Irfan merasa tidak nyaman melihat keadaan Humairah, dia segera menyelesaikan makan siangnya, sebelum dia berdiri Irfan mengedarkan pandangannya untuk menelisik seluruh ruangan tempat mereka makan. Tatapan matanya jatuh pada salah satu sisi bagian belakang tempat duduk mereka, Irfan melihat ada beberapa orang yang tengah mengawasi keberadaan mereka, instingnya mengatakan kalau sekarang ini ada yang tengah mengawasi keberadaannya Mas Brian dan juga Ibu Humairah. Irfan pamit keluar dulu. "Mas saya keluar sebentar nanti saya tunggu di mobil saja." "Iya... silahkan." Mas Brian masih berusaha membujuk aku untuk makan walaupun hanya sesuap. "Bunda.. sini saya suap ya, kasian sama dede bayinya,dia butuh asupan gizi." Aku hanya menggeleng gelengkan kepala tanpa mengeluarkan suara. "Kalau Bunda tidak mau makan, setidaknya Bunda bisa minum jusnya, walaupun hanya beberapa teguk ya Bunda.."Mas Brian menyodorkan segelas jus ke hadapanku. Aku menerimanya dengan tangan gemetar,dan aku menyes
"Baiklah Irfan..."Mas Brian langsung menutup pintu secara pelan, agar tidak menggangu tidurku. " Mas...tolong perhatikan beberapa orang yang berada di sebelah kanan Mas, mereka itu sepertinya sudah mengikuti kita sejak keluar dari kantornya ibu tadi."Mas Brian mengedarkan pandangannya ke sisi yang tadi di katakan oleh Irfan. "Eh..iya Irfan keberadaan mereka sangat mencurigakan, bagaimana ini saya juga tida ada persiapan sama sekali." "Begini Mas... saya sengaja mengulur waktu sejenak, sambil menunggu anak buah saya yang sedang menyusul ke sini, Mas..tolong jangan panik,karena kalau mereka melihat kita panik, mereka semakin senang dan langsung menekan keberadaan kita di sini." "Mas... saya khawatir jangan sampai jumlah mereka lebih dari yang kita lihat sekarang ini, kita tidak tau karena keberadaan mereka sangat misterius dan rahasia, Mas... kalau tidak keberatan saya mau menghubungi papa saya dulu, minta beberapa anggota keamanan yang terdekat untuk mengawal kita sampai di rumah."
"Irfan... Humairah sakit apa dan bagaimana keadaannya."Rendi menanyakan keadaan Humairah dengan nada khawatir. "Iya Bang... secara pasti saya tidak tau ibu Humaira sakit apa, hanya saja mukanya pucat sekali dan katanya Mas Brian badannya panas sekali, rencananya hari ini juga Mas Brian akan membawa Ibu Humairah berobat ke rumah sakit Bakti Husada yang ada di Jakarta." "Oh.. begitu... Irfan kalau kalian sudah mau berangkat ke Jakarta sini tolong segera hubungi saya." "Iya... Bang... saya tutup dulu ya teleponnya, assalamualaikum..." "Waallaikum salam hati hati di jalan." Setelah menyudahi pembicaraannya dengan Irfan, Rendi langsung mengembalikan handphonenya kepada Om Afandi. "Gimana Rendi kamu sudah berbicara dengan Irfan, apa yang dia katakan." "Sudah Om... terimakasih,Irfan bilang posisi mereka sekarang ini sedang di awasi dan di ikuti oleh beberapa orang." "Rendi... sepertinya Irfan kali ini tengah menghadapi masalah besar, dan tertekan karena tidak biasanya dia meminta pen
Rendi menghubungi Pak Hermawan untuk minta tolong agar segera mencarikan datanya Pak Airlangga, jangan sampai dia berencana mau melarikan diri ke luar negeri. "Assalamualaikum pa...." "Waallaikum salam Nak...ada apa, tumben kamu hubungi papa, apakah ada yang perlu kamu bicarakan?" "Iya pa... Rendi mau minta tolong sama papa..." "Apa itu Nak,tolong katakan,kalau bisa ya papa akan lakukan semampu Papa." "Pa... tolong carikan datanya Pak Airlangga serta keluarganya, apakah mereka sudah boking tiket pesawat lewat aplikasi online dengan tujuan perjalanan bisnis ke luar negeri dalam waktu dekat ini." "Insya Allah Nak...papa akan cek data mereka, tapi ngomong-ngomong untuk apa kamu melakukan hal ini." "Maaf pa .. untuk sementara Rendi belum bisa mengatakan alasannya sama Papa, nanti suatu saat papa pasti akan tau..." "Oh... gitu ya, baik lah papa coba cek dulu data mereka,ada dengan tidaknya nanti papa hubungi kamu lewat pesan singkat." "Iya...pa, terimakasih sudah mau bantu Rendi."
Setelah menunggu kurang lebih 30 menit anak buah Irfan yang berada di rumahnya Pak Malik sudah bergabung dengan Irfan dan yang lainnya, begitu juga dengan anak buahnya Pak Afandi, yang bertugas di pos polisi terdekat sudah ikut bergabung sama sama dengan Irfan serta yang lainnya, mereka semua berkumpul di depan restorannya Abah Malik. Humairah dan Mas Brian pulang dengan menggunakan mobil yang di kemudikan oleh Irfan, sementara mobilnya Mas Brian di kemudikan oleh salah seorang anak buahnya Irfan. "Bos...ayo kit berangkat sekarang, satu mobil di depan, mobil bos ditengah dan mobil yang lainnya berada di belakang mobil bos." "Iya..ayo... ingat jangan sampai lengah, sepertinya mereka sudah merencanakan ini semua, kita harus tetap waspada,karena besar kemungkinan jumlah mereka akan bertambah setelah kita meninggalkan tempat ini,tolong cari jalan jalan pintas agar kita cepat sampai di kediamannya Pak Malik." "Siap...bos ikut saja mobil kami dari belakang, saya akan mencari jalan alter
Mas Brian segera menjauh dari Abah Malik, untuk menghubungi pilot jet pribadinya agar segera terbang ke Malang sekarang juga. "Halo... selamat siang Pak Andre..." "Selamat siang juga Pak Brian, apakah ada hal penting yang perlu bapak bicarakan dengan saya." "Iya Pak...tolong sekarang juga Pak Andre berangkat ke Malang untuk menjemput keluarga saya kembali ke Jakarta, saat ini kondisi istri saya sedang tidak sehat, butuh penanganan medis dengan segera." "Baik Pak.... nanti kalau saya sudah berada di bandara, saya akan menghubungi bapak." "Oke... saya tunggu informasi dari Pak Andre saja, terimakasih..." "Sama sama Pak..." Setelah memutuskan sambungan telepon, Mas Brian kembali mendekati Abah Malik dan juga Ummi Salamah yang sudah siap dengan beberapa tas yang akan di bawah bersama ke Jakarta. "Nak Brian... kita bisa bicara sebentar,ada yang Abah mau tanyakan sama Nak Brian." "Iya... Abah." Abah Malik melangkah keluar menuju halaman samping rumah, Mas Brian mengikuti langkah Ab
Jet pribadi Rendi sudah mendarat di salah satu bandar udara yang ada di Singapura, sudah ada sebuah mobil yang siap menjemput kedatangan Rendi dan juga rombongannya,itu semua Rendi sudah siapkan termasuk mobil untuk antar jemput mereka dari bandara menuju ke rumah sakit ME Singapura. "Pak Yuda... dokter Leonardo...ayo mobil sudah siap untuk mengantar kita ke rumah sakit ME." "Iya Nak.... terimakasih atas semua yang telah kamu lakukan untuk membantu saya, hingga kamu membawa istri saya berobat di sini, bapak tidak bisa membalas semua kebaikan kamu Nak... semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebahagiaan kepada kamu Nak..." "Aamiin...iya Pak... sama sama,ini juga sudah menjadi kewajiban saya untuk saling membantu antara sesama."Bang Rendi mengulaskan sebuah senyum kearah Pak Yuda dan juga dokter Leonardo. Kurang lebih 20 menit mobil yang membawa mereka sudah berhenti di depan loby RS ME Singapura, beberapa orang perawat langsung menjemput Ibu Meta untuk segera di tangani oleh dokt
Pak Yuda menceritakan semuanya kepada Rendi tanpa melewatkan sedikit pun atas kejadian yang menimpanya pada 27 tahun yang lalu. "Nak... masih jelas dalam ingatan saya dimana pada saat saya dan Meta melangkah menyebrang jalan yang ada di depan lobi bandara, dari arah yang berlawanan tiba tiba saja sebuah mobil pengangkut barang melaju dengan kencang kearah kami berdua, untung saja ada seorang OB yang menyelamatkan kami berdua, OB itu mendorong kami berdua sampai jatuh terpelanting ke samping sehingga kami berdua lolos dari maut, setiap kali saya mengingat kejadian itu seketika rasa takut merayapi seluruh hati dan jiwa saya."kedua tangan Pak Yuda gemetar pada saat menceritakan semua kejadian yang pernah dia dan istrinya alami. "Maaf Pak... apakah bapak tidak merasa kalau kejadian itu sudah di rencanakan oleh seseorang dan siapa kira kira orang yang berada di balik semua kejadian yang menimpa bapak pada waktu itu." "Karena saya terlalu panik, melihat kondisi istri saya Meta sangat ter