Share

Rindu

Author: Ae-ri Puspita
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bisakah aku mendengar suaramu sebagai obat atas rinduku. ~Adnan Ghafi Shahzaib~

šŸ•ŠšŸ•ŠšŸ•Š

Sejenak lenggang, hanya terdengar suara degup jantung dua insan yang tengah terpaku dalam pikiran mereka masing-masing. 

Adnan menghela napas berat, dia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa sembari matanya menatap lurus plafon putihnya di atasnya. Pikirannya seakan tengah menerawang jauh ke belakang. 

Sedangkan wanita yang duduk tiga meter darinya tengah menatap lurus lantai granit putih polos di bawahnya. Menunggu jawaban atas pertanyaannya. Detik menit menunggu tapi tak kunjung pria itu menyahut apa pun. 

Adnan menutup matanya sejenak. Lagi helaan napas itu terdengar berat keluar dari bibirnya. 

 "Jika aku mempertanyakan hal yang sama, apa kamu juga akan menjawabnya?" Adnan menoleh, menatapnya lamat. 

Kali ini Airah yang diam tak menjawab. Pria itu kembali mengalihkan tatapannya pada plafon di atasnya. 

 "Tak ada seorang pun yang tak merindukan orang yang mereka cintai, Ra, " imbuhnya. 

Airah meremas kuat tangannya. Tak ada yang salah mereka berhak merindukan orang yang mereka cintai, bukan? 

Adnan bangkit berdiri. Pria itu melangkah menuju tempat tidur sang anak. Mengecup lama keningnya. Kemudian berbalik badan, menghadap wanita yang masih termenung di tempatnya. 

Adnan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu berkata, "tidurlah, sudah larut." Lantas melenggang keluar dari kamar inap itu. 

Menghela napas, wanita itu pun beranjak, mendekati ranjang Hafsyah. Airah tidur berlengan bantal di sisi tempat tidur anaknya. 

Tepat adzan subuh wanita itu terbangun dari lelapnya. Dia memperbaiki posisi selimut yang membungkus tubuh Hafsyah sebelum beranjak  menuju masjid rumah sakit guna melaksanakan kewajibannya. Setelah salat dia kembali ke kamar inap Hafsyah. 

"Ra, kamu yakin nggak apa-apa ibu tinggal?" tanya Rita memastikan. 

Airah mengangguk, tersenyum. "Nggak apa-apa, Bu. Ibu pulang, aja, istirahat biar Airah di sini berjaga. Lagian hari ini Airah juga nggak ke kampus."

Rita mengangguk, menghela napas. "Ya sudah, ibu balik dulu. InsyaAllah, sore nanti ibu balik lagi ke sini. "

Airah mengangguk, menatap punggung Rita yang kini sudah beranjak menjauh dari tempat.

Menit merangkak jam, pintu kamar itu kembali terbuka menampilkan sosok pria dengan balutan snelli putih yang membungkus tubuh atletisnya. 

"Ibu sudah pulang, Ra?" Adnan berjalan mendekat ke arah meja, menyimpan sesuatu yang terbungkus paper bag di atas meja. 

Airah hanya mengangguk, ia fokus memainkan hpnya. 

"Sebaiknya, kamu sarapan dulu. Biar aku yang berjaga."

Airah menoleh, mengangkat wajahnya, memandangi wajah tampan itu. 

"Aku sudah belikan makanan kesukaanmu, " imbuh Adnan lagi. Mata mereka saling bersibobok. 

Airah tersenyum, mengangguk. "Aku akan sarapan bersama dengan anakku nanti."

Anakku? Entah mengapa membuat perih di ulu hati Adnan. 

Adnan menghela napasnya, mencoba bertahan dari perasaan aneh yang menjalar, mengusik hatinya. 

"Tapi Raā€“"

"Aku sudah lama tidak sarapan bareng dengan Hafsyah." Dia berbalik badan, membelakangi Adnan. 

Adnan menghela napas. Pria itu mengangguk pasrah. "Baiklah. Tapi kalau Hafsyah bangunya lama, sebaiknya kamu sarapan jangan sampai maagmu kambuh lagi."

Airah hanya bergumam. Tak menoleh sedikit pun. Adnan lantas beranjak dari ruangan itu meninggalkan dua wanita yang sama berharganya dalam hidupnya. 

Tak berselang dari itu bayi kecilnya pun menggeliat dari tidurnya, perlahan mata belo itu terbuka, mengerjap berulang kali kala intensitas cahaya masuk ke dalam retinanya. 

"Unda?" Mendengar seseorang memanggilnya sontak membuat wanita yang tengah membaca novel online itu pun mengangkat wajahnya. 

Dengan wajah berseri-seri, Airah beranjak mendekat ke arah sang anak. 

"Selamat pagi anak, Bunda." Airah mengelus sayang rambut legam Hafsyah seraya mendaratkan kecupan pada dahinya. 

Hafsyah balas tersenyum lebar. "Selamat pagi Unda."

"Mau bangun?"

Hafsyah mengangguk cepat. Airah membantu Hafsyah untuk bangun dari pembaringan. 

"Waktunya anak bunda sarapan, " ucapnya dengan senyum mengembang, menatap sang anak."Bunda panggil suster Ina dulu, ya?"

Hafsyah lekas menggeleng cepat. "Hafsyah nggak mau selapan lumah sakit lagi unda." Ia mengerucutkan bibirnya. 

Games. Airah mencubit lembut hidung mancung anaknya. 

"Tapi Hafsyah harus sarapan, Nak. Habis itu minum obat biar cepat sembuh." Airah mengelus lembut pipi cabinya.

 "Tapi Hafsyah nggak suka makanan lumah sakit unda." Dia menggeleng. "Ihā€¦nggak enak."

Mendengar itu sontak membuat sang bunda tergelak. "Terus anak bunda yang cantik ini mau makan apa?"

Hafsyah mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu, berfikir. Kemudian, anak itu menjentikkan jarinya. 

"Hafsyah mau makan bakpao buatan unda."

"Baiklah, yang mulia princess. Tapi, kita harus izin sama abi, dulu ya?"

Hafsyah mengangguk antusias. Airah lantas meraih hpnya di meja, mengirim pesan pada Adnan. Sekitar tiga puluh menitan, pria itu pun datang dengan tergesa-gesa. 

"Maaf, tadi aku ada pasien, " jelasnya dengan napas yang tidak teratur. Menatap Airah dan Hafsyah yang tengah bercanda bersama di atas tempat tidur. 

Airah menoleh, bangkit berdiri lalu berujar, "Hafsyah belum sarapan, Mas. Katanya, dia mau makanan lain, bukan makanan rumah sakit."

Adnan menghela napas, dia menunduk menatap wajah anaknyaā€“yang tengah menunduk dalam itu. 

"Anak abi mau makan apa, hm?"

Mata beningnya menatap sang ayah. "Masakan Unda."

Jawaban Hafsyah sontak membuat Adnan menoleh, menatap Airah. 

Airah mengangkat sudut bibirnya menjadi senyuman, tangannya terulur mengelus pipi putih cabinya. "Tapi, bunda harus pulang dulu."

Wajah Hafsyah seketika sendu, mata belo itu berkaca-kaca. 

"Kok anak bunda jadi sedih, sih?"

"Hafsyah nggak mau unda pulang?"

Airah kembali mendaratkan bokongnya ke sisi tempat tidur, kedua tangannya menangkup wajah Hafsyah. 

Dia tersenyum, menatap lekat ke dalam bola mata bening itu. "Bunda harus pulang buat masakin makanan enak buat Hafsyah, setelah itu bunda balik lagi ke sini." Ibu jarinya dengan lembut mengelus pipi anaknya. "Tapi, sebelum itu Hafsyah harus mau serapan rumah sakit dulu, ya?"

"Unda janji?" Hafsyah mengangkat jari kelingkingnya. 

Airah mengangguk. "Janji." Dia menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Hafsyah. 

Adnan tidak bisa menahan senyumnya melihat interaksi dua perempuan kesayangan di depannya. 

***

"Apa tidak apa-apa Hafsyah makan makanan luar, Mas?" tanyanya begitu mereka sudah di luar kamar inap sang anak. Hafsyah sudah terlelap tidur sehabis sarapan dan minum obat. 

"Nanti aku buat surat perjanjian dengan dokter Ayunda."

Airah mengangguk." Ya sudah, Mas. Aku balik dulu. InsyaAllah, habis salat dzuhur aku ke sini lagi."

Adnan balas mengangguk. "Hm, hati-hati."

Wanita itu pun melenggang pergi dari sana dengan tatapan sendu Adnan yang mengiringi kepergiannya. 

Airah mengerutkan keningnya kala melihat beberapa dokter dan perawat yang berbondong-bondong lari keluar rumah sakit. Di ambang pintu, wanita itu sudah tak dapat menggerakkan tubuhnya. Mulut dan matanya membeliak, tangannya bergetar, tubuhnya seakan tak bertulang, melihat siapa sosok yang tengah terbaring di atas brankar  dengan tubuh yang berlumuran darah, penuh luka, luka yang menganga.

"Bagas!"

Hal terakhir yang dia dengar adalah orang-orang yang memanggilnya sebelum kesadaran wanita itu benar-benar hilang.

Ae-ri Puspita

Mohon maaf novel ini masih dalam proses revisi

| Like

Related chapters

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Masih Mencintai

    Cinta adalah penyakit yang tidak ada kebaikan dan balasannya. Ali bin Abi Thalib. *** Lamat-lamat mata sendu wanita itu terbuka. Mengerjapkan, guna menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah plafon putih rumah sakit. ā€œAlhamdulillah, akhirnya kamu sudah bangun.ā€ Airah menoleh ke samping mendapati raut khawatir seorang pria. Kesadaran wanita itu belum pulih sepenuhnya. Ia memperhatikan sekitar, matanya seketika membulat saat menyadari akan sesuatu. Bagas. ā€œAirah, kamu mau ke mana?ā€ tanyanya saat melihat si wanita turun dari ranjang dan memakai sandal swallow miliknya. Adnan menahan tangannya saat ia hendak menarik handle pintu kamar. ā€œMas, apa yang kamu lakukan?ā€ ā€œTubuhmu belum terlalu pulih. Kamu harus istirahat.ā€ Airah menggeleng, bagaimana bisa ia istirahat disaat pria yang ia cintai tengah terluka parah. ā€œAku tidak apa-apa, Mas.ā€ Airah melepas paksa cekala

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Memori

    Aku hanya bisa mengenang kisah kita bersama, disaat aku sudah tak bisa lagi menggapaimu. Bagas Gunawan Basri *** Kelopak mata itu perlahan terbuka. Mengerjap berulang kali guna menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk. Aroma obat-obatan langsung tercium oleh indera penciumannya. "IBU! Mas Bagas sudah sadar." Terdengar suara nyaring. "Bagas! Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Nak." Pria itu diam masih mencerna."Airah, mana Bu?" tanyanya. "Wanita itu tidak ada, Bagas. Dia bahkan tidak mempedulikan bagaimana keadaanmu. Jadi, ibu mohon berhentilah mencarinya, ya?" Bagas tak menjawab. Dia merasa bahwa Airah baru saja datang menjenguknya dan berceloteh berbagai hal seperti biasanya. "Bagas, apa ada yang sakit? Yang mana yang sakit, Nak?" tanya Nia khawatir saat melihat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata sang putra. "Bisa ibu panggilkan Airah untukku?" Rindu tampak jelas di kedua bola mata Bagas. Mata Nia berkaca

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Rindu 2

    Kita berpijak pada bumi yang sama, menatap langit yang sama, juga pada perasaan rindu yang sama. Tapi, mengapa kita tak dapat bersama-sama? ~Rintihan hati dua insan yang dilanda rindu~ *** Airah menghentikan bacaan Alqurannya saat mendengar ketukan pada pintunya. "Unda, boleh Asya masuk." Ia menyunggingkan sebuah senyuman saat mendengar suara teduh tersebut. "Boleh sayang masuklah!" Hafsyah berlari ke pangkuan Airah saat pintu itu dibuka oleh Sintia. "Yasudah, ibu ke bawah, ya?" Airah tersenyum, mengangguk. "Kok, belum tidur sih, Nak?" tanyanya, mengelus lembut pucuk kepala sang anak. Hafsyah menggeleng." Nggak bisa tidul unda." Kening Airah mengerut." Kenapa tidak bisa tidur, hm?" "Abi biasanya bacain Asya dongeng sebelum tidul." "Jadi, anak bunda yang satu ini mau dibacain dongeng, ya?" Hafsyah mengangguk cepatā€”ia tersenyum. "Biasanya Abi bacain dongeng apa untuk Hafsyah?" Hafsyah mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. Ma

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Bayangan

    Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia. Ali bin Abi Thalib *** "Gue kira Lu nggak bakalan datang," seloroh Fikri. Bagas tersenyum tipis tak menanggapi ocehan sang sahabat. "Lu yakin mau main?" tanya Dani. Pria itu tahu betul kalau sahabatnya itu belum pulih total. Bagas mengangguk seraya melepas jaket denim jeans black-nya. Mereka bermain hampir dua jam lebih. Peluh telah membasahi keempat pria itu. Tapi tak ada satu pun yang berniat untuk berhenti bermain. "Oper ke gue. Oper ke gue." Aziz berteriak menyuruh Dani mengoper bola ke arahnya. Dani pun mengoper bola tersebut ke arahnya. "Yessss," teriak Aziz saat berhasil memasukkan bola itu ke ring basket. Keempat pria tersebut terkapar letih di atas lantai sambil berselonjoran. "Kira-kira sudah berapa lama kita nggak main bareng, ya?" tanya Fikri. "Sekitar dua tahun," jawab Aziz cepat

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Masih Dengan Perasaan Yang Sama

    Cinta meninggalkan ingatan yang tidak dapat dicuri oleh siapa pun, tetapi terkadang meninggalkan sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh siapa pun. ~Anonim. *** Cinta itu laksana sayatan pedang yang menghujam, tembus masuk ke dalam ulu hati, sekuat apa pun sang pencinta untuk melepaskan belenggu sayatan pedang itu, akan sia-sia, jika hati dan jiwanya masih terpaut pada sang kekasih hati. Tidak mudah memang melepaskan sangkar memori yang terus bergentayangan dalam ingatan karena dia layaknya memori internal yang menyimpan banyak kenangan masa lalu tersimpan utuh jauh ke dalam cranium dan terbungkus rapat oleh selaput otak yang kuat. ā€œBagaimana caranya aku memberitahumu, bahwa berbicara denganmu dapat menyembunyikan segala yang ada di hatiku.ā€ Kristal bening yang menumpuk dari pelupuk matanya, kini jatuh bercucuran membasahi kedua pipinya. ā€œAku sangat merindukanmu Bagas.ā€ Kepalanya mendongak, memandangi cahaya rembulan di langit malam sana. Di langit yang gelap gulita, bulan

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Kecelakaan

    Jadilah seperti lilin, agar engkau mengerti apa itu cinta dan ikhlas yang sebenarnya. Rabi'ah Adawiyah *** Kicauan burung kenari saling bersahutan di atas rimbunan pepohonan. Bertasbih memuji Allah Azza Wa Jalla . Rerumputan hijau bergoyang seirama dengan hembusan angin. Arunika pun telah memancarkan cahayanya di atas horizon sebelah timur, hingga menampilkan kehidupan alam semesta dengan hiruk-pikuknya keramaian umat manusia. "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun" (QS. Al-Isra:44). Airah melengkungkan senyuman saat melihat anak-anak kecil yang ia perkirakan seumur dengan Hafsyah tengah berkejaran-kejaran dengan riang gembira. Anak perempuan yang bermain perosotan dengan ibunya, dan anak laki-laki yang bermain bola dengan

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Cemburu

    Aku memang masih sering meneteskan air mata atas takdir perpisahan cinta kita, bukan karena aku menginginkanmu kembali, tapi karena aku menginginkan kelapangan hati untuk bisa melihatmu bersama dengan yang lainnya. Perih memang tapi harus kulakukan. Bagas Gunawan Basri *** "Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa jatuh dari motor seperti itu?" cecar Airah seraya duduk di samping Bagas, menyerahkan obat yang baru saja ia ambil dari Depo Farmasi. "Hanya keserempet mobil yang menyerobot melawan arah, " balasnya tak acuh sembari menerima obat yang diberikannya. Airah mendengus. "Dan orang itu tidak bertanggung jawab." "Hanya luka kecil." Bagas bangkit berdiri. Airah mengikuti. Mengekori langkah Bagas seperti anak ayam yang mengikuti induknya. "Apa kamu yakin tidak perlu dipapah?" tanya Airah balik. Dia meringis melihat Bagas yang berjalan terseok-seok sambil memenangi sebelah kakinya yang sakit. "Tidak perlu. " Beb

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Rumor

    "Ketika kepercayaan dirusak, kata maaf sudah tak ada artinya lagi." Anonim *** Suara petir menggelegar diiringi suara gemuruh hujan yang turun membasahi bumi Pertiwi. Suara adzan subuh pun telah terdengar mengalun merdu seantero jagat raya membangunkannya dari tidur lelap. Airah menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya seraya bergegas masuk ke dalam kamar mandi, berwudhu dan melaksanakan salat subuh. Tepat saat matahari menyingsing, dia telah siap dengan balutan gamis grey polos yang senada dengan warna jilbab lebarnya. Melangkah turun, menuju meja makan. Di sana kedua orang tuanya telah duduk manis di kursi masing-masing. Selepas sarapan, dia gegas pamit kepada kedua orang tuanya. Menuju kampus. Setibanya di tempat tujuan, wanita itu mengernyit heran saat melihat para mahasiswa yang menatapnya sedemikian rupa. Apa ada yang salah? Airah menelisik penampilannya sendiri. Tidak ada. "Pantas sekarang berjilbab. Cuma kedok belaka." "Cih, sok su

Latest chapter

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Pernyataan

    Allah SWT berfirman dalam (Surah Asy-Syuā€™arah : 78-82) yang artinya : Yaitu yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang Memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni keselahanku pada hari kiamat.ā€ *** Perlahan mata sayu itu terbuka. Lamat-lamat ia mengerjap guna menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah plafon berwarna putih. Airah merasakan denyut sakit di kepalanya, di sebelah bagian tangan kanannya terdapat selang infus yang terpasang. Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok Anya dan seorang dokter laki-laki setengah baya menghampirinya. Anya berhambur memeluk tubuh sang sahabat. ā€œAlhamdulillah, Ra, kamu sudah sadar.ā€ Ia merenggangkan pelukannya. ā€œApa kamu masih merasa pusing?ā€ Airah mengangguk. ā€Iya sedikit pusing.ā€ Mata bening Ai

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Kisah Kesabaran Nabi Ayyub as

    "Allah melimpahkan setiap ujian-Nya padamu karena Allah percaya bahwa kamu bisa dan mampu dalam melewatinya. " ~Nur Airah Nih~ *** Jam telah menunjukkan pukul lima sore. Janjian, hari ini Airah dan Anya akan bertemu di Kafe tempat biasa mereka nongkrong. "Assalamu'alaikum, maaf, ya, Ra, aku telat." Airah memutar bola mata malas. Kebiasaan." Wa'alaikumussalam, aku dah nunggu satu jam lebih, loh." Anya menggeser kursi dan duduk di depannya."Iya, maaf banget. Tadi tiba-tiba ada urusan penting di Rumah Kasih Cinta. Maaf, ya. Ra," sesalnya sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di dada. "Rumah kasih cinta?" Anya mengangguk." Rumah khusus buat pengidap penyakit kanker," sahutnya seraya melambaikan tangan ke pramusaji. Lagu Kupu-kupu Cinta--Sigma pun mengalun merdu. Menemani makan sore mereka. "Hm, An." Anya mendongak melihat wanita di depannya sambil memasukkan mie goreng ke mulutnya. "Boleh aku ikut dengan

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Melamar

    "Masa lalu tak hanya memberikan kenangan, namun juga mengenalkanmu akan makna kehidupan." Anonim. *** Waktu berputar seiring dengan roda jam yang berdetak, tak terasa sudah empat tahun sembilan bulan wanita itu meninggalkan bangku perkuliahan. Lulus dengan nilai cumlaude. Ternyata menjadi seorang sarjana itu tidaklah mudah, seperti dugaan sebagian orang. Ada banyak tuntutan dan tanggung jawab yang harus mereka hadapi. Salah satunya, mencari pekerjaan. Sebagian orang berpendapat bahwa menjadi sarjana akan lebih mudah atau memiliki pegangan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik nantinya. Misalnya, menjadi pegawai pemerintahan, mungkin. Mindset tersebut harus mereka ubah. Menjadi sarjana adalah proses kemandirian diri. Bagaimana mereka dituntut untuk lebih kuat mental lagi dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Wanita itu pernah bekerja di salah satu minimarket. Hingga cibiran itu pun berdatangan satu per satu. "Sarjana kok, cuma kerja di minimarket. Sayang, Mbak title

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Layaknya Fatimah Az-zahra Dan Siti Hawa

    Aku tidak bisa menjadi layaknya Fatimah Az-zahra yang mencintaimu dalam dalam diam, tapi izinkan aku menjadi layaknya Siti Hawa yang rela menunggumu hingga ajal ini menjemput. Nur Airah Nih *** "Apa Lu nggak tahu kalau dia sudah tidak di Indonesia lagi?" Air mata tak dapat ia bendung lagi. Hatinya terlalu sakit seakan ada ribuan anak panah yang menembus jantungnya. Jika saja Dani tak memberitahunya, mungkin saja dia tidak akan pernah tahu kalau pria tersebut sudah pergi. Benar-benar pergi meninggalkannya. Airah meremas kuat dadanya, perih. Cintanya kini telah pergi meninggalkan perasaan yang masih utuh untuknya. Meninggalkan ribuan kenangan yang masih ia simpan rapat dengan sempurna dalam sanubarinya. Kini, dia hanya bisa meratapi kepergian pria itu dalam doa yang sering dirinya langitkan. Berharap agar pria itu baik-baik saja di sana. Bunyi ketukan pintu menyadarkannya dari lamunan. Gegas, dia menyeka air

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Selamat Tinggal

    Benci bukan berarti aku tidak peduli. Bagas Gunawan Basri *** Rahang dan tangannya sama-sama ikut mengeras, menatap tajam pria yang dengan lancangnya menghina wanitanya. Wanitanya? Jika saja pria itu tidak sadar bahwa hubungan mereka sudah berakhir, mungkin saja pria bernama Tomi itu sudah babak belur di tangannya. "Dani!" Pria yang dipanggil namanya tersebut menghela napas berat. Dia paham betul masalah pelik antara sang sahabat dengan mantan kekasihnya itu, yang sialnya masih dicintai oleh sahabatnya. "Gue nggak ngerti deh sama kalian. Kalau kalian masih sama-sama suka, kenapa tidak balikan saja," ucap Fikri seraya menyeruput secangkir kopi. "Itu sama aja Lu nyuruh gue masuk kandang singa. Secinta apa pun gue sama dia. Gue enggak mau jadi perusak rumah tangga orang. Gue masih punya harga diri." Tegas Bagas. Aziz dan Fikri mengangguk paham. "Tapi gue masih nggak ngerti, kenapa Airah tega nyelingkuhin Lu." Ba

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Rumor

    "Ketika kepercayaan dirusak, kata maaf sudah tak ada artinya lagi." Anonim *** Suara petir menggelegar diiringi suara gemuruh hujan yang turun membasahi bumi Pertiwi. Suara adzan subuh pun telah terdengar mengalun merdu seantero jagat raya membangunkannya dari tidur lelap. Airah menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya seraya bergegas masuk ke dalam kamar mandi, berwudhu dan melaksanakan salat subuh. Tepat saat matahari menyingsing, dia telah siap dengan balutan gamis grey polos yang senada dengan warna jilbab lebarnya. Melangkah turun, menuju meja makan. Di sana kedua orang tuanya telah duduk manis di kursi masing-masing. Selepas sarapan, dia gegas pamit kepada kedua orang tuanya. Menuju kampus. Setibanya di tempat tujuan, wanita itu mengernyit heran saat melihat para mahasiswa yang menatapnya sedemikian rupa. Apa ada yang salah? Airah menelisik penampilannya sendiri. Tidak ada. "Pantas sekarang berjilbab. Cuma kedok belaka." "Cih, sok su

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Cemburu

    Aku memang masih sering meneteskan air mata atas takdir perpisahan cinta kita, bukan karena aku menginginkanmu kembali, tapi karena aku menginginkan kelapangan hati untuk bisa melihatmu bersama dengan yang lainnya. Perih memang tapi harus kulakukan. Bagas Gunawan Basri *** "Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa jatuh dari motor seperti itu?" cecar Airah seraya duduk di samping Bagas, menyerahkan obat yang baru saja ia ambil dari Depo Farmasi. "Hanya keserempet mobil yang menyerobot melawan arah, " balasnya tak acuh sembari menerima obat yang diberikannya. Airah mendengus. "Dan orang itu tidak bertanggung jawab." "Hanya luka kecil." Bagas bangkit berdiri. Airah mengikuti. Mengekori langkah Bagas seperti anak ayam yang mengikuti induknya. "Apa kamu yakin tidak perlu dipapah?" tanya Airah balik. Dia meringis melihat Bagas yang berjalan terseok-seok sambil memenangi sebelah kakinya yang sakit. "Tidak perlu. " Beb

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Kecelakaan

    Jadilah seperti lilin, agar engkau mengerti apa itu cinta dan ikhlas yang sebenarnya. Rabi'ah Adawiyah *** Kicauan burung kenari saling bersahutan di atas rimbunan pepohonan. Bertasbih memuji Allah Azza Wa Jalla . Rerumputan hijau bergoyang seirama dengan hembusan angin. Arunika pun telah memancarkan cahayanya di atas horizon sebelah timur, hingga menampilkan kehidupan alam semesta dengan hiruk-pikuknya keramaian umat manusia. "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun" (QS. Al-Isra:44). Airah melengkungkan senyuman saat melihat anak-anak kecil yang ia perkirakan seumur dengan Hafsyah tengah berkejaran-kejaran dengan riang gembira. Anak perempuan yang bermain perosotan dengan ibunya, dan anak laki-laki yang bermain bola dengan

  • Takdir Cinta SejatiĀ Ā Ā Masih Dengan Perasaan Yang Sama

    Cinta meninggalkan ingatan yang tidak dapat dicuri oleh siapa pun, tetapi terkadang meninggalkan sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh siapa pun. ~Anonim. *** Cinta itu laksana sayatan pedang yang menghujam, tembus masuk ke dalam ulu hati, sekuat apa pun sang pencinta untuk melepaskan belenggu sayatan pedang itu, akan sia-sia, jika hati dan jiwanya masih terpaut pada sang kekasih hati. Tidak mudah memang melepaskan sangkar memori yang terus bergentayangan dalam ingatan karena dia layaknya memori internal yang menyimpan banyak kenangan masa lalu tersimpan utuh jauh ke dalam cranium dan terbungkus rapat oleh selaput otak yang kuat. ā€œBagaimana caranya aku memberitahumu, bahwa berbicara denganmu dapat menyembunyikan segala yang ada di hatiku.ā€ Kristal bening yang menumpuk dari pelupuk matanya, kini jatuh bercucuran membasahi kedua pipinya. ā€œAku sangat merindukanmu Bagas.ā€ Kepalanya mendongak, memandangi cahaya rembulan di langit malam sana. Di langit yang gelap gulita, bulan

DMCA.com Protection Status