Bang Rendi tidak menyadari kalau Mas Reno menghentikan mobilnya di halaman depan rumah orang tuanya karena sepanjang perjalanan Bang Rendi tertidur dengan pulas karena kelelahan, Mas Reno berusaha untuk membangunkan bang Rendi . "Pak... Pak....ayo bangun kita sudah sampai di rumah bapak ini." "Hoamm....ya.. maaf aku ketiduran ."bang Rendi membuka kedua kelopak matanya sambil merentangkan kedua tangannya untuk melemaskan otot-otot punggungnya yang tegang. "Tidak apa-apa.... Pak." "Reno... Winda... makasih ya sudah mau antarin saya pulang,ayo mampir dulu..." "Sama sama Pak.. terimakasih juga atas ajakannya Pak, maaf nanti lain kali saja ini sudah larut malam juga, bapak harus segera istirahat." "Okelah... kalau begitu, hati hati dijalan, selamat malam." "Selamat malam juga Pak..." Setelah tidak melihat mobilnya Mas Reno, Bang Rendi baru beranjak masuk kedalam rumah.Untung saja dia selalu membawa kunci rumah orang tuanya, jadi kalau dia pulang terlambat, Bang Rendi tidak lagi mem
Pertemuannya dengan Dani alias Alma di kediamannya ibu Humairah, membuat hati Irfan gundah gulana, apalagi tadi mereka sempat bersitatap walaupun hanya sekilas, masih jelas di ingatan Irfan kalau tubuh Alma menunjukkan perubahan terutama pada bagian perut, Alma terlihat seperti sedang hamil apakah itu anaknya atau bukan ya...'afghhh.... pusing... pusing...kenapa jadi seperti ini' 'Untung saja tidak ketahuan sama papa, kalau sampai itu terjadi...bisa gawat saya harus segera menemukan keberadaan Dani secepatnya, jangan sampai Papa lebih dulu menemukan keberadaannya.'batin Irfan. Irfan tau apa yang harus di lakukan,dia segera menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tau keberadaan Alma. "Halo selamat malam bos...ada apa."sapa orang di seberang sana. "Malam juga.... maaf saya ganggu waktu istirahat kalian, tolong cari tau keberadaan wanita ini namanya Dani, untuk nama panjangnya saya tidak tahu, tadi saya melihatnya di kediamannya Ibu Humairah,nanti saya kirim fotonya, segera sa
Di bantu salah satu anak buahnya Irfan berjalan mendekati salah satu tempat kos kosan yang berjejer rapi di depannya. Tok. Tok. Irfan mendengar langkah kaki semakin mendekati pintu di depannya. Ceklek. Pintu berhasil terbuka dari dalam, alangkah kagetnya Alma melihat Irfan sudah berdiri di depan pintu tempatnya dia menginap, tanpa mengurangi suara Alma berusaha menutupnya kembali namun salah satu tangan Irfan menahannya. "Assalamualaikum Dani...apa kabar,maaf kalau saya mengganggu kamu malam malam begini." "Waallaikum salam Mas.... Mau ngapain kamu malam malam ke tempat saya Mas....aku sedang istirahat tidak menerima tamu."Alma masih berdiri di depan pintu tanpa memberikan ruang kepada Irfan untuk ikut masuk ke dalam. "Maaf kalau kedatangan saya tidak bekenan di hati kamu Dani... berikan saya waktu sejenak untuk menjelaskan kedalam pahaman ini,aku mohon...."Irfan mengunci kedua netra Alma dengan tatapan mata elangnya, sambil ringsek masuk kedalam dan duduk di kursi yang ada di
Tante Vivi merasa terganggu karena percakapan antara Om Afandi dengan anggotanya itu, akhirnya ikut terbangun. "Siapa sih yang telepon papa malam malam begini, mengganggu waktu istirahat mama saja,mama sudah tidak bisa tidur lagi ini."Tante Vivi sudah mulai mengeluarkan omelannya kepada Om Afandi. "Ini ma... anggota papa yang telepon, memberikan informasi kalau Irfan sekarang lagi berada di luar sedang menemui seorang wanita di salah satu tempat kos kosan." "Apa... dasar anak nakal, bukannya istirahat malah keluyuran malam malam begini, apa sih yang dia cari sampai mengorbankan waktu istirahatnya."kedua mata Tante Vivi membulat sempurna saking kagetnya. "Papa juga tidak tau ma....kita tunggu saja sampai dia pulang baru papa interogasi dia dari mana saja dan apa yang dilakukan di luar sana malam malam begini,oh ya... tadi anak buah papa mengirimkan beberapa foto kalau Irfan benar benar lagi berada di luar." Om Afandi langsung menelusuri seluruh pesan masuk di handphonenya, Tante V
Irfan sudah kembali dari tempat Alma menginap,ada rasa lega merayapi seluruh relung hatinya.Irfan sudah berdiri di depan pintu rumahnya, dengan pelan-pelan Irfan membuka pintu dan masuk kedalam, Irfan berjalan sambil berjinjit agar derap langkah kakinya tidak terdengar oleh telinga kedua orang tuanya. Tak. Tak. Bunyi suara saklar lampu di tekan dengan keras, tiba-tiba saja seluruh ruang keluarga kediaman orang tuanya terlihat terang benderang,di sana sudah ada papa dan mamanya sedang menunggu kedatangannya dengan tatapan membunuh.'Gawat sepertinya malam ini saya akan di sidang habis habisan,mau tidak mau saya harus menceritakan semuanya kepada papa dan mama, karena kalau sampai saya berbohong sedikit saja,bisa di habisi sama papa' batin Irfan.Langkah kaki Irfan juga terhenti seketika. "Assalamualaikum...papa... mama.."Irfan menyapa dan sambil menyalami tangan kedua orang tuanya itu dengan perasaan was-was dan ketakutan. "Waallaikum salam.... dari mana kamu malam malam begini, buk
Mobil yang dikemudikan oleh Om Afandi menembus gelapnya malam,demi Irfan dia rela keluar malam malam untuk menjemput Alma, wanita yang telah di hamili oleh putranya itu. Mobilnya Om Afandi sudah berhenti di pelataran halaman rumah kos kosan yang salah satunya di tempati oleh Alma selama dia berada di Jakarta sini. Irfan mengetuk pintu tempat Alma menginap, sekitar 20 menit lalu Irfan baru saja dari sini,kini dia kembali tidak sendirian tapi bersama dengan kedua orang tuanya. Tok. Tok. Terdengar langkah kaki dari dalam mendekati pintu. Ceklek. Bunyi suara pintu terbuka dari dalam, Alma sangat kaget melihat Irfan kembali berdiri di depan pintu tempatnya menginap dan di temani oleh sepasang suami istri. "Assalamualaikum Nak... perkenalkan kami orang tuanya Irfan saya Afandi dan ini Vivi istri saya."Alma menyalami tangannya Om Afandi dan juga Tante Vivi. "Waallaikum salam.... silahkan masuk Om.. Tante..., silahkan duduk."Alma mempersiapkan kedua orang tuanya Irfan masuk dan duduk
"Sudah semuanya Nak... tidak ada lagi yang ketinggalan,coba di cek lagi.." "Sudah tidak ada lagi ma.... semuanya sudah Alma bereskan, saya hanya membawa beberapa potong pakaian saja." Alma hanya membawa beberapa potong pakaian gamis dan juga kardigan, dulunya Alma tidak berhijab, tapi semenjak dia hamil dia mulai hijrah pelan pelan dia bertekad untuk merubah hidupnya menuju kearah yang lebih baik lagi. "Irfan kamu bantu Alma, tolong bawakan kopernya." "Iya ma...."Irfan menarik koper Alma dengan susah payah,karena memang kondisi tubuhnya belum pulih, melihat Irfan kesusahan menarik koper Alma, akhirnya Om Afandi sendiri yang turun tangan. "Minggir sana... biar papa saja yang angkat, jalan saja masih susah, apalagi mau angkat koper ini, jangan sok kuat...."Om Afandi menegur Irfan dengan suara baritonnya. "Iya pa.... makasih ya..."Irfan hanya cengar-cengir saja. "Ayo kamu bantu bukain pintu untuk Alma, itukan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra."lagi lagi Om Afandi mengeluarkan
Om Afandi tidak bisa memejamkan kedua matanya karena ada sebuah pertanyaan di dalam benaknya tentang kehidupan Alma sebelumnya.Setelah mendengarkan nama lengkap Alma tadi,Om Afandi menjadi ragu dengan kehamilan Alma apakah itu benar-benar anak Irfan atau anak laki laki lain. Om Afandi kembali teringat dengan cerita Irfan kalau sebelumnya almarhum Brian pernah menikah dengan wanita lain yang namanya sama persis dengan nama Alma, Om Afandi bimbang, kalau benar Alma adalah wanita yang pernah menikah dengan almarhum Brian, jangan jangan anak yang ada dalam kandungannya itu anaknya almarhum Brian bukan anaknya Irfan.Huhh....Om Afandi membuang nafasnya dengan kasar.'nanti besok saya harus menanyakan secara langsung kepada Alma tentang semua pikiran yang bergelayut di atas kepalanya saat ini. Tante Vivi juga belum bisa memejamkan kedua matanya.Ada berbagai macam pikiran yang berseliweran di dalam benaknya, mendengarkan suaminya membuang nafas dengan kasar, sontak saja menarik perhatiannya.