Ketegaran berawal dari kesabaran. Kesabaran berawal dari penerimaan dan penerimaan berawal dari ketulusan, maka berusahalah untuk menerima sebuah keputusan dengan lapang dan petiklah kebahagiaan di akhir nanti!(Sang Penjaga Hati)***Alika sudah sampai di kampus. Ini hari pertama masuk kuliah, setelah beberapa waktu yang lalu ia mengikuti ospek selama lima hari.Alika memang jarang keluar dari rumah, keluar pun harus bersama keluarga. Ia masih canggung dan sedikit kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan luar.“Kenapa belum keluar?” tanya Aiman lembut. Aiman melihat Alika hanya berdiam saja di kursi penumpang, padahal mereka sudah sampai sekitar lima menit yang lalu. “A-aku minder, Kak. Aku belum tahu di mana kelasku, aku tahu fakultasnya saja. Fakultas desain interior dan pembangunan,” ungkapnya jujur. Aiman tersenyum menanggapi. “Baiklah, kalau kamu tidak keberatan aku antarkan mencari kelasmu,” tawarnya.Alika langsung berbinar. “Tentu saja tidak keberatan, makasih, Kak. Su
Kecewa pada hal yang tidak sesuai dengan harapan kita itu wajar, tapi jangan pernah kehilangan harapan untuk tetap melangkah demi masa depan yang lebih baik lagi.(Alika – Sang Penjaga Hati)***Aiman masih bingung, harus di hadapkan pada dua pilihan. Jujur dirinya tidak tega melihat Alika menangis. Ia pun tidak mau menyalahgunakan kepercayaan Devina.“Kita pulang saja, Kak. Abaikan keinginanku,” lirih Alika sambil mengusap kasar air matanya. Ia masih memalingkan wajah ke arah luar, sama sekali tidak mau melihat Aiman.“Kamu bisa menelepon Mamamu untuk minta izin,” ucapnya memberi saran. “Meskipun minta izin tidak akan diizinin, Kak. Kakak tidak mengenal Mamaku, kalau tidak boleh ya tetap tidak boleh. Sangat teguh sekali pendirian,” ucapnya kesal. Ia sudah malas berbicara dengan Aiman.Aiman tersenyum menanggapi. “Justru aku mengenal Bundamu Alika, makanya aku menyuruhmu meminta izin dulu padamu. Bundamu itu wanita yang sangat baik, hebat, tegar dan kuat. Hanya saja trauma takut k
Dengan kedisiplinan, maka kita dapatkan jaminan untuk sebuah hasil yang baik. Namun, kedisiplinan membutuhkan pengorbanan, karena kedisiplinan selalu membawa kebaikan yang lebih besar nantinya. (Alika - Sang Penjaga Hati)***Alika menangis mendengar pembicaraan sang oma dengan Aiman. Ia baru tahu kalau pemuda itu memang sengaja dipertemukan untuk menjaganya. Ada perasaan marah dan kecewa pada Aiman.Alika melihat pemuda itu meninggalkan gazebo tempat sang oma dan Bik Na bersantai. Ia menatap nanar. Tanpa disadari Aiman tahu ia ada di balkon sedang melihatnya. Mata mereka saling beradu sekilas. Namun, Alika segera memalingkan tubuh. Ia tidak mau Aiman melihatnya menangis.Aiman menggelengkan kepala sambil tersenyum, ia segera menuju pos satpam mengambil kunci motornya di sana.“Sudah mau pulang, Nak?” tanya Mang Damin.“Iya, Mang. Masih ada urusan, di sini pekerjaanku juga sudah selesai,” ujarnya.“Non Alika sejak tadi melihat ke arah Nak Aiman, sepertinya Non Alika mulai ada ras
Akankah? Akankah untuk membeli sebuah kebahagiaan aku harus membayarnya dengan harga mahal. Bahkan aku harus merasakan lelah dan kecewa terlebih dulu untuk membayarnya.(Alika – Sang Penjaga Hati)***Aiman masih menunggu di tempat parkir. Bahkan sudah melebihi jam pulang kemarin, ia menunggu hampir satu jam. Perasaannya semakin tidak tenang kala melihat fakultas sudah mulai sepi. Aiman langsung berlari menuju kelas gadis itu. Betapa terkejut di sana sudah sepi. Ia mencari ke perpustakaan dan kantin, tempat biasa mahasiswa menghabiskan waktu luang, tapi Alika tidak ada di sana. Aiman masih tetap mencari, saat ini ia berada di taman kampus. Namun, percuma gadis itu sudah tidak ada. Ia semakin frustrasi.“Ya Allah ... Alika, di mana kamu? Bagaimana aku mempertanggungjawabkan ini pada Bunda?” lirihnya, ia mengusap kasar wajah tampan yang penuh keringat karena sejak tadi berlari ke sana-kemari.Sudah ke sekian kali ia menghubungi nomor Alika. Namun, gadis itu sengaja tidak mengangkat p
Kamu itu istimewa, satu tipe, satu kategori. Kamu itu perpaduan unik dari segala keindahanmu. (Aiman - Sang Penjaga Hati)***“Kak Aiman, A-aku minta maaf ... apa yang kakak bilang benar. Kita tidak boleh menilai seseorang dari sampul saja tanpa tahu kepribadiannya,” lirihnya penuh penyesalan, air mata sudah membasahi pipinya lagi. Andai pemuda yang ada di depannya itu Rayyan, sang kakak. Ia sudah memeluk dan menangis di bahu itu, meluapkan emosi dan kegalauan. Namun, ia sadar Aiman adalah orang lain yang bukan muhrim. Apalagi ia juga harus menjaga hati dan hati Aiman yang seorang penghafal Alquran.“Iya enggak apa, yang penting aku sudah menemukanmu. Lain kali jangan diulangi lagi, ya,” ucapnya sambil tersenyum lembut, lega rasanya sudah bisa menemukan gadis itu. Alika mengangguk mengerti kegelisahan itu.“Kak, aku mau keluar sekarang! Kalau boleh, jangan antar aku pulang dulu, please ...,” ucapnya penuh harap dengan mata yang masih berkaca-kaca.Aiman masih berpikir, ia belum me
Bila hatimu dipenuhi rasa syukur, hal itu bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar dalam hatimu, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain. Maka selalu syukuri apa pun yang kamu dapatkan, sehingga membuat hati dan langkahmu lapang.(Alika -Aiman ~ Sang Penjaga Hati)“Kak, aku mau cerita tentang Nafisah dan Naima, aku tadi keluar dengan mereka pergi ke toko buku lalu di lanjut ke mall untuk nonton film, aku enggak nyangka saat di mall ternyata mereka sudah janjian sama pacar-pacar mereka. Mereka sangat mesra, Kak. Lalu aku dikenalin juga dengan seorang cowok yang katanya dia yang beliin tiket buat kita. Cowok itu ternyata kur*ng aj*r, berani pegang-pegang tanganku. Aku langsung marah dan keluar dari bioskop itu,” ucap Alika menceritakan pada Aiman tentang kejadian tadi.“Astagfirullah ... kamu harus lebih hati-hati dalam mencari teman, jadikan ini pengalaman kamu supaya kamu lebih waspada pada dunia sekitar,” ucapnya.“Iya, Kak. Terima kasih. Maaf sudah selalu mer
Kita harus berani menerima kekecewaan terlebih dulu supaya kita sadar diri kalau apa yang kita inginkan belum tentu bisa kita dapatkan. (Aiman – Sang Penjaga Hati)***Kebetulan hari ini hari Minggu. Sebenarnya hari ini Aiman libur dari tugasnya mengantar dan menunggu Alika. Namun, hari ini ia dipanggil Abizar dan Devina untuk datang ke sana. Saat ini Alika sedang tidak ada di rumah. Ia pergi bersama Ambar ke rumah Amirah dan ke rumah Rayyan. Kalau mereka sudah ada di sana pulang pun pasti malam.Pukul sembilan Aiman baru datang, karena ia harus murojaah terlebih dulu dengan ustaz pendampingnya. Apalagi setiap hari Minggu jadwal Aiman cukup padat, nanti siang pun ia harus mengikuti pengajian bersama komunitas penghafal Alquran.“Assalamualaikum, Bunda, Ayah,” sapanya sambil berjalan ke arah Abizar dan Devina yang bersantai di halaman belakang.“Wa'alaikumussalam.”“Silakan duduk, Nak.”“Terima kasih, Ayah.”“Mohon maaf kami mengganggu waktumu sebentar,” ucap Devina merasa tidak en
***Kebutuhan paling penting dalam setiap hubungan antar manusia adalah kebutuhan untuk memahami dan dipahami.(Sang Penjaga Hati)Aiman mencoba memantapkan mengubur rasa cinta di hatinya untuk Alika. Mengenyahkan rasa cinta yang mulai tumbuh. Dan jalan satu-satunya yang harus ia tempuh adalah dengan melakukan taaruf dengan gadis lain, sesuai keinginan sang ibu.Aiman akan mengatakan niatnya pada Ustaz Rifai setelah pengajian selesai. “Ya Allah, permudahkah urusanku, mungkin dengan melakukan taaruf dengan gadis lain aku bisa membunuh rasa cinta yang mulai tumbuh di hatiku untuk Alika,” gumamnya.Aiman melajukan mobil menuju markas tahfiz bergabung dengan komunitas penghafal Alquran untuk mengikuti pengajian dan tadarus bersama.Menjelang magrib acara mereka selesai. Ustaz Rifai mengajak jamaah pengajian untuk sholat Magrib berjamaah. Setelah sholat Aiman melihat Ustaz Rifai duduk sendirian. Ia pun menghampiri sang guru.“Mohon maaf, Us. Saya minta waktunya sebentar,” pinta pemuda tam
Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka
Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak
Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa
Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah
Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t
Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p
Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa
Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d
***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati