Seorang pria berseragam loreng tersenyum kecut ketika ia melihat kekasihnya menyambut seorang laki-laki dengan mesra masuk ke dalam rumahnya. Matanya memerah sekaligus rahangnya mengeras, rasa dendam seakan muncul secara tiba-tiba. Pemandangan itu membuat dirinya kecewa dan hatinya terasa panas. Hati dan logikanya saat ini sedang beradu, hati mengatakan jika laki-laki itu mungkin saudaranya yang tengah berkunjung sedangkan logikanya mengatakan jika laki-laki itu merupakan selingkuhannya.
Pria berpangkat Kapten di Kesatuan TNI AD itu bernama Gavin Arfiando Aditama. Gavin baru saja pulang ke Indonesia setelah satu tahun tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) TNI Kontingen Garuda (Konga) yang resmi memenuhi misi perdamain PBB di Lebanon.
Gavin sengaja tidak memberi tahu kekasihnya Kinar, karena ia ingin memberikan surprise. Namun niatnya memberi surprise justru berakhir dengan kekecewaan.
“Apa Kakak akan diam saja melihat kak Kinar bersama seorang laki-laki di rumah nya?” ucap Chika. Wanita itu memiliki nama Chika Arfrinda Aditama yang merupakan adik Gavin. Chika saat itu bersama dengan Gavin karena ia menjemput Gavin saat tiba di Bandara Halimperdana Kusuma.
“Tidak, kakak akan masuk. Kamu temani kakak!” sikap Gavin yang tidak suka basi basi pun langsung masuk ke dalam rumah Kinar dengan langkah kaki lebarnya.
Secepat mungkin, Chika mengikuti kakak nya yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju rumah Kinar. Wajah cantik nan imut itu tersenyum senang ketika melihat kejadian hari itu. Bukan ia senang melihat kakak nya patah hati, melainkan Chika tidak menyukai jika kakak nya berhubungan dengan Kinar. Bukan hanya dia namun orang tua nya juga tidak menyukai Kinar.
Ketidak sukaan itu bukan tanpa sebab, mereka menganggap jika Kinar mempunyai sikap dan sifat yang kurang baik.
“Kinar! siapa laki-laki itu?” terdengar suara berat dan keras yang terdengar dari arah pintu.
Suasana di sebuah ruang tamu rumah itu seketika tegang saat kedatangan Gavin dan Chika ke rumah Kinar.
“Gavin?”
Tentu Kinar sangat terkejut dengan kedatangan Gavin ke rumahnya, yang di mana saat ini ia sedang berpelukan bersama seorang laki-laki.
Spotan Kinar melepaskan pelukan yang memabukkan itu lalu menghampiri Gavin,” kamu sedang apa di sini Gavin? Bukan kah kamu masih bertugas dan beberapa hari lagi akan kembali?”
“Tidak perlu bertanya, cukup jawab pertanyaanku! Siapa laki-laki itu?” balas Gavin sambil menunjuk laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya.
“Aku pacarnya!” sahut laki-laki itu lantang.
“Tidak. Dia bukan siapa-siapa, dia hanya teman,” bantah Kinar dengan suara gemetar.
“Jadi kamu selingkuh?” tanya Gavin lagi dengan nada tinggi.
“Tidak, kamu salah paham. Aku bisa jelaskan, ini semua tidak seperti yang kamu fikirkan Gavin,” sangkal Kinar lagi supaya Gavin percaya padanya.
“Dasar wanita jalang! Hubungan kita selesai sampai di ini!” pekik Gavin. Terdengar nafas Gavin memburu, dia meluapkan emosinya saat itu.
Sebelum pulang ke Indonesia, Gavin sudah berniat akan melamar Kinar dalam waktu dekat. ia sudah yakin dengan Kinar karena selama dia kenal, Kinar adalah wanita lugu, periang dan juga cerdas. Namun di balik sikap itu, Kinar ternyata memiliki sikap yang licik. Dengan cara ini, Gavin di selamatkan oleh Tuhan.
“No Gavin, dengarkan penjelasan aku dulu,” sahut Kinar menangis, dia terus memohon sambil memegang tangan Gavin namun di tepis oleh Gavin.
Tanpa ingin mendengar penjelasan Kinar, Gavin meninggalkan rumah Kinar di ikuti oleh Chika. Gavin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh tanpa memikirkan Chika yang terlihat ketakutan.
Seorang wanita sedang mencampurkan tepung ke dalam wadah berisikan telur yang sudah di kocok hingga mengembang. Setelah semua bahan sudah tercampur rata, wanita itu menuangkan adonan kue ke loyang berbentuk persegi dan memasukkan ke dalam oven. Wanita cantik bernama Sena Havika itu memang sangat pandai membuat kue. Keahlian itu dia dapat menurun dari Ibunya. Waktu masih kecil, Sena sering membantu Ibunya membuat berbagai kue. Alhasil Sena sudah terbiasa membuat kue dan bahkan membuat inovasi baru tentang kue. Saat ini dia bekerja di salah satu toko kue yang sudah memiliki nama di kalangan masyarakat. Nama toko kue itu di sebut Gachi. Toko kue Gachi merupakan milik keluarga Aditama. Keluarga tersohor di negri ini yang memiliki berbagai bisnis. Sena dipercaya memegang posisi sebagai chef dan menghendel semua pemasukan toko cabang di berbagai daerah. Dering telfon menghentikan aktifitas membuat kuenya dan segera ia mengangkat telfon tersebut. “Hallo, Assalamualaikum Bu,” “Waalaikumsal
Sena melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedang dan hanya membutuhkan waktu selama lima belas menit untuk sampai di rumah Bu Dila. Sena menghentikan mobilnya di gerbang rumah untuk meminta ijin ke pada Satpam agar di ijinkan masuk. “Hallo pak Satpam, boleh saya masuk?” tanya Sena dengan senyum manisnya. “Eh mbak Sena, boleh dong. Sebentar saya buka dulu gerbangnya,” sahut pak Satpam yang bernama pak Rudi dengan sedikit berlari kecil untuk membuka gerbang tersebut. “Oke pak, terima kasih,” ucap Sena kembali melajukan mobilnya setelah gerbang tersebut di buka. Sena memhentikan mobilnya lalu memakirkan di tempat parkir untuk tamu. Sena mengambil kue di samping kemudi, lantas dia membuka pintu mobilnya lalu turun dan berjalan menuju pintu rumah tersebut. Wanita berparas cantik itu menghentikan langkahnya ketika melihat anak bosnya Chika sedang mengomel sendiri di ruang tamu.
“Ya Danis mengancam ku, jika tidak menerima perasaan nya, aku akan di laporkan ke Polisi karena aku sudah menabrak nya waktu itu,” ujar Kinar yang menangis tersedu-sedu. “Kasihan sekali kamu. Lalu apa kah Danis terluka parah sampai dia mau melaporkan kamu ke kantor Polisi?” tanya Gavin cemas lalu menyuruh Kinar untuk berdiri. “Lumayan parah. Karena banyak luka yang di sekujur tubuh nya,” balas Kinar dengan air mata bohong. “Kasihan sekali kamu Kinar,” ucap Gavin sambil menatap Kinar tidak tega. “Tolong Gavin maafkan aku. Aku ingin kita seperti dulu, aku yakin kamu pun masih sayang dan mencintai aku,” sambung Kinar yang terus memohon pada Gavin. “Aku maafkan kamu Kinar,” ucap Gavin menatap Kinar. “Sungguh, kamu memaafkan aku Gavin,” sahut Kinar tersenyum senang karena Gavin memaafkan nya. Chika yang mel
Kinar di buat putus asa karena sikap Gavin pada nya. Karena perbuatannya, Kinar gagal mendapatkan Gavin. Tak hanya seorang Abdi Negara, Gavin adalah calon pemimpin perusahaan yang akan menggantikan Papa nya Arkana Elvaro Aditama saat pensiun nanti. Beliau adalah pemimpin perusahaan ternama yaitu City Grup dan beberapa perusahaan lain yang berada di luar Jakarta. Sedangkan Ibu nya yang bernama Kartika Ardila Wijaya merupakan pendiri bisnis kue Gachi. Toko kue milik keluarga Aditama tersebut telah sukses merajai pasar kue di Jakarta dan karena kesuksesan nya, GaChi telah membuka cabang lain di seluruh Indonesia. Atas latar belakang itulah yang membuat Kinar terus mengejar Gavin supaya kembali padanya. Namun akhirnya Kinar menyerah, usahanya gagal. Tak seperti biasanya, Gavin sangat sulit untuk di taklukkan. Gavin yang biasanya sangat mudah memaafkan kini sudah tidak peduli lagi dan mengusirnya pergi. Kinar merasa harga dirinya di permaluka
Di tempat lain, Sena tengah makan malam seorang diri. Sena yang tidak menyukai suasana yang sepi harus menyalakan TV agar ia merasa tidak kesepian. Saat makan sendiri di rumah, terkadang Sena teringat akan kenangan sewaktu makan bersama dengan Ayah, Bunda dan kedua Adiknya dengan penuh kehangatan dan keceriaan. Waktu begitu cepat berlalu, dua tahun adalah waktu yang singkat untuk Sena. Ya dua tahun yang lalu seluruh keluarganya meninggal karena kecelakaan. Sena masih ingat saat-saat terakhir kepergian keluarganya waktu itu. Kedua Adik kembarnya yang masih berumur sembilan tahun ingin bermain di mall, karena Sena ada jadwal kuliah di hari itu, akhirnya Ayah dan Bundanya yang mengantarkan ke mall. Namun saat perjalanan pulang dari mall, naas mobil yang di tumpangi keluarganya di tabrak truk berlawanan arah yang mengalami rem blong. Mobil keluarga mereka terjungkal sampai beberapa meter dan mobilnya rusak parah.
Pria yang bernama Bagas itu hanya terdiam dan masih menatap terkejut Sena yang secepat kilat meninggalkan dirinya. Wanita itu menghela napas lega karena bisa menjauh dari Bagas, ada sedikit sesal saat dia bertemu dengan Bagas yang tak lain mantan tunangannya. Rasa trauma yang selama ini ia kubur harus kembali muncul dalam sekejap. “Sena, kamu sedang apa? Apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Bu Dila dengan suara lembutnya. Suara dan sentuhan di pundaknya, membuat Sena terkejut saat sedang menetralkan perasaannya. “Ehh Bu Dila. Saya tidak apa-apa Bu, mungkin kecapean saja karena alhamdulilah toko hari ini ramai,” jawab Sena yang berusaha menyembunyikan perasaannya. “Jika memang kamu tidak enak badan, istirahatlah Sena,” perintah Bu Dila lembut. “Iya Bu,” jawab Sena sambil menganggukan kepalanya. Sena melanjutkan perkerjaannya sampai menjelang sore, pe
Sepanjang perjalanan di mobil Gavin hanya hening, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sena masih tidak menyangka jika hari ini bertemu dengan Bagas. Kecemasan dan ketakutannya kembali menguasai hatinya. Wanita cantik yang mempunyai lesung pipi itu takut jika Bagas akan kembali menerornya.Laki-laki kasar itu mulai menerornya setelah satu tahun kepergiannya. Ia mengirimkan pesan mengancam pada Sena. Tak jarang Bagas mengirimkan bunga ke rumahnya. Entah apa tujuan Bagas melakukan itu. Yang pasti teror itu membuatnya takut dan gelisah.Sedangkan laki-laki yang duduk di sampingnya, fokusnya harus terbagi menjadi dua. Setengah pikirannya fokus mengemudi sedangkan setengah pikirannya bertanya-tanya siapa pria yang berani kasar terhadap wanita yang kini bersamanya. Ingin bertanya pada Sena, namun rasanya tidak patut. Entah mengapa, Gavin ingin melindungi Sena.Tidak membutuhkan waktu lama, kini mobil yang mereka tumpangi
“Maaf, apakah Ibu tidak salah mengatakan itu pada saya,” ujar Sena yang ingin memastikan pernyataan Bu Dila padanya. “Tidak. Apakah kamu bersedia Sena?” tatapan mata berharap Bu Dila membuat Sena tidak enak hati untuk mengatakannya. “Maaf Bu Dila, bukan saya mau menolak. Tetapi saya belum siap untuk menikah. Lagi pula saya tidak mengenal pria yang akan di jodohkan pada saya. Saya takut jika kita berbeda cara pandang dan mungkin kami akan kesulitan dalam menjalani hidup berumah tangga,” sambung Sena dengan hati-hati agar Bu Dila tidak tersinggung. Dengan tersenyum, Bu Dila mencoba membujuk Sena agar bersedia jika ia di jodohkan,“Iya saya mengerti problem yang kamu maksud. Kamu percaya saya bukan Sena, sudah berapa lama kamu kenal saya. Saya menjodohkan kamu demi kebaikan kamu dan juga keluarga saya. Yang terpenting kamu dan laki-laki yang akan saya jodohkan bertemu terlebih dahulu. Jika memang kamu tidak menginginka
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di lataran makam. Gavin memakirkan mobilnya lalu mengambil bunga di kursi belakang yang sebelumnya mereka beli saat di perjalanan. Mereka pun turun dan berjalan menuju makam keluarga Sena. Sesampainya di gerbang makam, langkah Sena terhenti dan mendekat pada Gavin lalu menggengam lengan Gavin dengan erat.Dengan spontan Gavin melihat ke arah Sena karena genggaman itu semakin erat. Wajah Sena terlihat ketakutan dengan sorot matanya yang tidak lepas dari satu titik. Gavin yang penasaran pun melihat ke arah Sena tuju. Dalam penglihatan Gavin, ada seorang laki-laki yang duduk di sebuah makam sambil tertunduk.“Sena, apakah ada sesuatu yang membuat kamu terganggu?” Gavin yang tidak mengerti dengan situasi itu akhirnya menanyakannya pada Sena.“Mas itu Bagas,” balas Sena terlihat panik dan mengeluarkan suara yang dapat di dengar oleh Bagas. Melihat Bagas, Sena merasa trauma dan takut jika Bagas akan menculiknya lagi.“Apa kamu tidak salah lihat?” tany
“Mas, apakah perkataanku membuat kamu merajuk?” ujar Sena sambil berbalik mengusap pipi Gavin dengan lembut. Sena ingin malam itu adalah malam di mana mereka saling mengutarakan perasaan.Pertanyaan Sena sama sekali tidak di hiraukan oleh Gavin. Pria itu justru berbalik badan sehingga membelakangi Sena. Sena yang mengetahui situasi itu hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya.“Mas, aku memang sempat ragu tentang pernikahan kita. Namun sikap yang selama ini kamu tunjukkan, membuat keraguanku semakin memudar dan aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan kamu untukku. Maaf jika kata-kataku tadi telah menyakiti hatimu,” tambah Sena mengatakan isi hatinya dengan tulus.“Aku percaya padamu mas. Berbalik badanlah, sikap kamu sangat lucu seperti anak kecil saja,” ujar Sena meledek Gavin sambil memberi sedikit sentuhan menggelitik di perutnya.“Apa yang kamu katakan itu tidak berbohong?” ujar Gavin yang belum mengubah posisi badannya. Gavin terlihat sedikit ragu dengan perkataan Sena,“Apakah k
Sudah beberapa tempat sudah Gavin telusuri namun tidak juga menemukan istrinya. Gavin sangat menyesal, Sena meninggalkan pesta pernikahan itu pasti semua itu karena ulahnya. Sembari Gavin berjalan untuk menemukan Sena, pria itu mengambil benda pipih disakunya. Gavin mencoba menghubungi ponsel Sena sambil pandangan matanya selalu awas.Sudah sekian kalinya Gavin menelfon Sena namun tidak kunjung diangkat. Gavin semakin khawatir dengan Sena karena belum juga mendapatkan kabar darinya. Gavin yang tidak ingin menyerah, terus mencoba menghubungi Sena.“Hallo,” akhirnya Sena mengangkat telfon Gavin. Terdengar suara lembut itu dari seberang telfon.“Sena, kamu dimana?” tanya Gavin yang masih cemas dengan Sena.“Aku dimobil mas sama papa dan mama,” jawab Sena.“Saya segera menyusul,” Gavin mematikan telefon dan berlari kecil untuk menyusul Sena. Gavin sudah tidak sabar untuk menjelaskan tentang kejadian dirinya bertemu dengan Kinar pada Sena. Chika yang sedari tadi mengikuti Gavin di belakang
Setelah beberapa langkah wanita itu membawa Gavin di tempat yang lebih sepi. Setelah mereka berhenti, wanita itu berbalik badan menghadap pada Gavin. Setelah Gavin benar-benar melihat dan memastikan bahwa wanita itu adalah Kinar, Gavin menepis tangannya yang masih di genggam oleh Kinar.“Gavin tolong dengarkan penjelasan aku, aku mohon,” ujar Kinar yang akhirnya mengeluarkan sepatah kata untuk berbicara dengan Gavin. Kinar kembali berusaha untuk menyakinkan Gavin untuk percaya padanya. Dan Kinar berusaha agar Gavin bersedia untuk kembali padanya.“Bicaralah,” beberapa kata Gavin menolak untuk bicara dengan Kinar pasti hasilnya akan tetap sama, Kinar pasti akan memaksanya untuk terus mendengarkan penjelasannya. Dengan sikap tenang dan santai Gavin mempersilahkan Kinar untuk membela diri.“Kamu tau Gavin, semenjak kita pisah aku sama sekali tidak semangat untuk menjalani kehidupan aku sehari-hari. Waktuku terasa hampa ketika kamu pergi menjauh dari hidup aku. Seandainya waktu itu kamu p
Hari semakin larut dan mereka sudah menyelesaikan makanan tanpa ada sisa. Kedua pasutri itu akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan, Gavin di temani oleh cerewetnya Sena. Istrinya banyak sekali bicara malam itu. Gavin sudah mulai terbiasa dengan ocehan istrinya tersebut dan Gavin mendengarkannya dengan senyum, menurutnya cerita Sena lucu. Namun tidak jarang Gavin juga bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada Sena. Hubungan yang semakin membaik dan dekat setelah beberapa bulan mengenal.Kurang lebih setengah jam mereka telah sampai di kediaman keluarga Aditama. Gavin dan Sena saling membantu untuk menurunkan barang bawaan mereka. Kedatangan Gavin dan Sena di sambut hangat oleh keluarga Aditama. Kepergian singkat mereka ternyata membuat rumah itu menjadi sunyi. Mereka kehilangan sosok yang mampu membuat rumah itu banyak kegiatan.“Akhirnya anak mama pulang juga,” sambut bu Dila sambil memeluk Gavin dan Sena secara bergantian.“Apa terjadi macet, sampai kalian pulang larut malam
Sudah beberapa baju Sena coba saat itu. Kini badannya sudah mulai lelah. Dengan memasang wajah kasihan, Sena berusaha membujuk Gavin agar menyudahi menjajal baju lain.”Mas aku lelah. Tolong sudahi untuk mencoba baju lain,” ucap Sena berharap. Membeli baju baru memang menyenangkan namun jika terlalu banyak seperti yang Gavin tunjuk, membuat Sena tidak sanggup.“Baiklah,” ujar Gavin tidak tega melihat wajah Sena yang sudah terlihat lemas.“Mbak, saya akan membeli semua baju yang sudah di coba istri saya,” ucap Gavin pada pelayan itu. Dengan senyum ramah pelayan itu mengangguk lalu memberikan arahan untuk Gavin dan Sena menuju kasir.“Mas itu telalu banyak, pilih satu saja,” tolak Sena. Dalam keadaan yang sudah lelah Sena masih saja berdebat dengan keinginan Gavin untuk membelikan sejumlah baju dan tas. “Tidak mengapa, kamu sudah menjadi bagian hidup saya jadi sudah kewajiban saya membahagiakan kamu,” jelas Gavin lalu berjalan menuju kasir untuk membayar.Pipi Sena merona tak kala men
Tak terasa waktu menonton telah selesai, kurang lebih satu jam Gavin dan Sena menikmati pemutaran film tersebut. Film komedi yang menarik untuk di tonton karena dapat membuat mood seseorang menjadi bagus. Setelah Gavin dan Sena keluar dari bioskop, kini mereka sedang berjalan-jalan keliling mall untuk menikmati dan melihat seisi mall itu.“Tadi filmnya seru ya Mas?” celetuk Sena bertanya pada Gavin. Sena ingin mengetahui kesan Gavin menonton film itu. Di lihat dari jalannya pemutaran film, seharusnya Gavin akan memuji kelucuan film itu.“Iya lumayan,” jawab Gavin. Jawaban Gavin tidak sesuai dengan dugaan Sena. Seperti biasa, Gavin menjawabnya dengan wajah yang datar.“Lumayan tapi sepanjang pemutaran film kamu tertawa terus mas,” goda Sena sambil singkutnya menyenggol badan Gavin. Godaan Sena membuat sikap Gavin berubah kikuk. Karena salah tingkahnya, Gavin tidak menjawab dan memilih u
Lomba hari kedua telah selesai dengan menyenangkan. Kejadian lucu selama lomba berlangsung membuat banyak gelak tawa terukir pada wajah perserta. Lomba bersama ibu-ibu memang memunculkan beragam ekspresi unik. Untuk lomba kali ini di menangkan oleh kelompok tiga, meskipun kelompok Sena tidak memenangkan lomba, itu tidak masalah untuknya. Yang terpenting baginya dengan lomba ini membuat dirinya dan bu Ulfa saling mengenal. Menurut Sena tidaklah buruk akrab bu Ulfa, mendekati bu Ulfa hanya perlu pendekatan dan juga perhatian.Saat ini Gavin tengah keluar ruangan untuk mencari udara segar setelah menyelesaikan pekerjaannya. Badannya kala itu terasa sangat pegal karena sepanjang hari selalu berhadapan dengan laptop dan berkutat dengan tumpukan kertas. Rasa lelahnya sedikit terobati ketika mendapati istrinya sedang beristirahat. Kegiatan lomba yang melelahkan itu membuat keringat Sena bercucuran di area sekitar wajah dan leher.Untuk merasakan an
Pagi itu Sena awali dengan bangun lebih awal, wanita itu memulai memasak untuk sarapan pagi. Sebelum menginap di asrama, Gavin sudah mempersiapkan kebutuhan sehari-hari. Sehingga Sena tidak perlu lagi keluar rumah untuk membelinya. Gavin yang sudah cocok dengan masakan istrinya, meminta Sena untuk memasak dan tidak ingin membeli makanan di luar rumah.Tangan lihai Sena membuat masakannya cepat matang dan siap di hidangkan. Selesai memasak ia membersihkan diri karena pagi ini akan mengikuti acara senam bersama dan lomba sesama ibu Persit. Sena sangat antusias mengikuti acara itu, berbaur dengan ibu Persit membuat harinya tidak jenuh. Dengan bergegas Sena mempersiapkan dirinya supaya tidak terlambat. Sena juga tidak ingin dianggap kurang disiplin apalagi menyandang status istri Kapten.“Mas sarapannya sudah aku siapkan di meja makan,” ucap Sena sedikit berteriak. Sena masih sibuk memoles wajahnya dengan make up tipis.