Sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku hanya diam saja bahkan sekali sekali aku memijat kening ini, tiba-tiba aku merasakan kepalaku tambah pening, untuk menghilangkan rasa pening,aku menutup kedua matanya, berusaha untuk rileks. "Maaf Bu.... dari tadi saya perhatikan ibu sepertinya sedang tidak sehat, apakah ibu baik baik saja."Irfan memperhatikan semua gerak-gerik Humaira, melihat seperti ada yang tidak beres. "Aha.. iya Irfan tiba-tiba saja kepalaku pening sekali,aku berusaha untuk tidur walaupun hanya sejenak, tapi sia sia saja,ini rasa peningnya belum hilang, mungkin aku kecapean kali karena akhir akhir ini pekerjaan di kantor juga menumpuk, apalagi bulan depan insya Allah akan meluncurkan produk baru dan rencananya aku harus berangkat ke luar negeri." "Bu saya antar ke rumah sakit terdekat saja ya.. agar ibu langsung di periksa oleh tenaga medis, saya takut terjadi apa-apa dengan kandungan ibu."Irfan membujuk Humaira agar segera berobat. "Terimakasih banyak Irfan tidak usa
"Iya Ummi... mungkin Humairah kecapean beberapa hari belakangan ini banyak pekerjaan kantor yang menumpuk,dan banyak menyita waktu istirahat Humairah. Alhamdulillah sekarang agak enakkan, tadi Adik... sudah pijitin punggungku.." "Kedepannya kamu tidak boleh terlalu memforsir tenaga untuk bekerja, ingat kandungan kamu Nak, ummi tidak mau kalian berdua kenapa-napa, sini ummi suap biar kamu tidak terlalu lemas,ada sup ayam kampung mumpung masih hangat, kalau sudah dingin rasanya sudah tidak enak."ummi menyodorkan satu sendok makanan di depanku,aku menolak tidak mau merepotkan wanita yang telah melahirkan dan membesarkanku. "Ummi tidak usah....aku bisa sendiri.. maaf, Humairah sudah merepotkan ummi,..."aku mengambil piring dan sendok makanan dari tangannya, Ummi belum beranjak dari sisi tempat tidurku Almeera dan Al Jazair memperhatikan semua gerak-gerikku, terlihat kecemasan yang mendalam dari muka mereka berdua. Aku hanya makan beberapa suap saja itupun terpaksa dan kusesap beberapa
Mas Brian baru saja selesai melaksanakan shalat Jumat di masjid yang berada di area perusahaannya, dia kembali masuk ke dalam ruangan kerjanya, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena Mas Brian tinggalkan sebelumnya untuk melaksanakan shalat Jumat. Ting.ting. Bunyi notifikasi panggilan masuk di handphonenya, Mas Brian segera meraih handphonenya yang berada di atas tumpukan kertas laporan yang belum dia selesaikan. Mas Brian melihat nama sekretarisnya yang terpampang di layar ponselnya, dia langsung menerimanya. "Selamat siang Pak... barusan dari pihak klien kita yang datang dari luar daerah itu menghubungi saya, beliau membatalkan pertemuannya dengan bapak, beliau ada urusan keluarga yang mendadak dan tidak bisa di tinggalkan, anaknya masuk rumah sakit,dan sekarang beliau sudah pulang, beliau juga menyampaikan akan menghubungi saya kembali untuk buat janji bertemu dengan bapak, setelah urusannya selesai." "Oh... Begitu ya,oke tidak apa-apa, terimakasih banyak
Hmm... Perlahan lahan aku buka kedua mata ini, sambil mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya mendiami ragaku, sejenak kulirik jam yang menggantung di bagian atas dinding samping kanan tempat tidurku waktu sudah menunjukkan jam 5 sore,cukup lama juga aku tertidur hari ini,aku merenggangkan semua bagian otot tubuhku dengan merentangkan kedua tanganku. Alhamdulillah kepalaku sudah tidak pening dan sakit lagi. Pada saat aku menoleh kearah kiri tubuhku, secara tidak sengaja aku melihat sosok yang beberapa hari belakangan sangat aku rindukan,eits... apakah ini nyata atau hanya khayalanku semata,aku coba cubit tangan ku,'sakit ' ini benaran Mas Brian aku tidak bermimpi. Mas Brian merasa aku memperhatikan dirinya, dia menatapku sembari berjalan mendekat kearah tempat tidur dan naik duduk di atas kasur persis di samping kanan ku. Mas Brian baru saja selesai menunaikan shalat ashar. "Assalamualaikum Bunda..." "Waallaikum salam Mas..." Aku menyalami tangan imanku, bukannya Mas Brian mele
Aroma udang goreng krispi keluar dari boks makanan yang sudah dibuka satu persatu tertata rapi di atas meja makan,menguar kemana-mana membuat indra penciuman siapa saja tergelitik. Tanpa mengeluarkan suara dan tenaga untuk memanggil kedua buah hatiku itu,indra penciuman mereka sendirilah yang menuntun langkah keduanya menuju ke meja makan. "Kakak...adik...ayo makan ini semua makanan kesukaan kalian berdua sengaja kakek pesan dari restoran." "Iya kakek... waow enak enak semua ini, kakak...ayo jangan biarkan cacing cacing yang ada di dalam perut kakak itu meronta karena terlalu lama tidak di kasih makan.he..he.."anak laki lakiku itu sangat girang sekali sambil terkekeh melihat semua makanan yang ada di depan matanya. "Iya adik... perut kakak sudah keroncongan minta di isi.."Almeera juga tidak mau kalah dengan Al Jazair. Sebelum menyantap makanan yang ada di depan kami semua terlebih dahulu membaca doa itu sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada k
Abah sama Ummi sudah masuk istirahat duluan kedalam kamar, tinggallah Mas Brian dan kedua anaknya. Abah sama Ummi selalu memperhatikan kualitas waktu istirahatnya dan menjaga asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh mereka berdua, aga tidak gampang jatuh sakit, karena di usia mereka sekarang ini cukup rentan terhadap berbagai macam jenis penyakit. Satu hal yang mas Brian yang pelajari dari kehidupan keluarga Abah dan Ummi, mereka berdua selalu saling memperhatikan, saling menghargai satu sama lainnya dan cinta mereka tidak lekang dimakan waktu dan usia sampai sekarang ini. Usia Abah Malik sudah memasuki kepala angka 6 tapi beliau masih cekatan dalam mengurus beberapa bisnis yang Abah geluti, walaupun Abah sama Ummi dari kampung tapi pendidikan mereka berdua itu cukup mencengangkan Abah sama Ummi bertitel sarjana.makanya Abah punya beberapa bisnis sementara ummi hanya mengurus keluarga saja Abah tidak mengizinkan ummi bekerja. Walaupun Abah sama ummi memiliki banyak penghasilan,tapi m
Ceklek. Mas Brian membuka pintu dari luar dan menutupnya kembali, dia melangkah masuk menjatuhkan bobot tubuhnya diatas tempat tidur, Mas Brian melihat aku lagi duduk sandaran di sisi tempat tidur sambil memainkan game online yang ada di handphone. "Bunda... kenapa belum tidur, apakah tubuh Bunda masih ada yang sakit, atau sengaja tungguin Mas karena kangen."Mas Brian sengaja mensejajarkan tubuhnya denganku, Mas Brian juga mengerlingkan sebelah matanya untuk menggodaku "Tubuhku sudah sehat, siapa juga yang tungguin Mas,aku itu belum mengantuk karena siang tadi aku tidur cukup lama kurang lebih 3 jam, Mas saja yang kepedean." "Begitu ya.. berarti Mas saja dong yang kangen dan rindu berat sama Bunda." Mas Brian sengaja merapat tubuhnya kepadaku tanpa membuang waktu Mas Brian merengkuh tubuhku kedalam pelukannya. Jantungku berdebar kencang, seperti mau copot dari tempatnya, bukan hanya itu mukaku sudah merona merah seperti buah tomat,karena Mas Brian tiba tiba saja mencium tengkukku
Bulu kudukku meremang seketika, alam bawah sadarku juga bereaksi secara spontan, secara naluri aku berusaha untuk menolak perlakuan Mas Brian,tetapi sepertinya naluriku kalah dari reaksi tubuh ini, secara spontan merespon dengan cepat atas semua perlakuan Mas Brian. 'Di bagian sisi lain hatiku masih menyimpan rasa sakit atas semua kebohongan yang kamu lakukan mas, akan tetapi di sisi lainnya aku menginginkan sentuhan sentuhan lembut dan penuh hasrat darimu Mas' ada apa dengan diriku ini. "Bunda... saya tau mungkin secara naluri Bunda menolak semua yang saya lakukan sama Bunda,tapi tubuh Bunda justru berkehendak lain, Bunda...tolong jangan abaikan saya...."Mas Brian semakin mempererat pelukannya"Bunda... saya sangat menginginkan Bunda saat ini, saya mohon Bunda... "suara Mas Brian semakin serak seperti lagi menahan beban berat yang ada dalam dirinya. Aku hanya bisa pasrah dan diam, tidak tau apa yang harus aku lakukan,aku berusaha membalik tubuh untuk berhadapan langsung dengan Mas