Mendengar perkataan Pak Yuda barusan, hati dokter Leonardo cukup terkejut,apa gerangan yang menimpa Pak Yuda ini, sejarah beliau ini seorang pengusaha hebat dan memiliki otak yang sangat jenius. "Saya akan memeriksa kondisi tubuh Bu Meta dulu, kalau bapak tidak keberatan saya akan merujuk Bu Meta ke rumah sakit luar negeri, apakah bapak tidak ingat bapak jug memiliki sebuah rumah sakit di Singapura." "Silahkan saja dokter Leonardo, saya serahkan semuanya kepada dokter mengenai penanganan kesehatan istri saya Meta, maaf karena sudah terlalu lama saya jadi tidak mengingat semuanya." Setelah memeriksa kondisi Bu Meta dokter Leonardo kembali mengajak Pak Yuda kembali ke ruang tamu tempat mereka tadi ngobrol. Pak Yuda duduk di kursi samping Rendi, sementara dokter Leonardo duduk di kursi yang berhadapan dengan mereka berdua. "Pak... apakah bapak masih ingat dengan Pak Malik Razak,karena kegigihan beliau akhirnya kami menemukan keberadaan bapak di sini." "Tunggu Malik Razak..."terliha
Rendi menghubungi Abah Malik untuk mengabarkan kalau dia sudah bertemu dengan Pak Yuda Abah Malik baru saja turun dari mobil,dan melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah sambil menenteng beberapa boks makanan untuk kedua cucu kesayangan Almeera dan juga Al Jazair. Mendengar ada suara notifikasi panggilan masuk di handphonenya, Abah menghentikan langkahnya sembari meletakkan semuanya boks yang ada di tangannya di sebuah kursi kayu yang ada di taman depan rumahnya. Abah segera menerima panggilan masuk tertera nama Rendi di handphonenya. "Assalamualaikum.. Nak Rendi." "Waallaikum salam Abah... saya mau memberitahukan kepada Abah kalau sekarang ini kami sudah bertemu dengan Pak Yuda Aditama, apakah Abah mau berbicara secara langsung dengan beliau." "Syukur Alhamdulillah Nak... bisa kalau Pak Yuda tidak keberatan, saya mau mendengar suaranya yang sudah sekian puluh tahun kami tidak bersua." "Baik lah.. Abah ini saya serahkan handphone-nya kepada Pak Yuda, Abah silahkan.. ngobrol
Mas Brian merasakan dadanya sakit sekali seperti di tusuk ribuan jarum ini yang kedua kalinya hari ini,dan juga ada perasaan sedih merayapi hatinya, Mas Brian bingung apa yang sebenarnya yang terjadi dengan dirinya, Mas Brian melirik jam tangannya,'hm..sudah jam 12 siang apakah karena saya belum makan siang makanya dada saya terasa sakit' gumam Mas Brian dalam hati. Samar samar Mas Brian mendengar suara Humairah sedang histeris dan berteriak-teriak menyebut namanya. "Mas.... Mas... jangan tinggalkan aku... Mas jangan tinggalkan kami bertiga, Mas....hu...hu...." Mas Brian setengah berlari menghampiri teman tidur Humaira. "Bunda....bunda.. bangun."Mas Brian berulang kali menggoyang goyangkan tubuhnya Humairah. Merasa ada yang menggoyangkan tubuhnya Humairah secara perlahan-lahan membuka kelopak kedua matanya.Humairah belum sempurna membuka kedua kelopak matanya,dia langsung menghamburkan dirinya kedalam pelukan Mas Brian. "Mas... jangan tinggalkan kami ya,aku takut sekali Mas.. hi
Rendi mendarat dengan mulus persis di helipad yang telah di sediakan di depan rumahnya Om Afandi,ada rasa lega terpancar dari wajahnya, bukan hanya Rendi yang merasakannya tapi Pak Yuda dan dokter Leonardo juga merasakan hal yang sama. Pak Yuda merasa seolah baru pertama kali mendaratkan kakinya di Jakarta, padahal dari sebagian hidupnya dia sudah habiskan di sini,hanya karena suatu hal dan keadaan lah yang memaksa dirinya untuk pindah ke Lampung. Om Afandi sudah menantikan kedatangan mereka, Om Afandi penasaran siapa sebenarnya orang yang tengah di lindungi keponakannya ini,dan seperti apa orang itu, berbagai pikiran menghantui dirinya. Rendi mendahului mereka semua dia bergegas menghampiri Om Afandi. "Assalamualaikum Om..." "Waallaikum salam Nak... akhirnya kamu sudah kembali dengan selamat." "Iya Om... perkenalkan ini orang yang selama ini saya cari, Pak Yuda Aditama dan juga istrinya Ibu Meta Amelia." Pak Yuda Aditama segera mengulurkan tangannya kepada Om Afandi, sebagai t
Aku, Mas Brian dan juga Irfan sedang berjalan memasuki restoran, semua karyawan yang melihat kedatangan kami bertiga, langsung membungkukkan badan sedikit sebagai tanda hormat. Orang kepercayaan Abah segera menghampiri dan menyapa kami bertiga. "Selamat siang Bu.. Pak...silahkan masuk."pelayanan restoran mempersiapkan kami masuk dengan penuh hormat. "Selamat siang juga, terimakasih." "Silahkan Bu...saya antar ke ruangan private." "Tidak usah kami di sini saja."aku menolak untuk masuk ke dalam ruangan private yang biasa aku gunakan selama ini. Pelayan itu lalu mengajak kami bertiga duduk di salah satu meja yang kosong berada persis di bawah jendela. "Silahkan duduk Bu.. Pak..."pelayan itu mempersilahkan kami untuk duduk. "Terimakasih..." "Mas... Irfan... silahkan pesan."aku menyodorkan buku menu yang tersedia di atas meja kepada Mas Brian dan juga Irfan. "Bunda.. saya pesan satu porsi nasi bakar dan juga ayam bakar,dan minumannya jus mangga dingin."pelayan itu langsung mencat
Irfan merasa tidak nyaman melihat keadaan Humairah, dia segera menyelesaikan makan siangnya, sebelum dia berdiri Irfan mengedarkan pandangannya untuk menelisik seluruh ruangan tempat mereka makan. Tatapan matanya jatuh pada salah satu sisi bagian belakang tempat duduk mereka, Irfan melihat ada beberapa orang yang tengah mengawasi keberadaan mereka, instingnya mengatakan kalau sekarang ini ada yang tengah mengawasi keberadaannya Mas Brian dan juga Ibu Humairah. Irfan pamit keluar dulu. "Mas saya keluar sebentar nanti saya tunggu di mobil saja." "Iya... silahkan." Mas Brian masih berusaha membujuk aku untuk makan walaupun hanya sesuap. "Bunda.. sini saya suap ya, kasian sama dede bayinya,dia butuh asupan gizi." Aku hanya menggeleng gelengkan kepala tanpa mengeluarkan suara. "Kalau Bunda tidak mau makan, setidaknya Bunda bisa minum jusnya, walaupun hanya beberapa teguk ya Bunda.."Mas Brian menyodorkan segelas jus ke hadapanku. Aku menerimanya dengan tangan gemetar,dan aku menyes
"Baiklah Irfan..."Mas Brian langsung menutup pintu secara pelan, agar tidak menggangu tidurku. " Mas...tolong perhatikan beberapa orang yang berada di sebelah kanan Mas, mereka itu sepertinya sudah mengikuti kita sejak keluar dari kantornya ibu tadi."Mas Brian mengedarkan pandangannya ke sisi yang tadi di katakan oleh Irfan. "Eh..iya Irfan keberadaan mereka sangat mencurigakan, bagaimana ini saya juga tida ada persiapan sama sekali." "Begini Mas... saya sengaja mengulur waktu sejenak, sambil menunggu anak buah saya yang sedang menyusul ke sini, Mas..tolong jangan panik,karena kalau mereka melihat kita panik, mereka semakin senang dan langsung menekan keberadaan kita di sini." "Mas... saya khawatir jangan sampai jumlah mereka lebih dari yang kita lihat sekarang ini, kita tidak tau karena keberadaan mereka sangat misterius dan rahasia, Mas... kalau tidak keberatan saya mau menghubungi papa saya dulu, minta beberapa anggota keamanan yang terdekat untuk mengawal kita sampai di rumah."
"Irfan... Humairah sakit apa dan bagaimana keadaannya."Rendi menanyakan keadaan Humairah dengan nada khawatir. "Iya Bang... secara pasti saya tidak tau ibu Humaira sakit apa, hanya saja mukanya pucat sekali dan katanya Mas Brian badannya panas sekali, rencananya hari ini juga Mas Brian akan membawa Ibu Humairah berobat ke rumah sakit Bakti Husada yang ada di Jakarta." "Oh.. begitu... Irfan kalau kalian sudah mau berangkat ke Jakarta sini tolong segera hubungi saya." "Iya... Bang... saya tutup dulu ya teleponnya, assalamualaikum..." "Waallaikum salam hati hati di jalan." Setelah menyudahi pembicaraannya dengan Irfan, Rendi langsung mengembalikan handphonenya kepada Om Afandi. "Gimana Rendi kamu sudah berbicara dengan Irfan, apa yang dia katakan." "Sudah Om... terimakasih,Irfan bilang posisi mereka sekarang ini sedang di awasi dan di ikuti oleh beberapa orang." "Rendi... sepertinya Irfan kali ini tengah menghadapi masalah besar, dan tertekan karena tidak biasanya dia meminta pen
Mobil yang membawa Papi Yuda, Mommy Meta, Abah Malik dan Ummi Salamah sudah berhenti di dalam area parkiran sekolah bersebelahan dengan mobilnya Humairah.Mereka semua sudah turun dari mobil.Secara bersamaan juga mobil orang tuanya Mas Sony, Pak Candra Sanjaya juga parkir tidak jauh dari mobilnya Papi Yuda. Dengan setengah berlari Sony menghampiri sang ayah,dia takut jangan sampai ayahnya mencari cari keberadaannya. "Selamat pagi Daddy...."sapa Mas Sony. "Selamat pagi juga Sony....mana Mommy kamu..."jawab Pak Candra sambil mencari keberadaan sang istri. "Itu Mommy...."jari tangan Mas Sony menunjuk ke arah Mommy Shinta yang sedang berdiri tidak jauh dari Papi Yuda dan Abahnya Humairah. Pak Candra menghampiri sang istri, secara tidak sengaja matanya bersitatap dengan Papi Yuda.Dengan langkah tidak sungkan dia memanggil Papi Yuda. "Selamat pagi Yuda....apa kabar...."sapa Pak Candra tanpa embel-embel Pak di depannya. "Selamat pagi juga Candra.... Alhamdulillah baik, setelah sekian p
Mommy Shinta yang sedang kesal karena sang putra tiba tiba meninggalkan dirinya dalam mobil,menyeret langkah kakinya dengan cepat setelah melihat Sony yang sedang berdiri mematung melihat Humairah dan Kendrick ngobrol. "Sony....kamu tuh ya... keterlaluan masa Mama di tinggal sendiri dalam mobil...mana di sini banyak sekali mobil yang sedang parkir, Mama itu kesulitan mencari kamu, terus lari kemana lagi itu Kendrick...."Mommy Shinta sangat kesal dengan kelakuan sang putra,karena meninggalkan dirinya sendiri dalam mobil. "Maaf mom....tadi Sony kejar Kendrick yang lagi ngambek karena Sony tidak membawakan Mommy untuk menyaksikan penampilannya di acara pentas sebentar...."jawab Sony tanpa mengalihkan perhatiannya dari sang putra. "Oh gitu....kamu liatin apa sih,terus Kendrick lari kemana, kenapa kamu berhenti di sini dan tidak mencari Kendrick... Mama takut jangan sampai dia kenapa-napa,mana banyak sekali mobil yang sedang berseliweran....ayo cepat kita cari dia..."Mommy Shinta dengan
Mobil yang di kendarai oleh Humairah sudah memasuki gerbang sekolah.Petugas keamanan yang kerja di sekolahnya Almeera dan Al Jazair ini berhubungan baik dengan Humairah dan almarhum Brian semasa hidupnya.Brian adalah salah satu orang yang menjadi donatur tetap sekolah ini dan dia juga sering berbagi rezeki dengan para petugas keamanan di sekolah ini. Jadi tidak heran lagi begitu melihat mobil yang di gunakan oleh Humairah petugas itu langsung berlari menghampirinya dan mengarahkan Humairah agar memarkirkan mobilnya di dalam area sekolah persis di tempat parkir mobil kepala sekolah.Tadinya Humaira sudah bingung mau parkir di mana karena didalam halaman sekolah maupun lahan kosong yang berada di luar pagar sekolah sudah penuh dengan mobil mobil orang tua wali murid yang datang menyaksikan acara pentas seni hari ini. Humairah melangkah dengan anggun keluar dari mobil dan menghampiri pintu yang ada di sebelahnya, dengan sekali hentakan dia sudah membukakan pintu untuk sang ibu mertua
Bang Rendi langsung memasukkan handphonenya kedalam saku jas yang dia kenakan,dan kembali masuk menemui para dewan direksi yang sedang menunggu dirinya di dalam ruangan khusus untuk melakukan rapat rapat penting yang berhubungan dengan perusahaannya. Bang Rendi langsung memutuskan untuk mengakhiri rapat kali ini, karena masih ada hal penting lainnya yang harus di kerjakan,dia harus ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair,dia sudah berjanji akan menyaksikan penampilan kedua anak sambungnya itu. "Saya kira pertemuan kita kali ini cukup sampai di sini, nanti kita lanjutkan lagi di kesempatan berikutnya,apa yang telah kita bahas tadi... semua laporannya tolong serahkan kepada sektretaris saya Pak Wira.... terimakasih sudah mau memenuhi undangan saya untuk ikut rapat hari ini."Bang Rendi menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh dewan direksi yang hadir pada rapat hari ini. Dengan langkah terburu buru Bang Rendi kembali ke ruangannya di ikuti oleh Pak Wira sekretaris pribadinya. "Maa
Dalam perjalanan Mama Inda langsung sibuk dengan handphonenya.Aku hanya memperhatikan lewat lirikan ekor mata saja,karena kedua netraku fokus kedepan, takut jangan sampai aku menabrak kendaraan orang lain, semua orang yang berada di dalam mobil yang aku kemudikan saat ini adalah tanggung jawabku. Bibir Mama Inda tidak pernah lepas dari senyum manisnya,pada saat menatap layar handphonenya yang sedang berada di dalam genggaman tangannya.Karena Al Keenan sudah tertidur kembali, Mama Inda langsung menyerahkannya kepada Bi Jumi untuk di gendong. Mama Inda sangat sibuk mengirimkan pesan singkat kepada orang lain,aku sendiri tidak tau dengan siapa di berkirim pesan singkat,aku diam saja ,karena untuk menanyakannya secara langsung sepertinya tidak mungkin,itu sama saja aku mencampuri urusan orang lain, Mama Inda juga butuh privasi. 'Mama kerjain aja itu anak nakal...gimana ya reaksinya setelah melihat foto Humairah ini,mama mau lihat apakah dia diam saja atau langsung menghubungi Humairah
Setelah merasa cukup bersih,aku langsung keluar dan segera masuk kedalam walk in closet untuk segera berpakaian, semua aku lakukan dengan cepat karena waktu sudah menunjukkan jam 9.30,kami harus segera ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair.Terakhir tinggal aku memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan juga hijabku, dengan segera aku hampiri Bi Jumi,aku mengatakan agar beliau siap siap juga."Bi.... silahkan bersiap siap,aku sudah selesai hanya tinggal memulaskan makeup dan mengenakan hijab saja, Al Keenan di tinggal saja.... nanti aku yang jagain..."segera aku suruh bi Jumi untuk bersiap-siap."Iya Bu....bibi tinggal dulu ya...."jawab Bi Jumi."Iya Bi.... silahkan...."Setelah Bi Jumi berlalu menuju kamarnya meninggalkan aku dan Al Keenan.Segera aku memulaskan makeup yang telah tersedia di atas meja rias yang di siapkan oleh Bang Rendi untuk meletakkan semua peralatan makeup milikku.Aku hanya memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan tidak menor,ini aku
Aku menghampiri Mama Inda yang sedang duduk santai di ruangan keluarga, beliau lagi nonton acara favoritnya yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi di negeri ini.Dengan pelan aku menjatuhkan bobot tubuhku di samping Mama Inda,aku menyampaikan keinginanku secara perlahan-lahan, takut saja jangan sampai beliau tersinggung. "Ma.... sebentar jam 10 Humairah ijin keluar ya,mau menghadiri acara pentas seni yang di ikuti Almeera dan Al Jazair di sekolah mereka..."aku menyampaikan maksud ku kepada Mama Inda, bagaimana pun sekarang beliau sudah menjadi orang tuaku juga. "Iya ... tidak apa-apa, Mama ikut juga ya.... Mama pengen lihat aksi mereka berdua, pasti seru.... nggak apa-apa kan kalau Mama ikut melihat mereka tampil..."Mama Inda ingin ikut juga ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair. "Benar mama mau ikut....mama tidak bercanda kan..."aku senang sekali mendengarkan keinginan ibu mertuaku itu. "Iya benar..... Mama serius.... Almeera dan Al Jazair pasti senang kalau semua Oma dan
Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya Bang Rendi wajahnya berseri seri, senyum indahkan tidak lepas dari bibirnya.Walaupun tadi dia sempat dongkol karena ulah jahil sang papa,tapi kini moodnya sudah baik kembali.Masih segar dalam ingatannya.... melihat wajah Humairah yang ketangkap basah olehnya karena secara diam-diam mencium bibirnya tadi malam. "Sudah sebulan saya menikah Humairah... baru tadi malam saya menyentuh kulitnya halus sekali seperti pualam.... argkhhh....kenapa juga benda pusaka kesayangan saya ini langsung bereaksi, padahal saya hanya mengingat kelakuan Humairah tadi malam, rasanya saya sudah tidak sabar menunggu 5 hari lagi..... bersabarlah 'adik kecil' sebentar lagi kamu akan mendapatkan sangkar baru yang selama ini kamu belum pernah kamu singgahi...."Bang Rendi bergumam sendiri sambil memegang benda pusaka kesayangannya. "Untung saja tadi pagi saya sudah mengirim semua foto Humairah tadi malam ke ponsel saya .... saya tidak bisa bayangkan kalau ada orang yang s
Humairah setelah mengantar kedua buah hatinya sampai mobil yang membawa mereka berdua keluar dari pekarangan rumahnya Bang Rendi, hendak masuk kembali kedalam untuk menyamperin sang suami, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti karena dia melihat sang suami sudah berada persis di depan pintu utama. "Baby.... Abang berangkat dulu ya .. insya Allah jam10 nanti Abang langsung ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair....kamu nggak apa-apa kan ke sekolah mereka di antar oleh sopir....atau Abang jemput kamu kesini baru kita berangkat bareng bareng kesana..."Bang Rendi merasa tidak enak kalau Humairah berangkat ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair di antar oleh sopir,dan akhirnya menawarkan diri untuk datang menjemputnya. "Iya tidak apa-apa.... Abang tidak usah jemput lagi ke sini, Abang langsung saja dari kantor ke sekolahan anak anak, nanti aku diantar sama sopir saja..."Humairah menolak di jemput oleh sang suami.Rencananya Humairah akan bawa mobil sendiri,karena Mang Udin nanti sore akan men