, membuat keraguanku semakin memudar dan aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan kamu untukku. Maaf jika kata-kataku tadi telah menyakiti hatimu,” tambah Sena mengatakan isi hatinya dengan tulus.“Aku percaya padamu mas. Berbalik badanlah, sikap kamu sangat lucu seperti anak kecil saja,” ujar Sena meledek Gavin sambil memberi sedikit sentuhan menggelitik di perutnya.“Apa yang kamu katakan itu tidak berbohong?” ujar Gavin yang belum mengubah posisi badannya. Gavin terlihat sedikit ragu dengan perkataan Sena,“Apakah k
Sudah beberapa tempat sudah Gavin telusuri namun tidak juga menemukan istrinya. Gavin sangat menyesal, Sena meninggalkan pesta pernikahan itu pasti semua itu karena ulahnya. Sembari Gavin berjalan untuk menemukan Sena, pria itu mengambil benda pipih disakunya. Gavin mencoba menghubungi ponsel Sena sambil pandangan matanya selalu awas.Sudah sekian kalinya Gavin menelfon Sena namun tidak kunjung diangkat. Gavin semakin khawatir dengan Sena karena belum juga mendapatkan kabar darinya. Gavin yang tidak ingin menyerah, terus mencoba menghubungi Sena.“Hallo,” akhirnya Sena mengangkat telfon Gavin. Terdengar suara lembut itu dari seberang telfon.“Sena, kamu dimana?” tanya Gavin yang masih cemas dengan Sena.“Aku dimobil mas sama papa dan mama,” jawab Sena.“Saya segera menyusul,” Gavin mematikan telefon dan berlari kecil untuk menyusul Sena. Gavin sudah tidak sabar untuk menjelaskan tentang kejadian dirinya bertemu dengan Kinar pada Sena. Chika yang sedari tadi mengikuti Gavin di belakang
Setelah beberapa langkah wanita itu membawa Gavin di tempat yang lebih sepi. Setelah mereka berhenti, wanita itu berbalik badan menghadap pada Gavin. Setelah Gavin benar-benar melihat dan memastikan bahwa wanita itu adalah Kinar, Gavin menepis tangannya yang masih di genggam oleh Kinar.“Gavin tolong dengarkan penjelasan aku, aku mohon,” ujar Kinar yang akhirnya mengeluarkan sepatah kata untuk berbicara dengan Gavin. Kinar kembali berusaha untuk menyakinkan Gavin untuk percaya padanya. Dan Kinar berusaha agar Gavin bersedia untuk kembali padanya.“Bicaralah,” beberapa kata Gavin menolak untuk bicara dengan Kinar pasti hasilnya akan tetap sama, Kinar pasti akan memaksanya untuk terus mendengarkan penjelasannya. Dengan sikap tenang dan santai Gavin mempersilahkan Kinar untuk membela diri.“Kamu tau Gavin, semenjak kita pisah aku sama sekali tidak semangat untuk menjalani kehidupan aku sehari-hari. Waktuku terasa hampa ketika kamu pergi menjauh dari hidup aku. Seandainya waktu itu kamu p
Hari semakin larut dan mereka sudah menyelesaikan makanan tanpa ada sisa. Kedua pasutri itu akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan, Gavin di temani oleh cerewetnya Sena. Istrinya banyak sekali bicara malam itu. Gavin sudah mulai terbiasa dengan ocehan istrinya tersebut dan Gavin mendengarkannya dengan senyum, menurutnya cerita Sena lucu. Namun tidak jarang Gavin juga bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada Sena. Hubungan yang semakin membaik dan dekat setelah beberapa bulan mengenal.Kurang lebih setengah jam mereka telah sampai di kediaman keluarga Aditama. Gavin dan Sena saling membantu untuk menurunkan barang bawaan mereka. Kedatangan Gavin dan Sena di sambut hangat oleh keluarga Aditama. Kepergian singkat mereka ternyata membuat rumah itu menjadi sunyi. Mereka kehilangan sosok yang mampu membuat rumah itu banyak kegiatan.“Akhirnya anak mama pulang juga,” sambut bu Dila sambil memeluk Gavin dan Sena secara bergantian.“Apa terjadi macet, sampai kalian pulang larut malam
Sudah beberapa baju Sena coba saat itu. Kini badannya sudah mulai lelah. Dengan memasang wajah kasihan, Sena berusaha membujuk Gavin agar menyudahi menjajal baju lain.”Mas aku lelah. Tolong sudahi untuk mencoba baju lain,” ucap Sena berharap. Membeli baju baru memang menyenangkan namun jika terlalu banyak seperti yang Gavin tunjuk, membuat Sena tidak sanggup.“Baiklah,” ujar Gavin tidak tega melihat wajah Sena yang sudah terlihat lemas.“Mbak, saya akan membeli semua baju yang sudah di coba istri saya,” ucap Gavin pada pelayan itu. Dengan senyum ramah pelayan itu mengangguk lalu memberikan arahan untuk Gavin dan Sena menuju kasir.“Mas itu telalu banyak, pilih satu saja,” tolak Sena. Dalam keadaan yang sudah lelah Sena masih saja berdebat dengan keinginan Gavin untuk membelikan sejumlah baju dan tas. “Tidak mengapa, kamu sudah menjadi bagian hidup saya jadi sudah kewajiban saya membahagiakan kamu,” jelas Gavin lalu berjalan menuju kasir untuk membayar.Pipi Sena merona tak kala men
Tak terasa waktu menonton telah selesai, kurang lebih satu jam Gavin dan Sena menikmati pemutaran film tersebut. Film komedi yang menarik untuk di tonton karena dapat membuat mood seseorang menjadi bagus. Setelah Gavin dan Sena keluar dari bioskop, kini mereka sedang berjalan-jalan keliling mall untuk menikmati dan melihat seisi mall itu.“Tadi filmnya seru ya Mas?” celetuk Sena bertanya pada Gavin. Sena ingin mengetahui kesan Gavin menonton film itu. Di lihat dari jalannya pemutaran film, seharusnya Gavin akan memuji kelucuan film itu.“Iya lumayan,” jawab Gavin. Jawaban Gavin tidak sesuai dengan dugaan Sena. Seperti biasa, Gavin menjawabnya dengan wajah yang datar.“Lumayan tapi sepanjang pemutaran film kamu tertawa terus mas,” goda Sena sambil singkutnya menyenggol badan Gavin. Godaan Sena membuat sikap Gavin berubah kikuk. Karena salah tingkahnya, Gavin tidak menjawab dan memilih u
Lomba hari kedua telah selesai dengan menyenangkan. Kejadian lucu selama lomba berlangsung membuat banyak gelak tawa terukir pada wajah perserta. Lomba bersama ibu-ibu memang memunculkan beragam ekspresi unik. Untuk lomba kali ini di menangkan oleh kelompok tiga, meskipun kelompok Sena tidak memenangkan lomba, itu tidak masalah untuknya. Yang terpenting baginya dengan lomba ini membuat dirinya dan bu Ulfa saling mengenal. Menurut Sena tidaklah buruk akrab bu Ulfa, mendekati bu Ulfa hanya perlu pendekatan dan juga perhatian.Saat ini Gavin tengah keluar ruangan untuk mencari udara segar setelah menyelesaikan pekerjaannya. Badannya kala itu terasa sangat pegal karena sepanjang hari selalu berhadapan dengan laptop dan berkutat dengan tumpukan kertas. Rasa lelahnya sedikit terobati ketika mendapati istrinya sedang beristirahat. Kegiatan lomba yang melelahkan itu membuat keringat Sena bercucuran di area sekitar wajah dan leher.Untuk merasakan an
Pagi itu Sena awali dengan bangun lebih awal, wanita itu memulai memasak untuk sarapan pagi. Sebelum menginap di asrama, Gavin sudah mempersiapkan kebutuhan sehari-hari. Sehingga Sena tidak perlu lagi keluar rumah untuk membelinya. Gavin yang sudah cocok dengan masakan istrinya, meminta Sena untuk memasak dan tidak ingin membeli makanan di luar rumah.Tangan lihai Sena membuat masakannya cepat matang dan siap di hidangkan. Selesai memasak ia membersihkan diri karena pagi ini akan mengikuti acara senam bersama dan lomba sesama ibu Persit. Sena sangat antusias mengikuti acara itu, berbaur dengan ibu Persit membuat harinya tidak jenuh. Dengan bergegas Sena mempersiapkan dirinya supaya tidak terlambat. Sena juga tidak ingin dianggap kurang disiplin apalagi menyandang status istri Kapten.“Mas sarapannya sudah aku siapkan di meja makan,” ucap Sena sedikit berteriak. Sena masih sibuk memoles wajahnya dengan make up tipis.