Bang Rendi langsu menghampiri bapak bapak polisi yang tadi, yang di panggil Danru dan salah satu anak buahnya."Hei...kamu kesini dengan cara merayap,dalam hitungan 3 kamu sudah berada di depan saya."Bang Rendi memberikan instruksi dengan muka garang, seperti harimau yang siap menerkam mangsanya.Sepertinya bapak itu melawan tidak mau mengikuti kata kata Bang Rendi.Salah satu anak buah Bang Rendi langsung menendang salah satu tulang kering pak polisi itu."Bukh..."Karena kesakitan pak polisi itu langsung turun dan merayap mendekati Bang Rendi,di iringi dengan suara Bang Rendi yang menggelegar di udara."Satu....dua....tiga...." Pas pada hitungan ke tiga pak polisi itu sudah berada di depannya Bang Rendi."Keluarkan handphone kamu...dan cepat serahkan kepada saya.... sekarang juga.""Untuk apa bapak mau mengambil handphone saya." Pak polisi itu masih mempertahankan handphonenya."Prak...."Suara tulang patah terdengar ngilu di telinga kami, salah satu kaki Bang Rendi telah bertengger
"Halo bos.... selamat siang."sapa seseorang dari sebrang sana. "Selamat siang juga.. bagaimana apakah kalian sudah berhasil menghabisi nyawa Brian serta seluruh keluarganya!"sahut Pak Airlangga dengan berapi-api. "Sudah bos...anak buah saya sudah melakukan semua perintah bos, anak buah saya sudah menghabisi nyawa Pak Brian dan juga keluarganya pada saat mereka menuju ke bandara." "Bagus....ha....ha.... semuanya telah berakhir."Pak Airlangga terkekeh karena rencananya telah berhasil. "Ha...ha...." "Sesuai dengan perjanjian kalau pekerjaan kalian berhasil, saya akan memberikan bayaran yang setimpal." "Siap bos.... kami sudah melaksanakan semua yang bapak perintahkan." "Oke... saya sudah transfer, sesuai dengan perjanjian." "Iya bos... terimakasih." Terlihat dari wajahnya Pak Airlangga sangat bahagia setelah menerima kabar dari orang kepercayaannya kalau Brian dan keluarganya sudah di habisi. "Ha....ha.... Akhirnya semua ini menjadi milik saya, tanpa bersusah payah dan bekerja
Pak Airlangga baru saja meletakkan handphonenya diatas nakas yang berada di sampingnya, handphonenya kembali berdering ada panggilan masuk, dilayar handphonenya terlihat ada sederet nomor yang sama sekali Pak Airlangga tidak kenal, Pak Airlangga dengan ragu ragu dia menerimanya. "Halo... selamat siang..." "Selamat siang juga Pak.... maaf saya mau memberitahukan kepada bapak, kalau situasi perusahaan sekarang sedang kacau dan juga Pak Rian serta semua orang yang menduduki jabatan penting di perusahaan sedang di tahan oleh orang orang tidak dikenal, mereka semua di bawah entah kemana,kami tidak tau."suara orang yang berada di seberang sana sedang menjelaskan situasi perusahaan Airlangga Aditama Group kepada Pak Airlangga. "Apa.... kenapa baru telepon sekarang,apa yang terjadi dengan perusahaan..." "Maaf Pak...kami semua panik dan ketakutan karena sejumlah orang datang langsung menyerbu perusahaan semuanya menggunakan senjata tajam, perusahaan sekarang sudah kosong semua karyawan lar
Orang yang meringkus Pak Airlangga dan juga istrinya, segera menghubungi Bang Rendi melalui pesan singkat untuk memberikan informasi kalau saat ini pelaku sudah di amankan. ("Selamat siang bos, kami sudah meringkus Pak Airlangga dan juga istrinya, sekarang kami akan membawa mereka berdua ke markas, untuk selanjutnya kami menunggu instruksi dari bos saja.") ("Oke... kalian bawa mereka ke tempat seperti biasa, mereka tidak boleh bertemu dengan anak dan juga cucunya, kalian tempatkan secara terpisah, ingat lakukan seperti biasa, jangan beri mereka ampunan,siksa mereka sampai benar benar sengsara, saya ingin melihat mereka menderita dan merangkak minta maaf pada wanita yang sangat saya cintai.") ("Siap bos....") ("Terimakasih....") ("Sama sam...") Pak Airlangga dan juga seluruh keluarganya sudah di amankan oleh orang orang kepercayaannya Bang Rendi, mereka semua di tempatkan secara terpisah, Rian di satukan dengan istri dan anaknya, sementara Pak Airlangga bersama Bu Rima. Setelah
Abah sama Ummi masih mendampingi dan membantu Humairah untuk berdiri agar segera naik ke atas pesawat, Abah sama Ummi juga sangat menghawatirkan kondisi Mas Brian."Nak...ayo kita harus segera menyusul suami kamu naik ke atas pesawat, kita tidak boleh mengulur ulur waktu, nyawa suami kamu harus segera di selamat kan,kamu harus kuat Nak."Abah coba memberikan semangat kepadaku."Iya Abah... "Dengan susah payah aku berusaha berdiri dan melangkahkan di tuntun oleh Abah sama Ummi, baru beberapa langkah keseimbangan tubuhku tidak stabil dan ambruk seketika, selanjutnya aku sudah tidak tau karena semuanya gelap.Bang Rendi yang sedang berjalan berada pesan di belakang Humairah dengan sigap dia langsung menangkap tubuhnya jangan sampai jatuh ke bawah,bisa berbahaya bagi kandungan Humairah kalau sampai dia terjatuh."Humairah.... Humairah...ayo bangun jangan bikin saya tambah panik."Bang Rendi masih berusaha menyadarkan Humairah, tapi sia sia karena Humairah masih pingsan.Dengan tidak membuang
Para perawat yang sedang bekerja menangani Humairah baru menyadari ternyata kedua laki laki yang berada di depan mereka ini adalah orang sama sama dan sangat mencintai sang wanita yang sedang tergolek lemah di atas veldbet dan sedang mereka rawat saat ini.Setelah pekerjaan mereka selesai, para perawat itu secara pelan undur diri mereka sengaja memberikan ruang untuk Bang Rendi dan Mas Brian untuk berbicara, bukan hanya para perawat itu, Abah sama Ummi juga segera mengajak Almeera Dan Al Jazair melangkah ke kursi depan yang letaknya agak jauh dari mereka berdua, Abah dan Ummi sengaja lakukan itu, agar Bang Rendi dan Mas Brian bisa leluasa berbicara dari hati ke hati."Rendi... terimakasih banyak kamu sudah mau menolong kami, walaupun kamu tau Humairah sudah menikah dengan saya,tapi kamu masih mau bersusah payah membantu keluarga saya, sekali lagi terimakasih."Mas Brian menggenggam tangan kanan Bang Rendi dengan kedua tangannya."Tidak apa-apa Brian... saya ikhlas melakukan semuanya,ad
Rasanya kepalaku pening sekali, badanku juga pada sakit semua,aku berada di mana ini,kenapa semuanya asing bagiku.Seketika ingatanku kembali normal aku langsung terduduk dan aku belum menyadari kalau Mas Brian tegolek lemah di atas tandu yang berada di sampingku,di mana Mas Brian, apakah...apakah....'oh tidak.... membayangkannya saja aku tidak sanggup, apalagi ini jadi kenyataan, Mas Brian apakah aku sudah kehilangan kamu untuk selamanya.'aku bingung hingga tak terasa air mataku jatuh luruh seperti air bah. "Bunda.... Bunda...kamu sudah sadar, syukur Alhamdulillah ya Allah."aku mendengar suara dari orang yang sangat aku cintai, dengan refleks aku menoleh ke arah datangnya suara tadi. "Mas... gimana keadaan kamu, apakah masih sakit."aku melangkah pelan pelan menghampiri tempat Mas Brian berbaring. "Bunda... maafkan saya juga ya,karena saya tidak bisa menjaga dan melindungi kalian, ini semua kesalahan saya, kalian semua ikut terseret.Bunda harus kuat ya demi anak anak kita, ingat ada
Perawat yang di tugaskan untuk mengawasi kondisi Mas Brian,telah selesai memeriksa kondisi tubuh Mas Brian,dia telah kembali bergabung dengan kru yang lainnya."Bu... kondisi Pak Brian sekarang ini sangat menghawatirkan,karena dia banyak kehilangan darah dan juga ada dua butir peluru yang sedang bersarang di dalam tubuhnya, besar kemungkinan peluru peluru itu mengenai organ intim yang ada di dalam tubuh Pak Brian,ibu banyak banyak berdoa ya semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan juga keselamatan pada Pak Brian.""Aamiin...iya suster.""Untuk sementara kami hanya memberikan obat penenang agar Pak Brian bisa tertidur,itu pun tidak berlangsung lama, nanti setelah sampai di rumah sakit baru dokter spesialis yang akan menangani Pak Brian.""Iya suster... terimakasih."Setelah mendengarkan semua kata kata perawat tadi, seluruh kekuatan tubuhku runtuh seketika,aku terhuyung ke samping aku berusaha meraih kursi yang berada di depanku untuk aku jadikan sebagai penopang tubuhku agar te
Mobil yang membawa Papi Yuda, Mommy Meta, Abah Malik dan Ummi Salamah sudah berhenti di dalam area parkiran sekolah bersebelahan dengan mobilnya Humairah.Mereka semua sudah turun dari mobil.Secara bersamaan juga mobil orang tuanya Mas Sony, Pak Candra Sanjaya juga parkir tidak jauh dari mobilnya Papi Yuda. Dengan setengah berlari Sony menghampiri sang ayah,dia takut jangan sampai ayahnya mencari cari keberadaannya. "Selamat pagi Daddy...."sapa Mas Sony. "Selamat pagi juga Sony....mana Mommy kamu..."jawab Pak Candra sambil mencari keberadaan sang istri. "Itu Mommy...."jari tangan Mas Sony menunjuk ke arah Mommy Shinta yang sedang berdiri tidak jauh dari Papi Yuda dan Abahnya Humairah. Pak Candra menghampiri sang istri, secara tidak sengaja matanya bersitatap dengan Papi Yuda.Dengan langkah tidak sungkan dia memanggil Papi Yuda. "Selamat pagi Yuda....apa kabar...."sapa Pak Candra tanpa embel-embel Pak di depannya. "Selamat pagi juga Candra.... Alhamdulillah baik, setelah sekian p
Mommy Shinta yang sedang kesal karena sang putra tiba tiba meninggalkan dirinya dalam mobil,menyeret langkah kakinya dengan cepat setelah melihat Sony yang sedang berdiri mematung melihat Humairah dan Kendrick ngobrol. "Sony....kamu tuh ya... keterlaluan masa Mama di tinggal sendiri dalam mobil...mana di sini banyak sekali mobil yang sedang parkir, Mama itu kesulitan mencari kamu, terus lari kemana lagi itu Kendrick...."Mommy Shinta sangat kesal dengan kelakuan sang putra,karena meninggalkan dirinya sendiri dalam mobil. "Maaf mom....tadi Sony kejar Kendrick yang lagi ngambek karena Sony tidak membawakan Mommy untuk menyaksikan penampilannya di acara pentas sebentar...."jawab Sony tanpa mengalihkan perhatiannya dari sang putra. "Oh gitu....kamu liatin apa sih,terus Kendrick lari kemana, kenapa kamu berhenti di sini dan tidak mencari Kendrick... Mama takut jangan sampai dia kenapa-napa,mana banyak sekali mobil yang sedang berseliweran....ayo cepat kita cari dia..."Mommy Shinta dengan
Mobil yang di kendarai oleh Humairah sudah memasuki gerbang sekolah.Petugas keamanan yang kerja di sekolahnya Almeera dan Al Jazair ini berhubungan baik dengan Humairah dan almarhum Brian semasa hidupnya.Brian adalah salah satu orang yang menjadi donatur tetap sekolah ini dan dia juga sering berbagi rezeki dengan para petugas keamanan di sekolah ini. Jadi tidak heran lagi begitu melihat mobil yang di gunakan oleh Humairah petugas itu langsung berlari menghampirinya dan mengarahkan Humairah agar memarkirkan mobilnya di dalam area sekolah persis di tempat parkir mobil kepala sekolah.Tadinya Humaira sudah bingung mau parkir di mana karena didalam halaman sekolah maupun lahan kosong yang berada di luar pagar sekolah sudah penuh dengan mobil mobil orang tua wali murid yang datang menyaksikan acara pentas seni hari ini. Humairah melangkah dengan anggun keluar dari mobil dan menghampiri pintu yang ada di sebelahnya, dengan sekali hentakan dia sudah membukakan pintu untuk sang ibu mertua
Bang Rendi langsung memasukkan handphonenya kedalam saku jas yang dia kenakan,dan kembali masuk menemui para dewan direksi yang sedang menunggu dirinya di dalam ruangan khusus untuk melakukan rapat rapat penting yang berhubungan dengan perusahaannya. Bang Rendi langsung memutuskan untuk mengakhiri rapat kali ini, karena masih ada hal penting lainnya yang harus di kerjakan,dia harus ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair,dia sudah berjanji akan menyaksikan penampilan kedua anak sambungnya itu. "Saya kira pertemuan kita kali ini cukup sampai di sini, nanti kita lanjutkan lagi di kesempatan berikutnya,apa yang telah kita bahas tadi... semua laporannya tolong serahkan kepada sektretaris saya Pak Wira.... terimakasih sudah mau memenuhi undangan saya untuk ikut rapat hari ini."Bang Rendi menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh dewan direksi yang hadir pada rapat hari ini. Dengan langkah terburu buru Bang Rendi kembali ke ruangannya di ikuti oleh Pak Wira sekretaris pribadinya. "Maa
Dalam perjalanan Mama Inda langsung sibuk dengan handphonenya.Aku hanya memperhatikan lewat lirikan ekor mata saja,karena kedua netraku fokus kedepan, takut jangan sampai aku menabrak kendaraan orang lain, semua orang yang berada di dalam mobil yang aku kemudikan saat ini adalah tanggung jawabku. Bibir Mama Inda tidak pernah lepas dari senyum manisnya,pada saat menatap layar handphonenya yang sedang berada di dalam genggaman tangannya.Karena Al Keenan sudah tertidur kembali, Mama Inda langsung menyerahkannya kepada Bi Jumi untuk di gendong. Mama Inda sangat sibuk mengirimkan pesan singkat kepada orang lain,aku sendiri tidak tau dengan siapa di berkirim pesan singkat,aku diam saja ,karena untuk menanyakannya secara langsung sepertinya tidak mungkin,itu sama saja aku mencampuri urusan orang lain, Mama Inda juga butuh privasi. 'Mama kerjain aja itu anak nakal...gimana ya reaksinya setelah melihat foto Humairah ini,mama mau lihat apakah dia diam saja atau langsung menghubungi Humairah
Setelah merasa cukup bersih,aku langsung keluar dan segera masuk kedalam walk in closet untuk segera berpakaian, semua aku lakukan dengan cepat karena waktu sudah menunjukkan jam 9.30,kami harus segera ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair.Terakhir tinggal aku memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan juga hijabku, dengan segera aku hampiri Bi Jumi,aku mengatakan agar beliau siap siap juga."Bi.... silahkan bersiap siap,aku sudah selesai hanya tinggal memulaskan makeup dan mengenakan hijab saja, Al Keenan di tinggal saja.... nanti aku yang jagain..."segera aku suruh bi Jumi untuk bersiap-siap."Iya Bu....bibi tinggal dulu ya...."jawab Bi Jumi."Iya Bi.... silahkan...."Setelah Bi Jumi berlalu menuju kamarnya meninggalkan aku dan Al Keenan.Segera aku memulaskan makeup yang telah tersedia di atas meja rias yang di siapkan oleh Bang Rendi untuk meletakkan semua peralatan makeup milikku.Aku hanya memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan tidak menor,ini aku
Aku menghampiri Mama Inda yang sedang duduk santai di ruangan keluarga, beliau lagi nonton acara favoritnya yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi di negeri ini.Dengan pelan aku menjatuhkan bobot tubuhku di samping Mama Inda,aku menyampaikan keinginanku secara perlahan-lahan, takut saja jangan sampai beliau tersinggung. "Ma.... sebentar jam 10 Humairah ijin keluar ya,mau menghadiri acara pentas seni yang di ikuti Almeera dan Al Jazair di sekolah mereka..."aku menyampaikan maksud ku kepada Mama Inda, bagaimana pun sekarang beliau sudah menjadi orang tuaku juga. "Iya ... tidak apa-apa, Mama ikut juga ya.... Mama pengen lihat aksi mereka berdua, pasti seru.... nggak apa-apa kan kalau Mama ikut melihat mereka tampil..."Mama Inda ingin ikut juga ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair. "Benar mama mau ikut....mama tidak bercanda kan..."aku senang sekali mendengarkan keinginan ibu mertuaku itu. "Iya benar..... Mama serius.... Almeera dan Al Jazair pasti senang kalau semua Oma dan
Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya Bang Rendi wajahnya berseri seri, senyum indahkan tidak lepas dari bibirnya.Walaupun tadi dia sempat dongkol karena ulah jahil sang papa,tapi kini moodnya sudah baik kembali.Masih segar dalam ingatannya.... melihat wajah Humairah yang ketangkap basah olehnya karena secara diam-diam mencium bibirnya tadi malam. "Sudah sebulan saya menikah Humairah... baru tadi malam saya menyentuh kulitnya halus sekali seperti pualam.... argkhhh....kenapa juga benda pusaka kesayangan saya ini langsung bereaksi, padahal saya hanya mengingat kelakuan Humairah tadi malam, rasanya saya sudah tidak sabar menunggu 5 hari lagi..... bersabarlah 'adik kecil' sebentar lagi kamu akan mendapatkan sangkar baru yang selama ini kamu belum pernah kamu singgahi...."Bang Rendi bergumam sendiri sambil memegang benda pusaka kesayangannya. "Untung saja tadi pagi saya sudah mengirim semua foto Humairah tadi malam ke ponsel saya .... saya tidak bisa bayangkan kalau ada orang yang s
Humairah setelah mengantar kedua buah hatinya sampai mobil yang membawa mereka berdua keluar dari pekarangan rumahnya Bang Rendi, hendak masuk kembali kedalam untuk menyamperin sang suami, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti karena dia melihat sang suami sudah berada persis di depan pintu utama. "Baby.... Abang berangkat dulu ya .. insya Allah jam10 nanti Abang langsung ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair....kamu nggak apa-apa kan ke sekolah mereka di antar oleh sopir....atau Abang jemput kamu kesini baru kita berangkat bareng bareng kesana..."Bang Rendi merasa tidak enak kalau Humairah berangkat ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair di antar oleh sopir,dan akhirnya menawarkan diri untuk datang menjemputnya. "Iya tidak apa-apa.... Abang tidak usah jemput lagi ke sini, Abang langsung saja dari kantor ke sekolahan anak anak, nanti aku diantar sama sopir saja..."Humairah menolak di jemput oleh sang suami.Rencananya Humairah akan bawa mobil sendiri,karena Mang Udin nanti sore akan men